Langgam.id - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) menerima sertifikat Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Rabu (24/3/2021). Ada 8 warisan budaya tak benda yang ada di Sumbar pada tahun 2020 ini. Adapun 8 warisan budaya tak benda itu, Basapa, Marosok, Uma, Tari Balanse Madam, Pacu Jawi, Pacu Itiak, Mato, dan Baju Kuruang Basiba.
1. Basapa dari Padang Pariaman
Tradisi “basapa” bersafar adalah aktivitas berziarah yang dilakukan oleh umat lslam di komplek makam Syekh Burhanuddin. Dinamakan “basapa” karena kegiatan ini hanya dilaksanakan pada bulan Safar tahun hijriyah.
Sekaligus bertepatan dengan meninggalnya Syekh Burhanuddin yang jatuh pada hari Rabu 10 Syafar tahun 1116 hijriah atau 1704 masehi di Ulakan.
Baca juga: Selain Basapa, Tradisi Unik Ini Hanya Ada di Ulakan Padang Pariaman
Tiap tahunnya, ribuan orang datang ke Padang Pariaman untuk mendatangi lokasi “basapa” untuk berwisata ziarah. Tidak hanya dari Sumbar, peziarah juga datang dari daerah tetangga seperti Riau dan Jambi.
2. Marosok dari Kabupaten Sijunjung
marosok adalah tradisi berjabat tangan antara penjual dan pembeli ternak, kemudian tangan tersebut ditutup dengan kain. Selanjutnya, mereka tawar menawar dengan cara marosok.
Tawar menawar dalam proses pembelian hewan ternak pun terjadi tanpa adanya komunikasi verbal, kesepakatan akan terjadi dengan kedua tangan yang berjabat itu.
3. Uma usulan dari Kepulauan Mentawai
Uma adalah sebutan untuk rumah adat Mentawai. Ini juga nama yang diberikan untuk satu kelompok klan di Mentawai. Setiap klan punya satu rumah besar Umauntuk menggelar kegiatan adat, seperti punen atau pesta.
Baca juga: 6 Keunikan Adat Suku Mentawai yang Jarang Diketahui
Uma terbuat dari kayu dengan atap daun. Ukurannya luas, memanjang ke belakang dengan branda yang luas pula. Di pintu masuknya terdapat tempat menggantuungkan tengkorak monyet, babi, dan burung hasil perburuan.
4. Tari Balanse Madam dari Kota Padang
Tari tradisional yang terdapat dari Seberang Palinggam Kota Padang yang menjadi milik warisan dari suku Nias, berupa peninggalan budaya turun temurun dalam masyarakat suku Nias berada di Seberang Palinggam Kota Padang.
5. Pacu Jawi dari Kabupaten Tanah Datar
Tradisi Pacu Jawi merupakan permainan yang bersifat menghibur yang diselenggarakan selepas panen padi berupa memacu pasangan sapi di sawah yang berair dan berlumpur.
Di laksanakan setiap tahunnya. Pacu Jawi telah ada sejak beratus-ratus tahun yang lalu, awalnya Pacu Jawi di mulai di sebuah nagari yaitu Nagari Tuo (desa tua) Pariangan Kabupaten Tanah Datar.
6. Pacu Itiak dari Kabupaten Limapuluh Kota
Pacu itik atau balapan itik adalah salah satu tradisi sekaligus olahraga tradisional Minangkabau. Pacu itik secara berkala digelar setiap tahun oleh masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota.
Baca juga: Mengenal Pacu Itik, Tradisi Unik dari Limapuluh Kota
Dikutip dari sumbar.travel, pacu itik berasal ketika penggembala mendapati beberapa itik berusaha untuk terbang. Kemudian memutuskan untuk melatihnya dan kemudian melombakannya.
7. Mato
Sistem Mato pada Rumah Makan memiliki makna dan filosof pertama, badunsanak dimana sepenanggungan (rasa kebersamaan dan kekeluargaan), menciptakan saling terbuka, saling percaya, saling menjaga dan seiya sekata dengan pola "kebangkitan samo awak" dalam pengembangan suatu usaha yang dikelola. Dalam manajemen rumah makan Minang mereka memiliki rasa senasib.
8. Baju Kuruang Basiba
Baju Kuruang Basiba merupakan pakaian adat perempuan Minangkabau dengan khas dapat dilihat pada bentuknya yang longgar atau lapang panjangnya sampai ke batas lutut, mempunyai siba, kikik pada ketiak, lengannya panjang sampai ke pergelangan tangan, leher tanpa kerah dan bagian depan sedikit dibelah sebatas dada.
Baju ini hampir selalu dipakai dalam kehidupan keseharian, perempuan Minang ataupun dalam upacara-upacara adat tradisional Minangkabau. Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi berharap agar budaya Minangkabau ini dapat dikenal hingga dunia internasional, dan jangan sampai hilang ataupun diambil oleh negara lain.(*/Ela)