Langgam.id - Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Irwan Prayitno akhirnya mau menemui puluhan mahasiswa yang berunjuk rasa di depan kantor Gubernur, Rabu (2/10/2019).
Namun, Irwan tak sendiri, melainkan didampingi oleh Wagub Sumbar Nasrul Abit. Ia ke luar dari ruang kerja setelah dijemput beberapa orang perwakilan mahasiswa.
Di bawah gerimis hujan, Irwan pun menandatangani 10 tuntutan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM se-Sumbar itu. Menurutnya, tuntutan yang dilayangkan mahasiwa sejalan dengan Pemprov Sumbar.
Selain soal Karhutla, salah satu tuntutan mahasiswa adalah membatasi jumlah impor komoditas pertanian dan peternakan menuju Sumbar.
"Ini sudah kita lakukan dan Alhamdulillah kita di Sumbar sudah swasembada peternakan, pertanian dan pangan," kata Irwan.
Mahasiswa juga menuntut agar Pemprov memperluas lahan pertanian, menjaga inflasi, mengurangi impor pertanian, dan menangkap pelaku pembakaran hutan dan lahan.
"Tuntutannya masuk akal. Coba kalau dituntut memberikan mosi tidak percaya atau mengganti menteri, saya tolak itu. Apalagi kalau soal UU KPK, itu kan ke DPR RI," katanya.
Di depan peserta aksi, Gubernur juga mengajak mahasiswa mendoakan para perantau Minang korban kerusuhan di Wamena.
Dari pantauan langgam.id, usai mendengarkan paparan dan tuntutannya ditandangani Gubernur, mahasiswa tampak tidak lagi gusar. Mereka bahkan berfoto bersama dengan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar. Setelah itu, Gubernur meninggalkan lokasi dan mahasiswa pun mulai membubarkan diri.
Sementara itu koordinator pusat Aliansi BEM se-Sumbar, Ananda Harahap mengatakan, pihaknya telah berhasil menemui gubernur, setelah sebelumnya beberapa kali aksi tidak ditemui Gubernur.
"Alhamdulillah sekarang kita sudah dipertemukan dengan gubernur, kita membawa keresahan masyarakat," katanya.
Ia menjelaskan, hal yang dibawa ke gubernur yakni terkait kebakaran hutan, kemudian soal pertanian di Sumbar. Menurutnya, pemerintah harus memperhatikan peetanian di Sumbar.
Ia membantah aksi unjuk rasa ini disebut ditunggangi oleh pihak tertentu. Menurutnya kedatangan mahasiswa murni kesadaran sendiri.
"Jangan sampai kita dikatakan dituggangi, tapi berdasarkan pikiran kita, berdasarkan keresahan, menuntut membatasi impor dan meningkatkan komoditas," katanya. (Rahmadi/RC)