Soenting Melajoe: Film Perdana tentang Roehana Koeddoes, Pahlawan Nasional dan Wartawati Pertama Indonesia

Soenting Melajoe: Film Perdana tentang Roehana Koeddoes, Pahlawan Nasional dan Wartawati Pertama Indonesia

Pemutaran perdana Film Soenting Melajoe produksi TVRI Sumbar. (Foto: HM)

Langgam.id - Untuk pertama kalinya kisah Roehana Koeddoes pahlawan nasional dan wartawati pertama Indonesia difilmkan. Film drama biografi perempuan asal Koto Gadang Agam, Sumatra Barat itu diberi judul Soenting Melajoe.

Pemutaran perdana film produksi TVRI Sumbar ini dilakukan di bioskop CGV Padang, Pasar Raya, Sabtu (2/9/2023). Berdurasi sekitar satu setengah jam, kisah Roehana Koeddoes dalam memperjuangkan hak perempuan untuk mendapat pendidikan di kampungnya ini berhasil membius penonton.

Gubernur Sumbar Mahyeldi yang hadir dalam pelucuran perdana film tersebut mengapresiasi dan terkesima dengan kisah yang dihadirkan. "Ini luar biasa, saya tidak menyangka 1 jam 15 menit tidak terasa. Rasanya baru 30 menit menonton," tuturnya, Sabtu (2/9/2023).

Ia mengatakan usaha pengembangan industri film dan sineas muda dari Sumatra Barat mesti didukung ke depannya.

Film ini diproduseri oleh Budi Darmawansyah dan disutradarai Maqri Nelvi Lubis bersama Budi Darmawansyah. Sedangkan Roehana Koeddoes diperankan oleh Ardanela, mahasiswa asal Universitas Negeri Padang. Naskahnya sendiri ditulis oleh Hendra Makmur, seorang jurnalis yang juga anggota Dewan Redaksi Langgam.id.

Cerita dimulai kala Mahyuddin Datuak Sutan Maharaja (pendiri surat kabar Oetoesan Melajoe di Padang), membaca sepucuk surat dari Roehana. Dalam surat itu Roehana Koeddoes meminta kepada Datuak Maharaja untuk bisa menerbitkan tulisannya dalam surat kabar.

Angku Datuak yang tersentak sebab dikirimi surat oleh seorang perempuan muda dari tanah darek itu, ikut terenyuh mendengar perjuangan Roehana. Kemudian ia lekas memesan sebuah tiket kereta ke Fort de Kock (Bukittinggi) untuk menemui Roehana di Koto Gadang.

Dari pertemuan itulah penonton diajak untuk meresapi lika liku kehidupan Roehana dalam memperjuangkan emansipasi perempuan, hingga kemudian mendirikan Kerajinan Amai Setia dan Surat Kabar Sunting Melajoe. Dikisahkan, Roehana sedari kecil sudah bisa baca tulis dan mengajar bagi anak-anak lainnya. Ia dibesarkan oleh Mohammad Rasjad seorang jaksa dan juru tulis Hindia Belanda.

Dari ayahnya lah Roehana belajar arti penting pendidikan, khususnya bagi perempuan. Sebab di zaman itu, pendidikan bagi perempuan belum dianggap penting.

Ayahnya Rasjad, setiap pulang bekerja membawakan Roehana buku-buku dan surat kabar terbaru. Dengan riang gembira, Roehana membacakan buku-buku itu kepada anak-anak dikampungnya.

Beranjak dewasa, ketika Muhammad Rasjad dipindahkan dari Talu (Pasaman) menuju Medan, Roehana memilih balik ke kampung halamannya. Nagari Koto Gadang yang saat ini berada di wilayah IV Koto, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat.

D isanalah ia mendirikan sekolah untuk kaum perempuan dan menikah dengan Abdoel Koeddoes, pria yang selalu mendukungnya baik dikala susah maupun senang.

Alur cerita kemudian beranjak naik turun. Mulai dari cemooh masyarakat atas hadirnya sekolah bagi perempuan, dibukanya usaha Kerajinan Amai Setia, sampai Roehana dituduh melakukan penggelapan uang.

Emosi penonton pecah. Sesekali dalam gelak tawa, senang, bahagia, kesal, dan marah. Wartawan senior dan peneliti sejarah Hasril Chaniago yang ikut menonton sempat meneteskan air mata menyaksikan film itu.

Sutradara film Maqri Nelvi Lubis menyebut film ini hadir untuk memberikan edukasi bagi generasi muda agar lebih mengenal pahlawan dari Koto Gadang. Terlebih bagi kaum perempuan, bagi Maqri ini adalah bentuk dukungan dari perempuan untuk perempuan.

Pembuatan film Soenting Melajoe memakan waktu sekitar dua bulan dengan 16 orang tim dan 70 orang pemeran. "Syuting dilakukan Juni di tiga tempat, Koto Gadang, Bukittinggi, Padang, alhamdulillah saat syuting berjalan lancar, butuh waktu 12 hari," ujarnya.

Direktur Utama LPP TVRI Iman Brotoseno yang hadir di Padang untuk menonton pemutaran perdana itu mengatakan, film ini adalah yang pertama kali diproduksi oleh kantor TVRI daerah. Ia mengapresiasi TVRI Sumbar dalam mengabadikan kisah pahlawan nasional melalui film berstandar bioskop.

Selanjutnya, kata dia, Film Soenting Melajoe akan ditayangkan TVRI Nasional agar bisa disaksikan seluruh pemirsa TVRI. "Sesuai arahan pak gubernur, agar pelajar kita di sekolah bisa menonton dan menyerap nilai dari kisah Roehana Koeddoes dalam film Soenting Melajoe ini," ucapnya, dalam diskusi yang dipandu Kepala TVRI Stasiun Sumbar Tubagus M Yusuf setelah pemutaran film.

Selain Ardanela, film ini antara lain dibintangi oleh Syuhendri Datuak Siri Marajo sebagai Datuak Sutan Maharaja. Benny Gunawan sebagai Abdoel Koeddoes dan Zurmailis sebagai Roehana tua. Ketiganya merupakan pegiat teater yang aktif di Kota Padang. (*/yki)

Baca Juga

Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah mengharapkan agar Bagindo Dahlan Abdoellah segera dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Gubernur Sumbar Harap Bagindo Dahlan Abdoellah Jadi Pahlawan Nasional, Ini Alasannya
Pabaruak, Film Terpilih Fesbul Bertemakan Kearifan Lokal Minangkabau Diputar di Kota Padang
Pabaruak, Film Terpilih Fesbul Bertemakan Kearifan Lokal Minangkabau Diputar di Kota Padang
Salah satu daerah di Sumbar terpilih menjadi lokasi syuting film Palm's Oil Love yang akan diproduksi oleh Yayasan Bentang Merah Putih.
Libatkan Aktor 2 Negara, Agam Akan Jadi Lokasi Syuting Film Palm's Oil Love
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menerima nuku novel biografi Syekh Sulaiman Arrasuli atau yang lazim dipanggil Inyiak Canduang,
Buku Inyiak Canduang Sudah Diterima Jokowi, Cucu: Semoga Bisa Jadi Pahlawan Nasional
Anies: Rahmah El Yunusiah Layak jadi Pahlawan Nasional
Anies: Rahmah El Yunusiah Layak jadi Pahlawan Nasional
Saiyo Sakato, Nasi Padang dan Poligami
Saiyo Sakato, Nasi Padang dan Poligami