Langgam.id - Sebagian besar kasus positif corona (Covid-19) yang diperiksa di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Andalas (Unand) berasal dari orang tanpa gejala (OTG) dan orang dalam pemantauan (ODP). Bila Sumatra Barat (Sumbar) lebih cepat mendeteksi kasus seperti ini, upaya memutus mata rantai penularan akan lebih cepat dilakukan.
"Bahwa peningkatan kasus tidak selalu berkorelasi dengan semakin jelek. Ada kala peningkatan kasus berkorelasi dengan hal yang baik. Seperti kasus sekarang di Sumbar," ujar Kepala Laboratorium Andani Eka Putra, Kamis (30/4/2020) saat dihubungi langgam.id.
Andani merincikan, dari 3.100 sampel spesimen corona yang telah diperiksa, 80 persen di antaranya sampel berasal dari OTG dan ODP. Sementara 20 persennya merupakan pasien dalam pengawasan (PDP).
Bahkan, katanya, dari 20 persen sampel spesimen PDP yang diperiksa, hanya 30 persen di antaranya yang dinyatakan positif. Kasus positif selebihnya, berasal dari OTG dan ODP yang telah berhasil diidentifikasi serta di-tracking.
Ia mengungkapkan, kondisi menjadi buruk apabila kasus positif yang ditemukan banyak berasal dari PDP. Namun nyatanya, hal tersebut tidak terjadi di Sumbar.
"Coba bayangkan sekarang, ada 23 orang semua itu OTG dan ODP. Kalau misalnya mereka tidak diperiksa atau tidak terdeteksi, kira-kira berapa orang yang terinfeksi?" katanya.
"Kalau satu orang, sehari bisa menginfeksi lima orang. Satu bulan kita ambil aja umur virusnya 20 hari, satu orang menginfeksi lima orang dikali 20 hari jadi 100 orang. Kalau 23 orang kali 100 artinya 2.300 orang. Satu OTG turun menurun, kebayang resikonya," bebernya.
Maka dari itu, menurut Andani, saat ini Sumbar sudah ada di posisi cepat dalam upaya penanganan penularan virus corona. Serta sesuai dalam penanganan yang direkomendasikan organisasi kesehatan dunia (WHO).
"Sudah multi track, seperti yang direkomendasikan WHO, bahwa deteksi dini, karantina dilakukan sistematis dan rapi. Ini sudah usaha kita," tuturnya.
Menurutnya, temuan kasus positif berasal dari OTG dan ODP, menunjukkan Sumbar cukup berhasil dalam memutus penularan virus corona atau covid-19.
"Ini menggambarkan bahwa sistem upaya kita dalam memutus penularan dengan mengidentifikasi orang-orang yang berpotensi sebagai penyebar, cukup berhasil," katanya.
Cepatnya Sumbar dalam mendeteksi dini penyebaran penular virus corona, menurutnya, bisa menjadi langkah pemerintah provinsi. Apalagi ditambah dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Andani mengatakan, bila kondisi terus membaik, kemungkinan status PSBB di Sumbar tak mesti diperpanjang. Bahkan, dengan upaya cepat mendeteksi penularan, Sumbar bisa terbebas dari corona pada Bulan Juni dan Juli 2020 mendatang.
"Dengan kita lakukan pemeriksaan dari lini awal, kita periksa OTG dan ODP itu, maka kita akan tahu potensi daerah untuk menyebarkan virus seperti apa. Apalagi kemudian orang pulang dari Jakarta kita identifikasi, kita periksa, maka resikonya untuk penularan semakin kecil. Pada suatu titik, virus akan habis," katanya.
Agar harapan Sumbar terbebas dari corona, Andani berharap partisipasi masyarakat. Salah satunya, dengan bersikap jujur dan menginformasikan adanya orang sekembalinya dari daerah pandemi.
"Kedua semua pintu masuk seluruh di Sumbar dijaga. Enggak boleh masuk semarang, boleh masuk tapi diperiksa dulu, di-swab, diperiksa PCR, itu kita lakukan. Sampai kapan? Sampai Indonesia aman dari covid-19," ujarnya. (Irwanda/SS)