Tak Ada Kemarau di Sumbar, BMKG Ingatkan Potensi Banjir Akhir Juli dan Awal Agustus 2020

Cuaca di Sumbar tak menentu timbulkann beberapa penyakit

Hujan. (Ilustrasi Pixabay.com)

Langgam.id - Sejumlah wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau. Di saat yang sama, Sumatra Barat dan beberapa wilayah lainnya malah dilanda hujan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geosifika (BMKG) memperingatkan potensi banjir pada akhir Juli dan awal Agustus 2020.

Kepala BMKG Dwikorita dalam rilis yang dilansir akun resmi BMKG Padang Panjang pada Kamis (23/7/2020) menyebut, berada di sekitar garis ekuator serta diapit oleh dua samudera dan dua benua besar, membuat Indonesia punya dinamika cuaca dan iklim yang khas.

Keunikan itu salah satunya tampak pada kondisi cuaca atau iklim yang kontras. Kondisi tersebut, menurutnya, membuat sejumlah wilayah mengalami kekeringan, sementara hujan ekstrem justru mengguyur beberapa wilayah lainnya.

"Contohnya pada saat musim kemarau melanda hampir di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan, wilayah Indonesia bagian tengah mulai Sulawesi Tengah, Maluku hingga Papua bagian utara malah berpotensi mendapatkan curah hujan relatif tinggi dalam dua dasarian (20 hari) ke depan," katanya.

Sementara itu, berdasarkan hasil pemantauan BMKG, musim kemarau masih terus akan berlanjut hingga Oktober nanti. Deputi Klimatologi BMKG, Herizal, menjelaskan, dari 342 daerah Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 64 persen ZOM telah memasuki musim kemarau. Ini diprakirakan terjadi hingga pertengahan Juli ini. Hal ini seiring dominannya sirkulasi angin Monsun Australia yang bersifat kering dan bertiup dari arah Timur – Tenggara.

Adapun daerah yang telah memasuki musim kemarau antara lain: Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali dan Jawa Timur. Kemudian, sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Barat, DKI Jakarta bagian barat dan timur, Pesisir utara Banten. Lalu, Pesisir timur Jambi, Riau dan Aceh, Sumatera Utara bagian tengah, utara dan timur. Juga termasuk Kalimantan Selatan bagian barat, Kalimantan Tengah bagian timur. Kemudian, Sulawesi Barat bagian selatan, Pesisir barat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan. Termasuk juga, Maluku bagian barat, Papua Barat bagian timur, serta Papua bagian tengah, selatan dan utara.

Dari wilayah yang telah memasuki musim kemarau tersebut, 30 persen ZOM telah mengalami kondisi kering. Hal ini berdasarkan indikator "hari tanpa hujan berturut-turut" (HTH) atau deret hari kering. Bervariasi antara 21 sampai 30 hari, 31 sampai 60 hari, dan diatas 61 hari.

"Sementara itu pada Dasarian III atau dalam 10 hari terakhir di bulan Juli ini, potensi banjir dengan peluang kategori menengah diprediksi terdapat di sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara , Papua Barat dan Papua. Sedangkan pada dasarian I atau sepuluh hari pertama di bulan Agustus, sebagian Papua Barat berpotensi banjir kategori menengah,", kata dia.

Untuk memonitor keadaan cuaca seminggu ke depan, Kepala Pusat Meteorologi Publik, Fachri Radjab, mengungkapkan bahwa sejumlah wilayah seperti pesisir barat Sumatra, Kalimantan Barat dan Utara, Sulawesi bagian Barat, Tengah dan Selatan, Papua bagian Tengah perlu mewaspadai potensi hujan lebat beserta dampaknya. "Sedangkan wilayah Nusa Tenggara Timur diprediksikan akan masih mengalami kondisi yang kering," ujar Fachri.

Sebagai upaya pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi, Dwikorita menegaskan, 5 Balai Besar BMKG di wilayah Indonesia barat, tengah dan timur serta Koordinator Stasiun BMKG di seluruh Provinsi Rawan Cuaca Ekstrem dan Bencana Hidrometeorologi, terus berupaya makin menggencarkan penyebarluasan Peringatan Dini ke masyarakat. Agar lebih masif dalam meningkatkan kewaspadaan dan mendukung upaya pencegahan bencana.

Baca Juga: Gangguan Cuaca di Wilayah Konvergensi, BMKG: Sumbar Berpeluang 3 Hari Disiram Hujan

Senada dengan itu, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Minangkabau, Padang Pariaman Yudha Nugraha mengatakan, Sumbar berbeda karena termasuk wilayah non zona musim atau luar zona musim. Daerah kategori ini tidak jelas batas antara musim kemarau dan musim hujan.

“Karakteristik cuaca dan iklim di daerah Indonesia berbeda-beda. Untuk wilayah Sumbar tidak terdapat istilah musim kemarau dan musim hujan atau dikenal dengan istilah Non-Zona Musim, sehingga hujan berpeluang terjadi sepanjang hari di wilayah Sumbar,” katanya, saat dihubungi pada Kamis. (*/Rahmadi/SS)

Baca Juga

Sejumlah daerah di Sumatra Barat (Sumbar) berpotensi dilanda hujan intensitas sedang hingga lebat pada dua hari ke depan, Kamis (31/10/2024)
Besok dan Lusa Sejumlah Daerah di Sumbar Berpotensi Hujan serta Angin Kencang
Permasalahan baru yang menimpa umat Islam yakni terkait daftar nama-nama ustadz kondang yang terdaftar dalam jaringan radikalisme.
Pergeseran Nilai Muhammadiyah Sumbar dalam Politik?
Kepala Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Sumbar, Bayu Aryadhi mengungkapkan bahwa konflik yang terjadi
BP2MI: Tidak Ada Pekerja Migran Indonesia dari Sumbar di Zona Konflik
Cuaca ekstrem maritim melanda wilayah pesisir Sumatra Barat (Sumbar) pada Rabu (16/10/2024) pagi dan siang hari. Gelombang tinggi menghantam
Gelombang Tinggi Hantam Pesisir Sumbar, Warga Diminta Waspada Hingga 18 Oktober
BNNP Sumbar Gagalkan Penyelundupan Setengah Ton Ganja di Kabupaten Pasaman 
BNNP Sumbar Gagalkan Penyelundupan Setengah Ton Ganja di Kabupaten Pasaman 
Sebuah pohon trambesi tumbang di Jalan Anak Air, Kelurahan Batipuh Panjang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, pada Sabtu (12/10/2024)
Hujan Disertai Angin Kencang Landa Padang, Pohon Tumbang Tutup Bahu Jalan