Langgam.id - Universitas Andalas (UNAND) terus menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan kapasitas penanggulangan bencana di Indonesia. Kali ini, UNAND menjalin kerja sama strategis dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kedutaan Besar Australia guna memperkuat sistem mitigasi bencana di tanah air.
Rektor Universitas Andalas, Efa Yonnedi, menegaskan bahwa kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan mitra internasional menjadi faktor penting dalam menciptakan sistem penanggulangan bencana yang tangguh.
"Sebagai Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH), UNAND memiliki peran strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kebencanaan. Kami telah mengintegrasikan kurikulum kebencanaan ke dalam berbagai program studi," ujar Efa Yonnedi saat penandatanganan kerja sama di Graha BNPB, Jakarta, tempo hari, sebagaimana dicuplik dari InfoPublik Padang, Senin (3/3/2025).
Sebagai langkah nyata dalam penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) kebencanaan, UNAND membuka Program Studi Magister Manajemen Bencana pada tahun 2024. Program ini bertujuan untuk mencetak lulusan yang kompeten dalam manajemen bencana, mitigasi, dan respons darurat.
"Kami berharap dukungan dari BNPB, termasuk kehadiran para pejabat sebagai dosen praktisi, untuk memperkaya wawasan dan pengalaman mahasiswa kami," tambahnya.
UNAND juga telah aktif dalam berbagai upaya mitigasi dan respons bencana melalui Pusat Studi Bencana, Pusat Tanggap Darurat Bencana, serta tenaga medis dari Rumah Sakit Universitas Andalas.
Dalam Konferensi Internasional Kebencanaan ICDM 2024, salah satu rekomendasi utama yang dihasilkan adalah menjadikan Universitas Andalas sebagai Tempat Evakuasi Akhir dalam skenario gempa besar dan tsunami Megathrust di segmen Mentawai.
Rekomendasi ini telah diajukan oleh Gubernur Sumatera Barat kepada Presiden Prabowo Subianto. Dengan luas kampus mencapai 500 hektar di ketinggian 250 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan berjarak 15 km dari Pantai Padang, UNAND dinilai memiliki potensi strategis sebagai pusat evakuasi dan penanggulangan bencana nasional.
Rektor UNAND juga menyampaikan apresiasi tinggi kepada BNPB dan Pemerintah Australia, khususnya melalui Program Grant Australia (SIAP SIAGA), yang telah memberikan kepercayaan kepada UNAND dalam penelitian kebencanaan.
"Kolaborasi ini membuktikan bahwa sinergi antara pemerintah, akademisi, dan mitra internasional sangat penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana yang kuat," ujar Efa Yonnedi.
Dengan adanya kerja sama ini, UNAND optimis dapat berperan lebih aktif dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap berbagai potensi bencana, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Sejak tahun 2017, UNAND secara konsisten menyelenggarakan Konferensi Internasional Kebencanaan setiap 30 September untuk memperingati gempa besar di Sumatera Barat. Universitas ini juga telah berkontribusi dalam penanganan berbagai bencana, seperti gempa bumi di Sumatera Barat (2007 dan 2009), erupsi Gunung Marapi, bencana di Palu, Pangandaran, dan Nusa Tenggara Barat.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, Universitas Andalas semakin optimis menjadi pusat unggulan dalam bidang kebencanaan di Indonesia dan terus berperan dalam meningkatkan kesiapsiagaan nasional menghadapi berbagai ancaman bencana di masa depan. (*/Yh)