Cerita Mahasiswa Tentang Manfaat Program Kampus Merdeka

kuliah tatap muka

Ilustrasi mahasiswa. [pixabay.com]

Langgam.id - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengadakan program Kampus Merdeka sebagai bagian dari kebijakan merdeka belajar. Program ini merupakan usaha pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Kampus merdeka dapat menjadi program persiapan karier yang berguna untuk mempersiapkan generasi terbaik Indonesia. Lewat kegiatan ini mahasiswa diberikan kesempaatan untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan.

Diantara program kampus merdeka yaitu Kampus Mengajar, Magang, dan Pertukaran Mahasiswa Merdeka. Mahasiswa dapat mengikuti program tersebut dengan memenuhi sejumlah persyaratan di kampus masing-masing.

Program Kampus Merdeka juga telah dibuka di kampus-kampus yang ada di Sumatra Barat (Sumbar). Sejumlah mahasiswa yang pernah ikut program ini menyebut mendapatkan pengalaman menarik dan sangat mendukung kebijakan ini.

Diantara banyak mahasiswa yang telah mengikuti Kampus Merdeka, Nurul Septiani merupakan salah satunya. Ia merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Pendidikan Bahasa Sastra Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.

Mahasiswa angkatan 2018 itu pernah mengikuti salah satu program Kampus Merdeka yaitu Kampus Mengajar, selama sekitar tiga bulan di daerah terpencil di Provinsi Riau. Ia ditempatkan di SDS Almuttaqina Imama di daerah Pematang Pudu, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Nurul mengikuti program selama tiga bulan tepatnya dari 22 Maret 2021 sampai 25 Juni 2021. Ia menyebut program yang dia ikuti adalah untuk angkatan pertama, sementara saat ini juga telah ada program yang sama untuk angkatan ke dua.

Mahasiswa semester 6 ini menceritakan pengalamannya ikut Kampus Mengajar. Ia awalnya mendapat informasi dari kampus kalau Kemendikbud Ristek ada program Kampus Mengajar. Informasi dibagikan di grup angkatan oleh dosen lalu banyak teman-temannya yang tertarik ikut.

"Saya sempat tidak mau ikut karena syarat yang diutamakan punya sertifikat organisasi, sementara saya tidak punya, tapi kata teman ikut saja karena banyak manfaatnya, akhirnya saya tertarik ikut karena banyak manfaatnya," katanya, Kamis (26/8/2021).

Program ini menurutnya tidak diwajibkan oleh kampus dan hanya bagi mereka yang berminat saja dan tentu ada syarat mesti dipenuhi. Bagi yang mau ikut mendapatkan sejumlah keuntungan seperti pemotongan UKT sebesar Rp 2,4 juta, dapat uang saku Rp 1,2 juta perbulan, dan dapat sertifikat nasional Kampus Mengajar.

Manfaat lainnya mahasiswa dapat konversi SKS sebanyak 12 SKS. Sehingga ia tidak lagi ikut beberapa mata kuliah dan nilainya diambil dari program kampus mengajar. Selain itu ia juga mendapat pengalaman berharga karena diberikan kesempatan mengajar di sekolah SD yang masuk dalam wilayah 3 T.

Dia mengatakan saat lolos seleksi tahap pertama, dirinya dikasih tiga pilihan SD di wilayah 3 T. Ia kemudian memiliha di wilayah Duri Riau dengan pertimbangan dekat dengan rumahnya. Nurul sendiri merupakan warga Riau yang kuliah ke Kota Padang.

Nurul menjelaskan, selama ikut kegiatan ia sebenarnya hanya diberi tugas untuk mengajar literasi dan numerasi. Namun ia  juga melakukan kegiatan lain seperti membantu urusan administrasi sekolah, pengenalan teknologi, dan lainnya.

"Kebetulan saya backgroundnya juga jurusan bahasa Inggris, jadi karna sekolah nya sekolah swasta dan ada mata pelajaran bahasa asing terutama bahasa Inggris maka saya juga membantu mengajar bahasa Inggris," ujarnya.

Dilanjutkannya, dalam tiga bulan mengajar selama 1,5 bulan diantaranya berlangsung secara tatap muka. Lalu dilanjutkan secara daring setelah lebaran. Diakuinya selama daring proses belajar agak susah karena terkendala jaringan di wilayah 3 T.

Kendala lainnya banyak murid yang rumahnya berada di daerah pelosok yang juga susah sinyal. Sehingga belajar hanya lewat aplikasi whatapps antara guru dan murid. Selama kegiatan itu Nurul mengikuti dengan peserta lainnya yang berasal dari kampus di Medan dan juga asal Riau.

"Jadi kami juga alihkan tugas dengan membantu administrasi sekolah yaitu buat modul berbahasa Inggrisuntuk sekolah yang diberi amanat sama kepala sekolahnya," katanya.

Selama kegiatan Nurul tinggal cukup jauh dari rumahnya. Apalagi jalan dari rumahnya ke sekolah cukup menantang seperti melewati kebun karet, sawit dan jarang rumah penduduk. Jalan kesana juga masih tanah dan belum diaspal. Apalagi kalau hujan maka medan akan lebih sulit.

Meski ikut kegiatan Nurul juga tetap mengikuti kuliahnya di Padang secara virtual dari Riau. Ia juga tetap membuat tugas yang diberikan dosen. Meski demikian ia tetap bersemangat menjalani keduanya kuliah dan mengajar.

Dia menilai program kampus mengajar sangat bermanfaat. Dia dapat berbagi ilmu yang didapat dari kampus untuk disalurkan ke sekolah. Ia juga bisa dapat pengalaman yang orang lain belum tentu mendapatkannya. Dia juga dapat membantu guru guru untuk belajar teknologi.

"Dengan mengajar kita juga ketemu sama anak-anak yg disekolah nya dak pakai seragam,dengan latar belakang dan sifat yang beda beda, bisa ngerasain gimana butuh perjuangan  buat sampai ke sekolah, tapi anak anak disana semangat ke sekolah nya besar," katanya.

Selain Nurul, pengalaman menarik lainnya juga dirasakan oleh Riri Masyitah mahasiswa angkatan 2018 Jurusan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia dan Daerah prodi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang (UNP).

Riri mengikuti kegiatan Kampus Merdeka lainnya yaitu magang bersertifikat. Dia memilih magang jadi reporter di perusahaan media cetak koran Padang Ekspres selama enam bulan. Dia baru mengikuti progam sejak awal Agustus. Program ini akan diikutinya sampai Desember 2021 nanti.

"Awalnya dapat pengumuman dari jurusan, saya ikut angkatan ke dua di tahun ini, semua dijelaskan cara dan syarat pendaftaran dan saya waktu itu ikut mendaftar," katanya.

Mahasiswa asal Kabupaten Agam ini mengaku ikut karena mendapat banyak manfaat seperti praktek lapangan dianggap sudah dilaksanakan dan diberikan nilai bagus. Kemudian ada juga rencananya diberikan uang saku sekitar Rp 700 ribu perbulan.

Sebelum magang dia juga mendapatkan pembekalan dari kampus. Dia memilih magang di Kota Padang di koran Padang Ekspres karena merupakan media cetak paling dikenal di Sumbar. Lokasi dipilih sendiri namun nanti diseleksi kampus.

"Saya kalau untuk program penelitian tidak cukup syarat, lalu saya pilih yang magang, saya pilih karena saya memang ingin magang juga dan nanti tidak ada lagi magang dari kampus," katanya.

Riri menyebut tidak semua mahasiswa yang ikut, angkatannya hanya sebanyak 15 orang yang ikut. Ada juga dari angkatan lain ikut.

Dia menilai dengan ikut magang di perusahaan dia mendapatkan banyak sekali manfaat, terutama pengalaman dan jaringan. Dia merasakan bagaimana pengalaman bekerja di perusahaan dan bisa kenal dengan orang-orang baru selama liputan menjadi reporter.

Selama hampir sekitar satu bulan menjalani magang ia mengaku sudah banyak berkenalan dengan orang baru. Hal ini tentu dapat menambah jaringan pertemenannya. Kemudian ia juga sudah berkunjung ke tempat-tempat baru selama liputan lapangan.

"Dengan ikut program ini juga ada mata kuliah yang dianggap sudah dilaksanakan seperti praktek jurnalistik," katanya.

Selain itu dirinya juga merasa lebih meningkat keterampilan menulisnya. Sebab selama magang hampir setiap hari dia menulis berita. Sementara saat kuliah biasanya hanya menulis untuk tugas kuliah.

Dia menilai program kampus merdeka sangat bermanfaat. Setiap mahasiswa mendapatkan manfaat suasana kerja di dunia nyata. Hal ini tentu akan sangat bermanfaat baginya setelah tamat kuliah nanti. Dia juga berharap program ini terus berjalan ke depannya.

Lain lagi dari Nurul yang ikut kampus mengajar dan Riri ikut magang bersertifikat, mahasiswa lainnya Rika Novitry Wulandari mengikuti program kampus mengajar yaitu pertukaran mahasiswa. Rika merupakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan, STKIP PGRI Sumbar.

Mahasiswa anggkatan 2019 itu awalnya berniat ikut program kampus mengajar,  namun karena dirnya mencoba mencari informasi lagi, ketua jurusannya menyarankan agar mengikuti program pertukaran mahasiswa. Akhirnya dia ikut program pertukaran mahasiswa.

"Akhirnya saya daftar pertukaran mahasiswa, selama sekitar  sebulan saya menunggu hasil dan tidak menyangka lulus karena ada sekitar 27 ribu orang mendaftar," katanya, Kamis (26/8/2021).

Dari total 27 ribu yang ikut mendaftar itu hanya sekitar 11 ribu orang saja yang lulus dan termasuk dirinya. Dia ikut seleksi seperti administrasi dan ada survei kebinekaan dan dia lulus seleksi itu.

Mahasiswa asal Kota Padang ini awalnya ingin pertukaran ke Universitas Gajah Mada (UGM) sebab awalnya ingin kuliah disana sehingga inigin mencoba merasakan bagaimana kuliah di UGM.

Dia melaksanakan kegiatan dengan skema tiga kampus yaitu tiga perguran tinggi mitra dan satu perguruan tinggi penerima yaitu Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Dia mengaku selama kegiatan ia mendapatkan banyak manfaat. Mahasiswa bisa merasakan kuliah di kampus lain di Indonesia.

"Ikut program ini bermanfaat sekali, kita tidak hanya mengambil ilmu di kampus sendiri tetapi kita juga mendapatkan ilmu dari kampus lain, mahasiswa bisa mengambil ilmu dari berbagai kampus di Indonesia," katanya.

Kegiatan ini diikuti Riri selama enam bulan di semester 5 ini dari Agustus sampai Desember 2021  secara virtual. Perkuliahan dilakukan seperti kuliah pada umumnya. Dia mengaku mendapat banyak manfaat  belajar dari kampus lain.

Sementara secara luring dia juga bisa mengeksplore budaya dari daerah kampus penerima pertukaran tersebut. Termasuk berkenalan dengan orang-orang baru sehingga menambah jaringan.

Selama kegiatan biaya ditanggung oleh panitia. Termasuk biaya tiket keberangkatan, tes antigen, kuota internet, dan biaya hidup. Kemudian kuliah di kampus lain itu juga bisa dikonversikan ke mata kuliah di kampusnya.

Dia mengaku saat ini kegiatan masih diikuti secara virtual, namun diharapkan bisa segera secara luring. Hal ini tentu tergantung kebijakan Covid-19 di masing-masing daerah. Menurutnya di daerah Jawa sendiri sudah banyak kegiatan secara luring.

"Ke depan kita harapkan kegiatan seperti ini terus berlanjut dengan persiapan lebih matang, banyak sekali keuntungannya, mahasiswa bisa merasakan kuliah dikampus yang ingin mereka rasakan, diharapakn ke depan informasinya lebih mudah," katanya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek Nizam lewat zoom meeting dalam program Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch angkatan ke-2, Jumat (25/6/2021) mengatakan bahwa Indonesia memiliki banyak tantangan ke depan. Sehingga harus memiliki sdm yang berkualitas.

"Beberapa tantangan nasional seperti demokratisasi dan transformasi sosial, kesenjangan, kemiskinan, ketergantungan produk impor," katanya saat menjadi narasumber dalam kegiatan yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation itu.

Pemerintah menurutnya terus berupaya menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa ini salah satunya dengan membangun pendidikan yang berkualitas. Program Kampus Merdeka merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia.

"Lewat Kampus Merdeka diharapkan mampu menciptakan SDM unggul sebab mahasiswa bisa belaja lintas prodi selama satu semester. Hal ini sangat berguna agar mahasiswa bisa mengembangkan potensi diri melalui pembelajaran yang fleksibel," katanya.

Disebutkanya, ada sembilan kegiatan dalam program kampus merdeka diantaranya yaitu pertukaran mahasiswa, magang, dan mengajar di sekolah. Hasil dari kegiatan ini diharapkan bisa mendapatkan manusia Indonesia yang unggul dan berkualitas.

Tag:

Baca Juga

Aksi Kolaborasi Bangun Pondok Literasi Rosihan Anwar di Solok
Aksi Kolaborasi Bangun Pondok Literasi Rosihan Anwar di Solok
Pertengahan pekan lalu, saya mendapat kesempatan berbicara sekitar 10 menit di sesi seminar pendidikan dalam rangka Kongress Minang Diaspora
Dari Seminar Pendidikan MDN: Dialektika yang Hilang 
Digelar 4 Hari, Wisuda ke 90 UIN Imam Bonjol Luluskan 1.865 Wisudawan
Digelar 4 Hari, Wisuda ke 90 UIN Imam Bonjol Luluskan 1.865 Wisudawan
Politisi Partai Golkar Evelinda
Tingkatkan Kualitas Anak Bangsa, Evelinda Bakal Perjuangkan Beasiswa Siswa Berprestasi
Sekampung Mendidik Seorang
Sekampung Mendidik Seorang
Dunia pendidikan di Kota Bukittinggi ditambahkan dengan materi ABS-SBK. Penambahan muatan lokal ini ditujukan untuk pelajar SD dan SMP.
Muatan Lokal Bagi Siswa SD dan SMP di Bukittinggi, Ada Materi ABS-SBK