Konservasi DAS

Pengaruh perkembangan zaman dan kebutuhan akan sumberdaya alam semakin meningkat, Daerah Aliran Sungai (DAS) mengalami penurunan fungsi. Penurunan fungsi tersebut disebabkan oleh banyak faktor diantaranya, meningkatnya kegiatan deforestasi, maraknya penebangan hutan secara liar, sistem pertanian yang tidak ramah lingkungan, pengerukan material pada dasar DAS dan lain sebagainya.

Penurunan fungsi DAS tidak boleh terus dibiarkan, mengingat fungsi DAS sangat penting dan berguna bagi kehidupan masyarakat banyak. DAS memiliki peran yang sangat krusial dalam hal menjaga lingkungan dan menyuplai kebutuhan air bagi masyarakat.

Selain itu, DAS juga memiliki peran menjaga kualitas air, mencegah terjadinya banjir dan kekeringan saat musim hujan dan kemarau, serta mengurangi aliran massa tanah dari hulu ke hilir. Agar tidak terjadinya penurunan fungsi DAS secara terus menerus perlu dilakukan upaya untuk menjaga dan melestarikan kondisi DAS tersebut salah satunya dengan cara konservasi DAS.

Untuk menjaga keberlangsungan lingkungan hidup dan ekosistem, upaya konservasi tanah dan air sangat penting dilakukan. Namun hal tersebut menghadapi banyak tantangan dan hambatan seperti terjadinya deforestasi, dan degradasi lahan yang terus dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, sampai ke aturan yang tidak ada kejelasan dan regulasinya.

Dalam konteks konservasi tanah dan air, pada dasarnya meningkatkan kapasitas dan daya dukung DAS, karena DAS dinilai sebagai unit paling representatif dalam penyelenggaraan perlindungan dan pemeliharaan fungsi tanah pada lahan.

Dalam PP/32 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS antara lain menyebutkan, DAS merupakan suatu wilayah daratan sebagai satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai. Ia berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air dari curah hujan ke danau atau ini ke laut secara alami.

Dari definisi tersebut dapat dipahami bersama tak satu pun jengkal tanah keluar dari zona wilayah DAS. Karena kondisi DAS, sudah dapat dipastikan akan memberikan dampak pada daerah hulu hingga pesisir
Bila dilihat dari sisi bentang alam, DAS merupakan satu bentuk intervensi spasial dalam mewujudkan konservasi tanah dan air.

Segala intervensi tersebut dikaitkan upaya konservasi tanah dan air, dengan meningkatkan daya dukung DAS. Bila kondisi hulu rusak, maka akan berdampak pada daerah hilir dengan terjadi banjir. Dapat dikatakan bahwa pengelolaan DAS haruslah terintegrasi karena merupakan satu kesatuan tak terpisahkan.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan pada wilayah hulu, adalah dengan model teknologi yang bisa diterapkan mendukung konservasi. Contoh, penerapan terasiring pada sistem pertanian di hulu dengan tingkat kecuraman tinggi atau agroforestri pada wilayah dimungkinkan. Penerapan teknologi dilakukan secara tepat di masing-masing wilayah.

Bila kita melihat Pasal 12 UU 37/2014 tentang Konservasi Tanah dan Air, dikatakan bahwa konservasi itu meliputi upaya perlindungan, pemulihan, peningkatan dan atau pemeliharaan fungsi tanah dan lahan. Sasarannya, bukan hanya pada kawasan lindung saja tapi termasuk kawasan budidaya termasuk gambut, sabana hingga pesisir.

Pada konteks lahan budidaya maka diperlukan intervensi penggunaan teknologi tepat guna. Dengan konservasi tanah dan air ini bisa memberi nilai manfaat kepada masyarakat, seperti tanam porang pada garis-garis batas terasiring di lahan-lahan pertanian di hulu atau rehabilitasi mangrove di pesisir.

Sebenarnya UU Konservasi Tanah dan Air sudah detail mengatur bagaimana pelaksanaan konservasi tanah dan air. Sebagai contoh, upaya peningkatan atau pemulihan lahan, setidaknya dapat dilakukan dengan tiga metode yakni, secara agronomi, vegetatif dan sipil teknik. (1) Metode agronomi dengan pemberian mulsa, pengaturan pola tanam, pengayaan tanaman, pengolahan tanah konservasi, penanaman mengikuti pola kontur, pemupukan hingga pemberian amelioran. (2) Metode vegetatif dengan memperbanyak tanaman konservasi tanah dan air. Dan (3) metode sipil teknik dengan membuat bangunan konservasi tanah dan air.
*Dosen Fateta Unand dan Pemerhati Lingkungan

Baca Juga

Laut Indonesia Terancam, Greenpeace Harap Kebijakan Indonesia Lebih Agraris dan Maritim
Laut Indonesia Terancam, Greenpeace Harap Kebijakan Indonesia Lebih Agraris dan Maritim
Anies-Muhaimin Komitmen Tangani Masalah Iklim
Anies-Muhaimin Komitmen Tangani Masalah Iklim
Ketua SIEJ, Joni Aswira: GPC 2023 Berpotensi Dorong Kolaborasi Atasi Perubahan Iklim
Ketua SIEJ, Joni Aswira: GPC 2023 Berpotensi Dorong Kolaborasi Atasi Perubahan Iklim
Hentikan Praktik Pembakaran Jemari Padi
Hentikan Praktik Pembakaran Jemari Padi
MLH Muhammadiyah Sumbar Ajak Penanaman Mangrove untuk Meningkatkan Ekosistem Pesisir
MLH Muhammadiyah Sumbar Ajak Penanaman Mangrove untuk Meningkatkan Ekosistem Pesisir
BRI Regional Padang Program BRI Menanam
BRI Menanam Targetkan Tanam 5.720 Bibit Pohon Produktif di Sumbar