Langgam.id - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Dharmasraya masih mengkaji laporan tim Andre Rosiade terkait dugaan pengadangan saat kampanye di daerah itu.
Ketua Bawaslu Kabupaten Dharmasraya, Syamsurizal menyebutkan, hingga saat ini, Bawaslu masih mempelajari laporan tersebut. "Laporan yang masuk, ada dugaan pengadangan kampanye yang dialami Juru Bicara (Jubir) Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi di Pasar Sungai Rumbai," ujarnya di Padang, Rabu (27/03/2019).
Dikatakan Syamzurizal, secara formal, lapoan sudah lengkap. Namun, pelapor masih ingin menambahkan barang bukti. "Hari ini pelapor berjanji menambahkan bukti-bukti. Hingga saat ini, baru sampai itu prosesnya," jelas Syasurizal.
Ketika laporan sudah dilengkapi, Bawaslu akan segera registrasi laporan tersebut. Kemudian, akan membahas bersama Sentra Penegakkan Hukum Terpadu (Gakkumdu) Kabupaten Dharmasraya.
"Setelah itu, baru klarifikasi. Apabila lengkap dan memenuhi syarat formil dan materil, kita lihat nanti perkembangannya, ini memang butuh kajian," ucapnya.
Menurutnya, ada sekira 30 orang yang dilaporkan. Terkait tuduhan adanya pengadangan, dia belum bisa pastikan. "Kita belum tahu pelanggarannya, kita juga tidak berani berspekulasi, kita kaji dan pelajari dulu," ungkapnya.
Selain itu, Ketua Bawaslu Sumatra Barat, Surya Efitrimen menyebutkan, laporan tersebut merupakan wewenang Bawaslu Dharmasraya. "Kalau informasi yang sampai ke saya, laporan itu masih tahap perbaikan berkas," ujarnya.
Dikatakam Surya, jika terbukti ada pelanggaran, penindakan juga dibawah wewenang Gakumdu Kabupaten Dharmasraya.
Menanggapi persoalan yang terjadi, seorang warga Dharmasraya, Fahmi Yandri menyebutkan, pengadangan terhadap tim Andre saat kampanye di Pasar Sungai Rumbai tidak benar.
"Bisa dilihat video yang beredar itu, kami hanya menyuarakan Jokowi, sedangkan mereka Prabowo, kan biasa saja itu, kita kan berdemokrasi," ujarnya ketika digubungi Langgam.id, Rabu (27/03/2019).
Menurutnya, itu hanya dua kubu bertemu di tempat dan waktu yang sama, tanpa ada konflik. "Dia ajak pedagang pilih Prabowo, sedangkan kami ajak pedagang pilih Jokowi, tidak ada aksi premanisme di situ," ungkapnya.
Fahmi yakin bahwa tuduhan pengadangan itu 100 persen salah. Tidak ada tindakan penghalangan saat itu.
"Kalau menghadang itu, kami berdiri di depan dan menghalang-halanginya. Ini tidak, kami berjalan di belakang Andre, lalu sama-sama menyuarakan capres masing-masing," jelasnya.
Ketika ditanya, apakah hal itu berhubungan dengan pidato Andre yang mengatakan ganti Bupati Dharmasraya Sutan Riska, dikatakan Fahmi tidak ada hubungannya sama sekali.
"Pemilihan bupati itu masih lama, tidak ada hubungannya. Kami hanya ingin menyuarakan dukungan kami terhadap Presiden Joko Widodo," ucapnya.
Alasannya, kata Fahmi, masyarakat Dharmasraya merasakan kemajuan selama kepemimpinan Jokowi, Daharmasraya sebagai daerah yang berada di pinggiran, program Nawacita Jokowi membawa angin segar.
"Kami tahu, pemimpin seperti apa yang dibutuhkan Dharmasraya," jelasnya.
Jadi begini, mendukung Jokowi, bagi kami sejalan dengan mendukung Sutan Riska. Mendukung orang berdua itu, bagi kami adalah perjuangan untuk kemajuan Dharmasraya, kata Fahmi. (Rahmadi/FZ)