Minyak Kayu Putih Sumber Ekonomi Baru Tanjung Bonai Aur Sijunjung

Minyak Kayu Putih Sumber Ekonomi Baru Tanjung Bonai Aur Sijunjung

Dok. KKI Warsi

Langgam.id - Minyak kayu putih menjadi sumber ekonomi baru masyarakat Tanjung Bonai Aur, Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung. Kayu putih yang ditanam oleh masyarakat beberapa tahun lalu, saat ini sudah dapat dipanen dan diolah menjadi minyak atsiri oleh masyarakat.

Ketua Lembaga Pengelola Hutan Nagari (LPHN) Nagari Tanjung Bonai Aur (TBA) Adam, mengatakan, penanaman kayu putih dimulai tahun 2019/2020. "Mulanya menanam minyak kayu putih sebagai upaya memulihkan lahan tidak produktif yang berada di kawasan hutan desa," kata Adam, sebagaimana rilis yang diterima Langgam.id, Selasa (25/7/2023).

LPHN Nagari Tanjung Bonai Aur sendiri memperoleh Hak Pengelolaan Hutan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui SK Nomor SK.2708/MenLHK-PSKL/PKPS/PSL0/4/2018 seluas 366 Hektare (Ha). Tahun 2019- 2020, melalui kerjasama dengan Inhutani IV melakukan penanaman bibit unggulan kayu putih. Harapannya hal ini dapat menjadi alternatif ekonomi bagi masyarakat.

Adam menjelaskan, tanaman kayu putih dipilih karena kemampuannya bisa tumbuh di lahan yang produktivitasnya menurun dan kritis sekalipun. Kayu putih juga merupakan tanaman kayu-kayuan yang akan membuat tutupan hutan menjadi rapat. Penanaman kayu putih ini merupakan satu-satunya di Kabupaten Sijunjung.

“Total 336 Ha areal perhutanan sosial di Tanjung Bonai Aur, setelah dilakukan pemetaan ternyata didapati lahan tidak produktif yang berisi karet tua, karena harga karet yang rendah dan produktivitas yang menurun. Lahan tersebut kini ditanam kayu putih,” tutur Adam.

Kemudian 28.000 batang dengan luas lahan 8 Ha kayu putih dikelola secara swadaya oleh masyarakat. Pada tahun 2021, masyarakat kemudian mendapat dukungan mesin penyulingan kayu putih melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Ekonomi Produktif. Saat ini masyarakat juga mendapatkan pelatihan penggunaan mesin oleh Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD) Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPHL).

Sampel minyak kayu putih Nagari TBA ini telah diuji oleh UPTD Atsiri Sumatera Barat. "Hasil uji menunjukan kandungan minyak kayu putih nagari TBA masuk dalam Kategori Super dengan kandungan cineol diatas 70%," ucap Adam.

Lanjutnya, keberadaan kayu putih ini mendukung perekonomian masyarakat. Melalui Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Bukik Godang, yang saat ini telah memanen 100 Kg daun kayu putih. Dengan rincian 100 : 1. Artinya setiap 100 kilogram daun kayu putih menghasilkan 1 Kilogramg minyak. Dari sulingan minyak ini, masyarakat pengelola mendapatkan tambahan penghasilan sekitar Rp.400 ribu perbulan.

Namun, angka tersebut bukanlah capaian maksimalnya. Peluang usaha ini bisa menjanjikan jika hambatan yang dihadapi oleh masyarakat dapat diselesaikan. Paling mendasar, tantangan pada Sumber Daya Manusia (SDM) dalam memproduksi minyak kayu putih belum mumpuni untuk menghasilkan minyak sesuai standar mutu produk minyak atsiri.

“Kurangnya kapasitas dan pengetahuan dalam budidaya kayu putih serta penyulingan minyak atsiri. Hal ini berpengaruh pada kualitas produk. Mengingat, dalam pengelolaan tidak hanya proses penyulingan yang utama namun proses penyimpanan pasca penyulingan juga butuh perhatian penting. Kapasitas dalam budaya kayu putih belum mahir, sehingga untuk menambah bibit dari pohon yang ada belum dapat dilakukan,” tutur Adam.

Salah seorang anggota KUPS Bukik Godang, Irma, mengatakan, saat ini kendala yang dihadapi oleh masyarakat adalah pasar untuk memasarkan dari minyak kayu putih. Selama ini produk baru dipasarkan melalui kegiatan atau pameran yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten.

“Produk minyak kayu putih yang dihasilkan belum maksimal. Ada beberapa catatan dari konsumen yang harus dievaluasi seperti aroma dan warna yang dihasilkan dianggap masih perlu perbaikan untuk peningkatan kualitas produk,” katanya.

Minimnya akses jalan menuju ladang kayu putih juga menjadi kendala. Berjarak 6 Kilometer dari pemukiman dengan kondisi jalan tanah setapak. Hal ini menghambat keefektifan waktu menuju ladang, yang biasa ditempuh 45 menit menggunakan sepeda motor. Jika pasca hujan, masyarakat harus jalan kaki dengan memakan waktu satu sampai satu setengah jam.

"Terakhir, belum adanya sarana transportasi yang mendukung. Selama ini, petani mengandalkan motor untuk mengangkut kayu putih dari ladang menuju rumah produksi. Ini tentu berdampak pada bergugurannya daun kayu putih yang dibawa mengingat akses jalan tertutup pepohonan dan semak belukar," ucap Irma, Jum'at (21/07/2023).

Menyadari hambatan-hambatan itu, masyarakat Tanjung Bonai Aur tidak lantas berhenti. Saat ini masyarakat tengah belajar untuk meningkatkan kualitas produk dan ladang kayu putih. Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi yang mendampingi masyarakat di Tanjung Bonai Aur mengadakan pelatihan untuk peningkatan kapasitas masyarakat melalui penguatan kelembagaan.

Pelatihan ini mengajak masyarakat untuk melihat akar permasalahan, mengatasi tantangan pengelolaan tanaman kayu putih berbasis data dan rasionalitas dalam merumuskan strategi pemecahan masalah.

“Salah satu program di Warsi ialah Strengthening the Root atau penguatan akar rumput satu agenda yang kita cita-citakan bersama. Yang mana luarannya kelompok masyarakat ini dapat mengajukan proposal pendanaan sendiri kepada berbagai pihak,” kata Wakil Direktur KKI Warsi Rainal Daus.

Akar rumput yang dimaksud ada orang-orang yang berada paling dekat dengan sumber daya alam. Saat ini, ada 11 kelompok yang dilatih KKI Warsi untuk menggalang sumber-sumber pendanaan lokal. Dari 11 yang telah dilatih, LPHN TBA, dan KUPS Bukik Godang adalah yang pertama melakukan ekspos proposal atau peninjauan proposal secara bersama-sama melibatkan kelompok dan pemerintahan nagari.

"Diharapkan melalui pelatihan ini, kelompok pengelola terbiasa menyusun proposal dengan data yang akurat guna mendukung usaha perhutanan sosial yang sedang dilakukan," pungkas Rainal. (*/Yh)

Baca Juga

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Wahyu Wibawa mengungkap beberapa alasan yang menentukan tingkat adopsi varietas padi di
Tahun Lalu Ekonomi Sumbar Hanya 4,62 Persen, BI Sarankan 3 Kunci Dongkrak Pertumbuhan
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: BI mencatat, terjadi perlambatan pertumbuhan perekonomian Sumbar selama delapan tahun terakhir.
BI Proyeksikan Ekonomi Sumbar Bisa Tumbuh 5,31 Persen Tahun Ini
KKI Warsi Catat Ada Penambahan 3.000 Ha Tutupan Hutan di Sumbar
KKI Warsi Catat Ada Penambahan 3.000 Ha Tutupan Hutan di Sumbar
Jalan penghubung antara Nagari Rawang Gunung Malelo Surantih dan Nagari Koto Teratak di Kecamatan Sutera, putus dihantam banjir.
Refleksi PSDA Sumbar: Ancaman Bencana Ekologis dan Antisipasinya Melalui Perhutanan Sosial
Fateta Unand Datangkan Narasumber Terbaik dari Universiti Teknologi Mara Malaysia dan KKI Warsi
Fateta Unand Datangkan Narasumber Terbaik dari Universiti Teknologi Mara Malaysia dan KKI Warsi
Triwulan III, Ekonomi Sumbar Hanya Tumbuh 4,30 Persen
Triwulan III, Ekonomi Sumbar Hanya Tumbuh 4,30 Persen