Viva Professore, 50 Tahun Refly Harun

Feri Amsari berbicara soal Korupsi

Feri Amsari

Pada 26 Januari ini Refly Harun bertambah usia. Saya tak ingin menyombongkan diri kenal pakar kenamaan ini dengan membuat tulisan ini. Faktanya, saya memang sudah cukup lama kenal Refly Harun. Bahkan jauh sebelum dia dianggap pakar mumpuni.

Namun mengenal Refly bukan hal prestisius pada zaman now. Dia kurang gaul menurut para milenial, jadi untuk apa disombongkan juga.

Kapan persisnya saya mengenal Refly, jujur saya tak ingat. Sejak badan saya kurus, Refly sudah jadi abang saya. Hampir 20 tahun yang lalu. Adalah Saldi Isra yang memperkenalkan pemikir-pemikir hukum tata negara ternama dalam kehidupan saya, diantaranya: Zainal Arifin Mochtar, Denny Indrayana, hingga sekaliber Mahfud MD, dan tentu saja Refly.

Iya, sejak saya kurus sudah kenal Refly. Tapi, saya tak sombong, loh ya. Itu sebabnya kalau ketemu dengan saya saat ini, Refly selalu kagum dengan perkembangan badan saya. Dia jadi punya bahan untuk menghina saya. Tapi soal hinaan itu bukan bully bagi saya.

Sekondanya Refly, yang namanya saya sebut di atas itu, memang suka menghina tapi biasanya tujuannya bermanfaat (tetap tidak baik, tapi bermanfaat). Misalnya, menghina tulisan kita yang tidak bagus. Tujuannya sih untuk membuat tulisan kita jadi bagus. Biasanya hinaan itu berhasil. Bisa juga tidak, sih. Yang berhasil tulisannya tambah baik; Yang tidak, biasanya enggan menulis. Mentalnya ambyar.

Refly dan kelompoknya memang hobi menghina bentuk badan, tampilan hingga kualitas tulisan kita. Namun saya menganggap itu semua cara mereka mendidik saya. Agar mental orang hukum dapat saya miliki. Kalau gagasan pendidikan mental itu meleset, paling banter ya, gila!.

Tapi Refly tidak separah itu. Setidak-tidaknya, Refly jauh lebih tenang dalam banyak hal dibandingkan yang lain. Lawannya untuk bertenang-tenang ini paling cuma Saldi. Kadangkala ia suka kelepasan juga. Marah tidak jelas. Saya dan mantan Juru Bicara KPK Johan Budi mungkin orang-orang pilihan Tuhan agar pernah dimarahi Refly.

Johan pernah kena amukan Refly dalam suatu talkshow televisi. Amukan Refly tak berhenti hingga acara selesai. Refly tidak terima tuduhan Johan bahwa Refly adalah pejabat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sehingga tak patut menyerang pemerintah. Padahal Refly itu sukanya menjadi Ronin. Samurai tak bertuan. Johan juga salah, Ronin kok dilawan. Harakiri saja dilakukan Refly jika perlu.

Seingat saya, Refly itu baru marah sekali sama saya. Tapi, meledak. Dalam acara talkshow yang sama dengan Johan alami. Saya dan Refly berdebat soal masa jabatan wakil Presiden yang menurut Refly boleh lebih dari 2 (dua) periode. Jujur saja, saya agak kaget dengan pilihan sikap Refly soal masa jabatan itu.

Jarang sekali kami berbeda pandangan. Sekali itu beda. Menurut Refly, pembahasan harus dialihkan kepada beyond textual interpretation. Jangan berkutat pada pendekatan textual interpretation. Saya sedikit menyerang karena pembatasan masa jabatan memang dimulai dari beyond textual interpretation. Perdebatan berlanjut hingga ruang tunggu.

Dia tidak terima saya mengoreksi pandangannya dan menyebut saya suka menyudutkan orang. Padahal ilmu begitu juga saya pelajari salah satunya dari Refly. Sekali ini dia naik pitam, mungkin juga saya memang bertingkah tak patut. Dan, bagi saya adalah kesia-siaan jika meladeni wong Plembong marah. Mereka galak mati betujah galo.

Apalagi dia abang dan guru bagi saya. Saya masih takut dosa. Pilihannya adalah lari dari gelanggang perdebatan dan pamit. Sambil mengajak Refly high five. Konyol!

Hingga tulisan ini dibuat, saya tidak pernah menanyakan apakah dia masih marah sama saya. Bagi saya dia itu abang. Kakak-adik memang ada waktunya “berkelahi”. Apa pula sebabnya Refly suka marah di talkshow, saya tidak mau tahu. Yang pasti bukan karena menstruasi.

Begadang

Sekali lagi, saya sudah lama kenal Refly. Jadi saya lumayan mengenal wataknya. Mulai cara Refly mengemas pandangan apiknya hingga hobi begadangnya yang belum terobati.

Refly itu kalau tidak jadi ahli hukum, menurut saya akan lebih bermanfaat menjadi petugas ronda kampung. Ia taha nmelek berjam-jam hingga subuh setiap hari. Ngobrol apa saja boleh. Perkara penting hingga perkara tidak penting.

Masalahnya, Refly itu cara bertuturnya tetap intelektual. Lamban, cermat, dan tersusun. Dia tak cocok jadi “pembicara utama” ketika bergadang. Bikin ngantuk. Apalagi kalau topiknya serius. Bisa-bisa acara begadang jadi nelongso.

Untuk urusan ngobrol larut ini, Refly harus berguru pada teman saya, Charles Simabura. Meski kedua-duanya punya relasi ke-palembang-an, tetapi Charles jauh lebih unggul soal bercerita informal. Joke dan sentilannya cerdas. Jadi, intinya begini, jangan ajak Refly ngobrol kalau begadang. Ajak saja Charles.

Yang ingin saya sampaikan adalah saya tidak menikmati alam pikiran Refly saat dia begadang. Memahami pikiran Refly itu lebih pas membaca tulisan dan cara dia beradu argumentasi di forum-forum ilmiah.

Dia dianugerahi ketajaman analisis dan cara bertutur yang amat baik. Jangan coba-coba salah omong didepan Refly. Dia akan tertawa sinis, “itu saja blepotan, bagaiamana orang bisa percaya.” Kurang lebih begitu respon Refly kalau kita beranalisa kacau.

Saya jujur saja beruntung lama mengenalnya. Saya banyak berikhtibar dari kemampuan intelektualnya.

Sekarang Refly sudah berumur. 50 tahun sudah, Bang. Jangan begadang, ya. Lagian, kalau begadang, omonganmu bikin ngantuk! Hahaha Viva Professore Refly Harun! Segala kebaikan semoga menyertaimu. Amin.

Feri Amsari (Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) dan Dosen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Andalas)

Baca Juga

Polisi Bubarkan Paksa Warga, Feri Amsari: Pengusiran Bernuansa Pelecehan Terhadap Agama Islam
Polisi Bubarkan Paksa Warga, Feri Amsari: Pengusiran Bernuansa Pelecehan Terhadap Agama Islam
Direktur Pusako Unand: Kepala Daerah Harus Dipilih Demokratis, Bukan Pilihan Mendagri dan Presiden
Direktur Pusako Unand: Kepala Daerah Harus Dipilih Demokratis, Bukan Pilihan Mendagri dan Presiden
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Feri menyarankan agar Forwana tak ikut deklarasi Jokowi 3 periode itu, karena menyalahi aturan.
Saran Dosen HTN Unand untuk Forwana Sumbar Soal Rencana Deklarasi Jokowi 3 Periode
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Rencana ribuan kades deklarasi presiden tiga periode itu gaya politik Orba, trik lama dan busuk.
Soal Ribuan Kades Rencana Deklarasi Jokowi 3 Periode, Dosen HTN Unand: Trik Lama dan Busuk
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatra Barat sudah mengumuman Daftar Calon Tetap (DCT) Anggota DPRD Provinsi Sumbar Pemilu 2024.
Soal Formulir BA 5.1 KWK Calon Perseorangan, Ahli HTN: Pelanggaran Asas hingga Cacat Administrasi
Feri Amsari Nilai Andre Rosiade
Feri Amsari Sebut 3 Kesalahan Fatal RUU Omnibus Law Cipta Kerja