Cukup mengagetkan bagi publik Sumatera Barat ketika Wakil Gubernur Audy Joinaldy (Audy) memasang baliho yang menyatakan dirinya sebagai bakal calon gubernur Sumatera Barat 2024-2029.
Memang pasca terbitnya SK Dewan Pengurus Pusat Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang sepakat berkoalisi mengusung Mahyeldi Ansharullah dengan Vasco Ruseimy sebagai calon wakil gubernur dan wakil gubernur, posisi Audy seakan "tidak menentu".
Banyak publik bertanya mengapa Audy tiba-tiba ditinggalkan oleh PKS? Pasalnya, selama berpasangan dengan Mahyeldi, tidak ada persoalan yang serius dari Audy dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil gubernur.
Bahkan banyak apresiasi yang diberikan publik kepada Audy sebagai wakil gubernur yang dianggap berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Namun, pilihan politik PKS yang meninggalkan Audy untuk tidak lagi bersama Mahyeldi menimbulkan banyak spekulasi di tengah publik.
Namun, apapun alasan politisnya, Audy harus menentukan sikapnya: apakah akan bertanding dalam Pilkada Sumbar mendatang ataukah kembali ke lingkungannya sebagai pengusaha?
Peluang Audy
Munculnya baliho Audy di beberapa lokasi setidaknya mengindikasikan bahwa Audy sedang melakukan test the water untuk melihat reaksi masyarakat. Dari hasil pengamatan umum, publik Sumatera Barat sangat menyambut baik kehadiran baliho yang dipasang oleh tim Audy tersebut.
Memang belum ada pernyataan resmi Audy terkait dengan baliho ini. Akan tetapi logika sederhananya, tidak mungkin Audy tidak tahu bahwa ada baliho yang dipasang menggunakan gambarnya.
Apalagi menyatakan dirinya sebagai bakal calon gubernur Sumatera Barat 2024-2029. Paling tidak mereka yang memasang telah memberi tahu dan meminta izin kepada Audy terkait dengan baliho tersebut.
Kalaulah benar Audy maju sebagai calon gubernur pada Pilkada 2024 dan bersaing dengan calon gubernur lain, bagaimanakah peluangnya? Apakah mampu Audy menghadapi Mahyeldi yang dalam persepsi publik dianggap cukup kuat dalam pemilihan gubernur mendatang? Lalu, bagaimana menghadapi calon gubernur lain yang juga memiliki massa pendukung?
Saya memiliki beberapa asumsi yang dapat menjelaskan peluang Audy tersebut. Pertama, Audy termasuk calon petahana dalam pemilihan gubernur mendatang. Sebab jabatan Audy saat ini adalah wakil gubernur yang masih menjalankan tugas dan wewenangnya menjelang menjelang pelaksanaan Pilkada November 2024 mendatang.
Bahkan jabatannya bersama Mahyeldi akan berakhir pada saat pelantikan gubernur dan wakil gubenur yang terpilih dalam Pilkada 2024 ini. Artinya, selama kampanye Pilkada, Audy hanya akan cuti sementara melaksanakan tahapan kampanye tersebut.
Sebagai salah seorang calon petahana memang kekuatannya tidak sehebat Mahyeldi. Namun Audy masih memiliki akses dan kendali kepada beberapa sumber kekuasaan yang memungkinkan ia dapat diterima oleh publik. Dengan sendirinya ini menguntungkan bagi Audy jika maju sebagai calon gubernur.
Kedua, tidak dipilihnya Audy sebagai calon wakil gubernur oleh PKS "menguntungkan" bagi dirinya karena akan muncul rasa simpati dari masyarakat Sumatera Barat. Bagaimana pun publik melihat sosok Audy yang visioner, progresif, dan dekat dengan masyarakat adalah sosok pemimpin masa depan Sumatera Barat yang tidak terbantahkan.
Gaya kepemimpinannya yang lugas, komunikatif, cerdas, cepat tanggap dan tidak birokratis mampu memberi solusi terhadap masalah masyarakat adalah kekuatan Audy yang selalu diperbincangkan publik. Dengan sendirinya gaya kepemimpinan Audy seperti ini telah melahirkan pendukungnya yang loyal di tengah masyarakat.
Ketiga, Audy berasal dari kalangan generasi milenial yang keberadaannya dalam kancah politik hari ini sangat signifikan. Jarak usianya yang dekat dengan Generasi Z (Gen Z) menjadi modal dalam berkomunikasi dengan pemilih pemula dan pemilih muda dalam Pilkada 2024 ini.
Jumlah pemilih dua generasi ini mencapai 58,7% dan sangat signifikan menentukan kemenangan seseorang. Bahkan terbukti kemenangan Cerint Iralloza Tasya yang notabenenya dari kalangan generasi Z dalam Pemilu Serentak DPD dan PSU DPD berhasil mengalahkan politisi senior yang sudah malang melintang di Sumatera Barat.
Artinya, keberadaan pemilih dari Generasi Milenial dan Generasi Z ini nyata adanya. Jika Audy bisa memanfaatkan dukungan kedua generasi ini, maka Audy dengan sendirinya menjadi kuda hitam dalam Pilkada 2024 mendatang. Bukan tidak mungkin jika modal politik ini dikelola dengan baik, Audy akan menjadi figur yang dapat memenangkan Pilkada mendatang.
Keempat, untuk memperbesar peluang Audy ini, maka yang perlu dipikirkan siapa yang akan mendampinginya menjadi calon wakil gubernur dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur ini. Sepanjang Audy jeli melihat kehadiran wakil tersebut, maka tambahan suara untuk Audy akan meningkat.
Bisa saja Audy memilih kepala daerah atau mantan kepala daerah yang sukses untuk menjadi wakilnya. Apalagi calon wakilnya ini berasal dari kalangan Generasi Milenial atau Generasi Z.
Mengapa? Selain menambah keyakinan kalangan milenial dan Gen Z ini, maka tambahan dukungan asal kedaerahan dari calon wakil gubernur dari kepala daerah dan mantan kepala daerah ini akan menambah suara Audy secara signifikan.
Sebut saja ada nama Sutan Riska Tuanku Kerajaan yang saat ini sebagai Bupati Dharmasraya yang juga akan mengakhir masa jabatannya beberapa bulan ke depan.
Dari beberapa survey yang dilakukan, dukungan masyarakat Dharmasraya kepada Sutan Riska untuk menjadi gubernur atau wakil gubernur ini sangat tinggi hingga mencapai 80%. Tentu ini bisa menjadi pertimbangan di samping kepala daerah lain yang memiliki basis massa yang signifikan.
Harus Dimanfaatkan
Kelima, adanya dukungan beberapa partai besar di Sumatera Barat untuk memberikan kursinya kepada Audy untuk bisa maju sebagai calon gubernur adalah kekuatan yang sangat menentukan kemenangannya.
Apalagi jika ini diterima Audy, sudah jelas mesin politik beberapa partai ini akan leluasa bekerja di daerah konstituennya. Hal ini menjadi modal politik yang besar untuk dapat memenangkan pemilihan dalam Pilkada mendatang.
Sekarang tinggal pada Audy untuk mempertimbangkan dengan matang peluang yang sudah tercipta ini. Memang bukan hal yang mudah bagi dirinya karena banyak aspek yang harus dipertimbangkan.
Namun, keputusan politik yang sudah dibuat PKS dan Gerindra untuk berkoalisi dengan "meninggalkan" dirinya sebagai calon wakil gubernur, harus disikapi pula. Apalagi keputusan yang akan dibuat Audy sebenarnya bukanlah bentuk "pembangkangan" kepada "mentornya".
Akan tetapi bentuk sikap seorang pemimpin dalam politik yang juga harus diketahui oleh publik Sumatera Barat. Kita tunggu saja bagamana sikap Audy apakah take it or leave it!.***
*Prof Asrinaldi A, Guru Besar Ilmu Politik FISIP Unand