Menyinggahi Bangunan Bekas Pabrik Obat di Sitinjau Lauik: Terbengkalai, Terkenal Angker

Bangunan bekas pabrik obat di Sitinjau Lauik hanya beroperasi selama 9 bulan. Bangunan yang berdirinya 1988 itu juga disebut angker.

Bangunan bekas pabrik obat-obatan di Sitinjau Lauik. (Irwanda/Langgam.id)

Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Menyinggahi Bangunan Bekas Pabrik Obat di Sitinjau Lauik: Terbengkalai, Terkenal Angker.

Langgam.id - Bangunan bekas pabrik itu masih berdiri kokoh meski warna cat dasar putih di sekeliling konstruksi kian memudar. Berlokasi di perbatasan Kota Padang dan Kabupaten Solok, bangunan dahulunya milik Rhipa Pharmacy ini tentu tak asing bagi pengendara jalur Lintas Sumatera.

Jika dari pusat Kota Padang, bekas pabrik obat-obatan ini berjarak sekitar 30 kilometer. Untuk menuju ke sana melewati Jalur Sitinjau Lauik yang dikenal ekstrem dengan tikungan tajam dan tanjakan curam.

Gedung berlantai dua itu berada di sisi kanan jalan. Persisnya di Jalan Selayo-Padang KM 28, Batang Barus, Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat (Sumbar).

Bangunan bekas pabrik obat di Sitinjau Lauik hanya beroperasi selama 9 bulan. Bangunan yang berdirinya 1988 itu juga disebut angker.

Bangunan bekas pabrik obat-obatan di Sitinjau Lauik. (Irwanda/Langgam.id)

Tak lagi ada aktivitas dan tidak terawat membuat bangunan itu terlihat terbengkalai. Beberapa kaca-kaca jendela yang terpasang pecah dan berlobang.

Rerumputan di sekitar halaman menyubur panjang. Dari area luar, pagar besi masih mengelilingi bekas pabrik itu. Tembok antara penyambung pagar, terukir tulisan Rhipa beserta logo farmasi berwarna coklat.

Pada pintu masuk pagar utama, juga terdapat pos penjagaan beratap gonjong, khas Rumah Gadang. Pos penjagaan itu berada di sisi depan kiri bangunan. Selain itu juga ada musala hingga bangunan bekas kediaman karyawan.

Sementara bagian pintu masuk gedung juga terlihat terbengkalai, kaca-kaca sudah tumbuh jamur. Plafon rusak, begitupun di bagian dalam gedung utama.

Sedangkan di belakang bangunan terdapat sejumlah ruangan seperti quality control dept, washing room, instrument room, director room dan apotheker room. Di bagian ini banyak berserakan botol-botol bekas produksi obat-obatan.

Sudah banyak bagian-bagian bangunan yang telah dilepas dan hanya tersisa lantai yang cukup luas. Juga ada satu bangunan terpisah di bagian belakang dari bangunan utama.

Tidak begitu banyak informasi tentang bangunan bekas pabrik Rhipa Pharmacy ini. Dari sepengetahuan Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumbar, Wengki Purwanto, pabrik itu sudah lama tidak beroperasi.

"Memang itu sudah lama (berdiri), tidak beroperasi karena AMDAL-nya ditolak," kata Wengki dikonfirmasi Langgam.id beberapa waktu lalu.

Wengki tidak bisa mendetail awal mula berdiri dan kapan terkahir pabrik Rhipa Pharmacy beroperasi. Walhi Sumbar tidak memiliki data soal perjalanan pembangunan pabrik.

"Data terkait pembangunan Rhipa ternyata memang tidak ada di Walhi," ujarnya.

Berada di ketinggian dikelilingi bukit barisan dan hutan yang lebat, bangunan Rhipa Pharmacy kerap diselimuti kabut. Kondisi ini sering kali terjadi saat sore hingga menjelang matahari terbenam.

Minimnya penerangan membuat suasana bekas pabrik ini terkesan menyeramkan. Sejarawan dari Universitas Andalas, Gusti Anan, menyebutkan lokasi bangunan bekas pabrik Rhipa Pharmacy berada di kawasan hutan lindung.

Bangunan bekas pabrik obat di Sitinjau Lauik hanya beroperasi selama 9 bulan. Bangunan yang berdirinya 1988 itu juga disebut angker.

Bangunan bekas pabrik obat-obatan di Sitinjau Lauik. (Irwanda/Langgam.id)

Menurut dia, hal ini yang diduga menjadi faktor terhentinya pengoperasian pabrik karena bermasalah soal AMDAL. Gusti Anan juga tidak begitu ingat tahun berapa Rhipa Pharmacy terakhir kali beroperasi.

"Sepengetahuan saya dulunya ada program pemerintah untuk menggenjot produksi obat-obatan, salah satunya Sumbar dapatkan program pembangunan bidang pendidikan dan kesehatan digemborkan orde baru dahulunya," ujar Gusti Anan dikonfirmasi Langgam.id

"Jadi dibangunlah berbagai infrastruktur untuk peningkatan produksi industri kesehatan. Makanya didirikan Rhipa Pharmacy," sambung Guru Besar Ilmu Sejarah Unand itu.

Ia mengungkapkan, pembangunan pabrik Rhipa Pharmacy telah diingatkan sebelumnya terkait lokasinya yang berada di kawasan hutan lindung. Namun proses pembangunan tetap berjalan hingga akhirnya terpaksa berhenti beroperasi.

"Mungkin bagian dari kebijakan pemerintah juga, makanya ditarik kembali. Padahal sudah ada beberapa, yang saya dengar, (pabrik) ini sudah siap produksi," ucapnya.

Mitos Mistis Bangunan Rhipa Pharmacy

Tidak begitu banyak pemukiman warga di sekitar area bangunan membuat kawasan pabrik Rhipa Pharmacy sangat sepi. Hanya hiruk-pikuk truk, minibus dan sepeda motor silih-berganti melintas.

Kendaraan itu datang dari arah Kabupaten Solok maupun Kota Padang. Sementara di sisi seberang jalan area pabrik, terdapat dua rumah sekaligus warung yang ditempati beberapa keluarga.

Warung ini juga menjadi salah satu tempat persinggahan para sopir truk maupun pengendara lainnya untuk beristirahat sejenak usai menaklukkan Sitinjau Lauik. Beberapa sopir truk juga sering mencuci kendaraan di lokasi ini.

Sejak bangun Rhipa Pharmacy tidak beroperasi, begitu banyak cerita mistis yang beredar di kalangan masyarakat. Ada yang hanya sekadar mendapat cerita, ada pula pengendara mengaku mengalami gangguan gaib secara langsung.

Kejadian-kejadian itu dialami saat melintas di depan area bangunan bekas pabrik tersebut. Namun lain hal bagi Tanti, salah seorang warga yang tinggal di depan area bekas pabrik.

Bangunan bekas pabrik obat di Sitinjau Lauik hanya beroperasi selama 9 bulan. Bangunan yang berdirinya 1988 itu juga disebut angker.

Bangunan bekas pabrik obat-obatan di Sitinjau Lauik. (Irwanda/Langgam.id)

Selama menghuni rumah peninggalan orang tuanya, perempuan 53 tahun ini tidak pernah merasakan hal-hal mistis. Cerita-cerita itu diakuinya hanya keluar dari mulut ke mulut hingga beredar luas.

"Kata orang angker, banyak penampakan. Orang-orang katanya pernah melihat saat berkendara. Tapi ibu sampai sekarang Alhamdulillah tidak pernah," kata dia.

"Cerita orang wujud gaib itu berubah-ubah. Kadang pernah juga berat saja rasanya saat berkendara, rasa ada yang diboncengi padahal dia sendiri," sambung Tanti.

Hal mistis itu juga tidak berlaku bagi Azwar Oyong, sang penjaga bangunan. Sejak 1996, kakek 72 tahun ini menjaga dan bahkan bermalam di pos yang berada di dalam area pabrik.

"Cerita-cerita orang memang iya (angker), tapi tidak begitu sekali (sebenarnya)," tuturnya.

Oyong mengaku, karena dikenal angker, dulu begitu banyak orang datang membawa semacam sesajen kemudian meminta angka untuk bermain judi toto gelap (togel). Namun kegiatan itu sudah tidak ada lagi.

"Selama puluhan tahun menjaga, rasa takut pasti ada, tapi tidak dipikirkan. Kalau angker itu tergantung, kalau kita ingin bertemu (makhluk gaib), tentu kita bisa, kalau tidak, tentu dia tidak juga menampakkan," jelasnya.

Oyong menceritakan dirinya juga pernah dianggap hantu oleh pengendara dan sopir truk. Padahal saat itu, dirinya hanya berniat untuk membantu pengendara yang mengalami masalah.

"Saya keluar dari pagar niat ingin membantu sopir truk bocor ban, eh malah dikira hantu. Kabur dia, dikemudikan truknya dalam kondisi ban bocor," ujarnya.

Dari cerita yang Oyong dapat, sosok hantu yang sering dijumpai pengendara berupa seorang perempuan hingga laki-laki berpakaian jubah. Tetapi selama menjaga bangunan, ia tidak pernah melihat makhluk halus seperti cerita beredar.

Bangunan bekas pabrik obat di Sitinjau Lauik hanya beroperasi selama 9 bulan. Bangunan yang berdirinya 1988 itu juga disebut angker.

Bangunan bekas pabrik obat-obatan di Sitinjau Lauik. (Irwanda/Langgam.id)

"Saya pas jaga malam hanya lihat bayangan saja. Saya berpikir positif saja, mungkin itu kantong kresek terbang," katanya.

Baca juga: Kota Tua Padang Bersolek, Nuansa Eropa Kian Terasa

Oyong mengungkapkan area dan bangunan bekas milik Rhipa Pharmacy ini telah diambil alih oleh PT Delima Trisakti sejak tahun 2010. Dirinya juga tidak tahu bangunan ini akan difungsikan untuk apa kedepannya.

"Dulunya pabrik obat-obatan berdirinya 1988 kalau enggak salah. Tapi hanya beroperasi sembilan bulan. Untuk saat ini untuk apa bangunan ini belum tahu," ungkapnya.

Dapatkan update berita Padang – berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini dari Langgam.id. Mari bergabung di Grup Telegram Langgam.id News Update, caranya klik https://t.me/langgamid, kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga

Tercatat ada 665.126 daftar pemilih tetap (DPT) akan memberikan suaranya di 1.487 TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang tersebar di 11 kecamatan
KPU Padang Targetkan Partisipasi Pemilih 77,5 Persen di Pilkada 2024
Kebakaran melanda sebuah rumah di Jalan Komplek Kehakiman, Cengkeh Blok G, Kota Padang, pada Jumat (15/11/2024). Kejadian tersebut dilaporkan pada pukul 12.43 WIB
Satu Rumah Hangus Terbakar di Cengkeh Padang, Kerugian Capai Rp800 Juta
Kebakaran besar menghanguskan 10 rumah semi permanen di kawasan Komplek Wisma Utama Tepi Air, RT 01 RW 03, Kelurahan Parak Laweh Pulau Aia Nan XX, Kecamatan Lubuk Begalung
Kebakaran Hanguskan 10 Rumah di Parak Laweh, Seorang Balita Alami Luka Bakar
Bawaslu memilih Padang Barat sebagai Kampung Pengawasan Partisipatif untuk Pilkada yang akan berlangsung pada 27 November 2024 nanti.
Padang Barat Dipilih Sebagai Kampung Pengawasan Partisipatif, Ini Alasannya
Kebakaran terjadi di kawasan pemukiman padat di Kelurahan Bungus Selatan, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, Sabtu (26/10/2024)
Kebakaran di Bungus Selatan, Satu Rumah Hangus Terbakar, Sembilan Orang Mengungsi
Turnamen Piala Wali Kota Padang Electronic Sport (E-Sport) Series Padang resmi dibuka oleh Pj Wali Kota Padang, Andree Algamar
Buka Turnamen E-Sport, Pj Wako Padang: Sebagai Langkah Cegah Kenakalan Remaja