Di Pesisir Selatan, Kelahiran Bayi Kembar Sumbang Picu “Perang Sekampung”

Di Pesisir Selatan, Kelahiran Bayi Kembar Sumbang Picu Perang Sekampung

Warga berpartisipasi pada tradisi parang pisang di Surantih Kecamatan Sutera. [Foto: MN. Hendra untuk Langgam.id]

Berita Pesisir Selatan – berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Di Pesisir Selatan, Kelahiran Bayi Kembar Sumbang Picu Perang Sekampung.

Langgam.id – Masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan memiliki beragam tradisi unik merayakan setiap momen mengharukan. Salah satunya, parang pisang oleh orang sekampung ketika lahir anak kembar sumbang atau laki-laki dan perempuan.

Tradisi itu masih dijaga terutama di Nagari Surantih, Kecamatan Sutera. Orang sekampung di suatu nagari akan berperang jika ada keluarga yang melahirkan anak kembar sumbang.

“Tapi pelurunya pisang batu yang telah direbus. Di sini pernah dilakukan dulu,” kata tokoh masyarakat Nagari Rawang Gunung Malelo, Kecamatan Sutera Nurlim (65), Minggu (13/3/2022).

Menurutnya, sekarang sudah jarang terlihat. Bukan karena ditinggalkan, namun karena tidak ada bayi yang lahir kembar sepasang.

“Sekitar dua tahun lalu di (Nagari, red) Surantih ada. Di sana ada anak lahir sepasang,” katanya.

Tradisi parang pisang, lanjutnya, sudah dilakukan para tetuah sejak dulu kala. Dia sendiri tidak mengetahui kapan pertama kali dilakukan.

Pemaknaan dari segi bahasa, parang pisang berarti perang menggunakan peluru pisang. Pisang-pisang tersebut terlebih dahulu direbus dalam jumlah yang sangat besar.

Dalam ritualnya, perang dipicu oleh keinginan keluarga ayah sikembar (bako) untuk membawa salah seorang bayi. Namun pihak ibunya melarang. Perang kedua belah pihak pun pecah.

Peserta perang pisang biasanya menggunakan pakaian beragam diluar pakaian sehari-hari. Karena dihelat di lokasi umum penonton yang secara tidak sengaja melihat pun ikut terlibat.

Penonton akan menyaksikan pihak bako mendatangi rumah bayi kembar membawa arak-arakan sambil menari. Kedatang mereka disambut keluarga ibu bayi bak pasukan perang mengamankan istana raja.

Keduanya akan berbalas pantun. Sahutan pantun bermuara pada pengambilan paksa salah seorang bayi kembar. Perang pun pecah, pisang rebus bertebangan dari kedua sisi. Sebab, kedua rombongan telah mempersiapkan peluru masing-masing.

“Tujuan bako mengambil salah seorang bayi kembar agar tidak terjadi fitnah kemudian hari. Biasanya bayi kembar selalu bersama,” kata Nurlim.

Baca juga: Perkenalkan ke Generasi Muda, Baju Adat Tradisional Nagari se-Solsel Diparadekan

Di balik tradisi itu, katanya, pesan yang ingin disampaikan, mengumumkan pada orang banyak jika di keluarga tersebut terdapat anak kembar. Jangan sampai terjadi fitnah di kemudian hari jika keduanya sering bersama setelah dewasa.

Dapatkan update berita Pesisir Selatan – berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini dari Langgam.id. Mari bergabung di Grup Telegram Langgam.id News Update, caranya klik https://t.me/langgamid, kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga

Tingkatkan Mutu Pendidikan di Sumbar, Mulyadi Serahkan Bantuan 28 Unit Komputer di SMKN 1 Baso
Tingkatkan Mutu Pendidikan di Sumbar, Mulyadi Serahkan Bantuan 28 Unit Komputer di SMKN 1 Baso
Soal Kayu Gelondongan Penyebab Banjir Sumatra, Anggota DPR RI Mulyadi: Kejahatan Luar Biasa
Soal Kayu Gelondongan Penyebab Banjir Sumatra, Anggota DPR RI Mulyadi: Kejahatan Luar Biasa
Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi
Gubernur Sumbar Soal Bantuan Negara Asing: Kita Tidak Menghalangi
Kementerian Lingkungan Hidup melakukan penyegelan beberapa lokasi pertambangan dan memasang plang pengawasan di Padang Pariaman usai banjir melanda kawasan tersebut.
Kementerian LH Segel Pertambangan di Padang Pariaman Usai Dilanda Banjir
Presiden Prabowo Subianto saat mengunjungi warga korban banjir di Kasai Permai, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Senin (1/12/2025). Foto Sekretariat Presiden
Presiden Prabowo Dijadwalkan ke Sumbar Sabtu Besok, Tinjau Penanggulangan Bencana
Yasmin Napper Jadi Relawan di Padang: Lumpur di Mana-mana, Rumah dan Musala Hancur
Yasmin Napper Jadi Relawan di Padang: Lumpur di Mana-mana, Rumah dan Musala Hancur