Langgam.id - Bupati Solok yang juga bakal calon gubernur Sumatra Barat, Epyardi Asda, berjanji akan membangun kembali rumah korban bencana banjir bandang (galodo) di Kabupaten Agam. Pembangunan tersebut akan dilakukan melalui program bedah rumah dari pemerintah pusat.
“Tahun ini kita mendapat bantuan 2.000 bedah rumah dari pemerintah pusat untuk Kabupaten Solok. Sebagian akan saya bawa ke sini untuk membantu korban bencana,” sebut Epyardi saat mengunjungi korban galodo di Bukit Batabuah, Candung, Agam, dalam keterangan resmi, Senin (13/5/2024).
Ia meminta masyarakat yang terdampak bencana untuk memberikan data kepada pemerintah setempat, berupa kartu tanda penduduk (KTP), kartu keluarga (KK), dan surat keterangan kepemilikan tanah dari Kerapatan Adat Nagari (KAN).
“Data-data tersebut kita perlukan untuk mengajukan program bedah rumah ini ke pemerintah pusat. Mudah-mudahan bisa segera terealisasi sehingga masyarakat yang kehilangan rumah akibat bencana bisa memilliki hunian yang baru,” harap Epyardi.
Pada kunjungan ke lokasi bencana tersebut, Epyardi juga membawa satu unit alat berat berjenis ekskavator. Alat tersebut akan digunakan untuk proses evakuasi dalam mencari korban galodo yang belum ditemukan.
“Kita mendapat laporan jika provinsi belum juga menurunkan alat berat untuk galodo Agam. Makanya kita bergerak cepat dengan membawa alat berat dan bantuan makanan dan pakaian bagi korban yang sudah kehilangan harta bendanya,” paparnya.
Sejumlah korban yang didatangi Epyardi merasa bersyukur dan berterimakasih atas bantuan pembangunan rumah dan alat berat tersebut. Bahkan, beberapa orang di antara mereka terlihat meneteskan air mata karena merasa terharu.
“Terima kasih, Pak, sudah peduli kepada kami. Rumah kami sudah tidak ada, pakaian hanya yang melekat di badan. Jika Bapak membangunkan rumah kembali, kami sangat bersyukur,” kata warga Bukit Batabuah, Erma Fetrina, yang dijumpai di posko kesehatan.
Erma bersama ibunya yang sudah tiga tahun terbaring lemah di tempat tidur, juga mengharapkan adanya bantuan bagi para lanjut usia, seperti pampers, kain sarung, hingga makanan lunak.
Permintaan tersebut diamini langsung oleh Epyardi. Ia memberikan sejumlah pakaian dan seribu kain sarung kepada para korban. Selain itu, ia juga memberikan lima dispenser, kipas angin, mukena, sajadah, dan Alquran.
Salah seorang korban lainnya, Lindawati, meminta agar Epyardi membenahi tiang jembatan yang selama ini kerap menampung kayu-kayu dan sampah. Jika sampah sudah menumpuk, maka air sungai jadi meluap dan menggenangi perumahan warga.
“Kami trauma Pak. Paruik kanyang, tapi mato ndak lalok (perut kenyang, tapi mata tidak bisa terlelap-red). Kalau hujan tiba, kami takut galodo datang lagi,” kata dia.
Epyardi juga menjawab keluhan tersebut. Ia pun menginstruksikan operator alat berat untuk memprioritaskan pembenahan jembatan.
“Kita juga punya drone. Nanti operator juga akan menerbangkan drone itu ke hulu sungai, untuk melihat potensi galodo yang akan datang. Dengan begitu, kita bisa melakukan perbaikan dan pembenahan. Dan, yang terpenting, warga tidak lagi was-was,” terang Epyardi. (*/Fs)