Sosok Azwar Anas dalam Kenangan Gamawan Fauzi

Sosok Azwar Anas dalam Kenangan Gamawan Fauzi

Mantan Gubernur Sumbar yang juga mantan Mendagri Gamawan Fauzi (kiri) saat bertemu mantan Gubernur Sumbar sekaligus mantan Menhub dan Menkokesra Azwar Anas dalam acara yang digelar Pemko Padang pada 2020 lalu. (Foto: Dok. Humas Pemko Padang)

Langgam.id - Sosok Almarhum Azwar Anas melekat kuat dalam kenangan mantan gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Gamawan Fauzi yang juga mantan menteri dalam negeri (mendagri). Mantan gubernur Sumbar, menteri perhubungan dan menteri koordinator bidang kesejahteraan rakyat bergelar lengkap Letjen (Purn) TNI Ir. H Azwar Anas Datuak Rajo Sulaiman tersebut wafat pada Minggu (5/3/2023).

Gamawan memulai karir sebagai pegawai negeri sipil di kantor gubernur Sumbar pada 1982, saat Azwar menjabat gubernur. "Saya menyaksikan kepemimpinan Sumbar di masa Pak Harun Zain, saat jadi mahasiswa. Kemudian, berhubungan erat dengan dua gubernur berikutnya, Pak Azwar dan Pak Hasan (Hasan Basri Durin) saat jadi pegawai di kantor gubernur," katanya kepada Langgam.id, Minggu.

Para mantan gubernur Sumbar tersebut, menurut Gamawan, adalah sosok pemimpin yang berjasa pada pembangunan Sumbar pasca-PRRI. "Setelah masa kepemimpinan Pak Kaharuddin di masa PRRI, dilanjutkan Pak Harun, Pak Azwar dan Pak Hasan, betul-betul dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat Sumbar," kata Gamawan.

Baca Juga: Azwar Anas Bakal Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata

Menurutnya, bila Harun Zain membangkitkan semangat masyarakat Sumbar setelah kalah perang saat PRRI, maka Azwar Anas dan Hasan Basri Durin mengisinya dengan pembangunan. Harun Zain menjabat gubernur Sumbar dua periode pada 1966-1977, dilanjutkan Azwar Anas pada 1977-1987 dan Hasan Basri Durin 1987-1997.

Saat Azwar Anas jadi gubernur, pada 1984, untuk pertama kalinya Sumatra Barat memperoleh Anugerah Parasamya Purnakarya Nugraha dari Presiden Soeharto. Hal itu sebagai penghargaan atas keberhasilan pembangunan Sumbar pada Pelita III.

Menurut Gamawan, Sumbar menjadi satu-satunya provinsi di luar Jawa yang memperoleh penghargaan itu tiga kali. Sehingga pada masa Gubernur Hasan Basri Durin memperoleh Kriya Pata Parasamya Purnakarya Nugraha Pelita V (1989/1994).

"Bayangkan, dari kondisi kalah akibat PRRI, dalam waktu singkat bisa mendapat penghargaan seperti itu. Memang pesat sekali pembangunan pada masa tiga gubernur itu. Sebelumnya, kondisinya sangat parah termasuk jalan. Misalnya, jalan dari Padang ke Solok (yang kini bisa ditempuh dalam dua jam), bisa ditempuh dalam dua hari karena kondisi jalan yang rusak parah."

Hal ini yang diperbaiki ketiga gubernur. Pembangunan tersebut, menurut Gamawan, dimulai Harun Zain dengan memanggil pulang banyak putra Sumbar untuk membangun daerah. Hal tersebut kebetulan sesuai pula dengan penunjukan Azwar sebagai direktur utama PT Semen Padang yang baru.

Azwar Anas, seorang Insinyur Kimia lulusan ITB, kemudian masuk ke TNI dan menjadi perwira, lalu berkarir dan menjabat direktur PT. Pindad. Azwar kemudian ditunjuk menteri perindustrian memimpin PT. Semen Padang yang saat itu hampir dijual.

"Beliau yang memimpin Semen Padang dari keadaan yang susah. Sampai berhasil membesarkannya hingga jadi industri. Pak Azwar melakukan pembersihan berbagai masalah, hingga punya sistem manajemen yang bagus," kata Gamawan.

Sukses memimpin Semen Padang, Azwar Anas kemudian menggantikan Harun Zain menjadi gubernur Sumbar. Komunikasi Gamawan bermula untuk kepentingan menyiapkan bahan pidato saat Azwar menjabat gubernur itu.

"Saat itu saya bertugas di Sospol, staf Pak Nawi Sata. Saya biasanya membantu beliau menyiapkan pidato gubernur. Biasanya saya ditugaskan membuat draft, beliau koreksi, baru ke Pak Azwar. Nah, saat Pak Nawi Sata sedang tak di kantor, gubernur memanggil staf yang biasa membantunya," kata Gamawan.

Gamawan kemudian ditugaskan langsung menyiapkan bahan pidato, yang akan disampaikan gubernur dalam acara Lemhanas di Jakarta. "Saya masih ingat judulnya, 'Meletakkan Kerangka Olah Raga Nasional'. Saya kerjakan sejak magrib sampai pagi, tanpa tidur, karena gubernur berangkat pagi ke Jakarta," tuturnya.

Sejak saat itu, Gamawan makin sering diminta membuat pidato gubernur. Hal yang kemudian berlanjut hingga ke masa Gubernur Hasan Basri Durin, ketika Gamawan bertugas jadi sespri merangkap penulis pidato.

Beberapa tahun membantu tugas Azwar Anas saat jadi gubernur, Gamawan menilai sosoknya merupakan gabungan tiga tipe kepemimpinan. "Beliau seorang intelektual, jenderal dan sekaligus ulama," katanya.

Sebagai intelektual yang insinyur, menurut Gamawan, Azwar Anas menerapkan prinsip-prinsip manajemen organisasi yang baik ke dalam pemerintahan provinsi. Hal itu yang berdampak besar bagi pembangunan Sumbar di masa itu.

Selanjutnya, sebagai seorang jenderal, Azwar Anas menerapkan disiplin kepada semua staf. "Beliau datang paling pagi dan kemudian berdiri di gerbang, dan menegur staf yang terlambat dengan cara yang halus. Yang terlambat ditanya apakah menunaikan salat subuh atau tidak," ujarnya.

Dipimpin seorang jenderal bintang dua, menurut Gamawan, membuat kepemimpinan gubernur Sumbar juga berwibawa. "Beliau disegani aparat berbagai instansi di Sumbar, termasuk TNI dan Polri. Ketika awal menjabat gubernur, Pak Azwar masih brigjen, kemudian naik pangkat jadi mayjen. Sewaktu jadi menteri, memperoleh pangkat Letjen kehormatan," tuturnya.

Selain itu, Azwar juga dinilai sebagai sosok ulama. "Meski mungkin tidak terlalu dalam, tapi apa yang beliau ketahui, disampaikan kepada masyarakat. Mengarahkan pegawai dengan pendekatan religius, sering mengutip ayat saat berpidato," kata Gamawan.

Semua itu ditambah pendekatan Azwar yang humanis. "Beliau murah senyum, sangat ramah. Kadang berhenti di sawah, bertanya pada masyarakat. Beliau juga media darling, sangat bersahabat pada wartawan. Kalau kunjungan ke luar kota, beliau mau menunggu wartawan yang belum datang," kata Gamawan.

Pendekatan dan gaya kepemimpinan yang diterapkan Azwar Anas, menurutnya, cocok dengan karakter masyarakat Sumatra Barat. Sehingga, berbagai program pemerintah mendapat dukungan masyarakat.

Menurut Gamawan, segala jasa yang telah ditorehkan para gubernur pendahulu tersebut layak diingat dan perlu jadi teladan bagi pemimpin dan generasi hari ini. "Kita berduka atas kepergian beliau," katanya. (HM)

Baca Juga

Semifinal Piala Asia U-23, Pemprov Sumbar Gelar Nonton Bareng
Semifinal Piala Asia U-23, Pemprov Sumbar Gelar Nonton Bareng
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menetapkan 17 bandara udara di Indonesia berstatus bandara internasional. Sebelumnya ada 34 bandara
Kemenhub Tetapkan 17 Bandara Internasional, Salah Satunya BIM
Pameran Foto dan Seni Rupa Di Bawah Kuasa Naga, Sebuah Kritikan pada Kebijakan Pariwisata
Pameran Foto dan Seni Rupa Di Bawah Kuasa Naga, Sebuah Kritikan pada Kebijakan Pariwisata
Kandaskan Korea Selatan Lewat Adu Tos-tosan, Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U-23
Kandaskan Korea Selatan Lewat Adu Tos-tosan, Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U-23
99 Tahun Gedung De Javasche Bank Padang (1)
99 Tahun Gedung De Javasche Bank Padang (1)
Seorang operator excavator yang melakukan pengerukan material lahar dingin di Kelok Hantu Aie Angek, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat (Sumbar),
Seorang Pekerja Normalisasi Sungai di Kelok Hantu Meninggal akibat Terseret Arus Sungai Berhulu Gunung Marapi