Temuan Walhi Soal Pelanggaran Proyek Reklamasi di Danau Singkarak

Berita Kabupaten Solok - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Walhi Sumbar menemukan pelanggaran proyek reklamasi di Danau Singkarak.

Rombongan DPRD Sumbar mengunjungi Danau Singkarak beberapa hari yang lalu. [foto: Pemkab Solok]

Berita Kabupaten Solok - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Walhi Sumbar menemukan sejumlah pelanggaran pada proyek reklamasi di Danau Singkarak.

Langgam.id - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) menemukan sejumlah pelanggaran pada proyek reklamasi di Danau Singkarak di dermaga Jorong Kalukua, Nagari Singkarak, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok.

Kepala Departemen Kajian Advokasi dan Kampanye Walhi Sumbar, Tommy Ada menjelaskan, pihaknya awalnya mendapatkan laporan pada masyarakat setempat pada November 2021. Kemudian langsung menurunkan tim untuk melakukan kajian di lapangan.

"Sebelum yang sekarang, pada tahun 2016 sudah terjadi reklamasi, Walhi menemukan reklamasi dilakukan dengan panjang 100 meter dan lebar sekitar 30 sampai dengan 50 meter," katanya, Rabu (26/1/2022).

Bahkan terang Tommy, pasir dan material untuk menimbun danau berasal dari bahan yang tidak punya izin.

Kemudian Walhi bersama Pemprov Sumbar meminta menghentikan proyek dan akhirnya dihentikan pada Juli 2016 yang dikelola oleh PT Kaluku Indah Permai.

Kemudian pada tahun 2021 ungkapnya, didapatkan lagi laporan pembangunan tempat wisata di lokasi yang sama di tahun 2016.

Padahal kata Tommy, seharusnya Pemkab Solok memulihkan bekas reklamasi, tapi malah membangunnya kembali. Harusnya danau dikeruk kembali untuk pemulihan.

Pada November 2021 itu sebutnya, Walhi menemukan puluhan truk mengangkut pasir di lokasi diduga untuk reklamasi. Kemudian ditemukan juga truk molen mengangkut semen untuk pembangunan objek wisata.

"Diantaranya dibangun ada kafe dan resto, ada vila, dan ada taman bermain anak serta tempat wisata air rencananya," katanya.

Ia menjelaskan, bahwa pembangunan saat ini dilakukan oleh perusahaan yang berbeda. Kalau dulu dilakukan oleh PT Kaluku Indah Permai pada tahun 2016, sementara pada tahun 2021 dilakukan oleh CV Anam Daro.

Menurutnya, pembangunan di lokasi sekarang melanggar sejumlah aturan. Pertama pembangunan dilakukan di lokasi bekas reklamasi yang dulunya telah dinyatakan ilegal.

Kedua, tidak ada dokumen terkait lingkungan baik di provinsi maupun pihak Pemkab Solok.

Pelanggaran selanjutnya terang Tommy, terjadi pada Perda Tata Ruang. Pelanggaran mengacu pada Perda Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Solok, bahwa yang direklamasi itu adalah kawasan lindung. Bukan peruntukan untuk pembangunan objek wisata.

"Jadi ini menyalahi aturan tata ruang di Solok, jadi ada pidana dan perdata sebenarnya ketika aturan itu dilanggar," katanya.

Kemudian, menurutnya, pemanfatan sempadan danau juga tidak ada izin dari yang berwenang yaitu Balai Wilayah Sungai (BWS) V Wilayah Sumatra.

"Tidak ada rekomendasi untuk izin reklamasi. Tidak ada juga izin usaha dari CV Anam Daro di daerah yang direklamasi," bebernya.

Ia mengatakan, dari hasil pelanggaran itu diketahui investor tidak taat hukum, sehingga pembangunan seharusnya dihentikan secara permanen. Kemudian melakukan pemulihan danau di lokasi reklamasi.

Pihaknya juga melakukan perbandingan citra satelit sebelum 2016 dan pada 2022. Pihaknya telah menghitung potensi kerugian negara sekor lingkungan akibat reklamasi yang diduga tanpa izin itu mencapai Rp3,3 miliar.

"Rinciannya, biaya kerugian ekologis Rp1,2 miliar, biaya ekonomi Rp952 juta, dan biaya lingkungan Rp1,2 miliar," jelas Tommy.

Potensi kerugian tersebut dianalisis berdasarkan Permen Nomor 7 Tahun 2014 tentang Ganti Rugi Akibat Pencemaran dan atau Kerusakan Lingkungan Hidup, UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara, dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Ia mengungkapkan, bahwa Walhi Sumbar meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengusut dugaan potensi negara dan melakukan kajian detail terkait itu.

Walhi juga meminta Kementerian ATR/BPN untuk melakukan upaya tegas terhadap aktivitas ilegal yang tidak sesuai dengan peruntukan tata ruang.

Baca juga: Ikuti Arahan Pemprov, Bupati Solok Hentikan Reklamasi Danau Singkarak

Walhi sebutnya, meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk memberikan sanksi tegas terhadap kegiatan yang berdampak kepada kelestarian ekosistem Danau Singkarak.

"Danau Singkarak harus dipulihkan kembali, seperti apa sebelumnya sebelum reklamasi maka harus seperti itu lagi, lakukan penghentian permanen," ujarnya.

Dapatkan update berita Kabupaten Solok – berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini dari Langgam.id. Mari bergabung di Grup Telegram Langgam.id News Update, caranya klik https://t.me/langgamid, kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga

Sekda Kabupaten Solok, Medison mengungkapkan bahwa masih ada lebih dari 1.300 keluarga di daerah itu yang belum menikmati listrik.
1.300 Keluarga di Kabupaten Solok Belum Menikmati Listik
Masyarakat Malalo Tigo Jurai dan sekitarnya kembali menolak pembangunan PLTS di Danau Singkarak, Rabu (15/1/2025). Penolakan tersebut
Kata Ketua Forum Anak Nagari Batipuh Selatan Soal Pembangunan PLTS di Danau Singkarak
Walhi Sumbar menyebut gubernur Sumbar sudah memberikan dukungan terhadap perusahaan untuk mengembangkan PLTS Singkarak. Dukungan
Kata Walhi Sumbar Soal Rencana Pembangunan PLTS di Danau Singkarak
KPU Sumbar menetapkan pasangan Mahyeldi Ansharullah dan Vasko Ruseimy sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih pada Pilkada 2024
Ditetapkan Jadi Gubernur dan Wagub Sumbar, Ini 10 PR Mahyeldi-Vasko Soal Lingkungan
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: KPK RI mencatat telah terjadi total 490 pelanggaran di Danau Singkarak. 
Di Balik Topeng Energi Hijau: Membedah Kontroversi PLTS Terapung Danau Singkarak
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo  menunjuk Brigjen Pol Gatot Tri Suryanta jadi Kapolda Sumbar menggantikan Irjen Pol Suharyono
Profil Brigjen Pol Gatot Tri Suryanta, Kapolda Sumbar yang Baru Pengganti Suharyono