Langgam.id - Bupati Agam Indra Catri menyayangkan tindakan pencemaran nama baik melalui media sosial (medsos) yang dialami anggota DPR RI Mulyadi. Apalagi, kasus ini menjerat dua orang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan honorer di Pemerintahan Kabupaten Agam.
Seperti diketahui, ada tiga tersangka yang telah ditetapkan tersangka, di antaranya ASN berinisial ES (58) dan honorer berinisial RP (33). Kemudian seorang pekerja swasta yaitu RH (50).
Menurut Indra Catri, adanya keterlibatan dua bawahannya hanya kebetulan yang juga berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pencemaran nama baik ini merupakan konflik horizontal antara pendukung yang tidak bijak mengunakan medsos.
"Makanya, bijaklah bermedia sosial. Ini nasi sudah menjadi bubur. Saya jadi terganggu, Pak Mulyadi juga terganggu (atas kasus ini). Pastikan," ujarnya kepada langgam.id usai deklarasi maju sebagai wakil gubernur di Kantor DPD Gerindra Simbar, Selasa (23/6/2020).
Baca juga: Dugaan Kasus Pencemaran Nama Baik Mulyadi, Bupati Agam Juga Diperiksa Polda Sumbar
Ia mengungkapkan, dalam hal dukung-mendukung, simpatisan harus bijak dan cerdas. Kasus ini menurutnya, jelas adanya terkait pemilihan gubernur Sumbar.
"Ini membenturkan kami. Pak Mulyadi orang Agam, saya orang Agam. Jadi simpatisan harus bijak, ini yang saya takutkan dari dulu konflik horizontal antara kedua simpatisan," katanya.
Indra Catri menyebutkan, secara pribadi dirinya tidak ada masalah dengan Mulyadi. Namun dengan kasus ini, secara tidak langsung membuatnya saling berbenturan.
Bahkan, kata dia, pencemaran nama baik yang dilakukan bawahnya tanpa sepengetahuannya. Meskipun diakui, para tersangka ada sebagian merupakan simpatisan dirinya yang terlalu ugal-ugalan dalam bermedia sosial.
"Kalau tahu saya, pasti saya marahin. Apa yang dia bikin itu. Dia itu kadang-kadang ugal-ugalan, ini yang susah. Hati-hati, kan persoalannya bukan dirinya, bisa kemana-mana," tuturnya.
Baca juga: 3 Pelaku Dugaan Pencemaran Nama Baik Anggota DPR Mulyadi Diciduk Polda Sumbar
Indra Catri juga mengakui kenal dengan pelapor atas nama Revli Irwandi. Bahkan, yang bersangkutan merupakan satu kampung dan pernah menjadi sopir pribadinya.
"Tapi hubungan saya dengan Pak Mulyadi baik-baik saja kok, tidak masalah. Yang pelapor saya kenal, orang satu kampung dan pernah jadi sopir saya," katanya. (Irwanda/ICA)