Ragam Aksesoris Pengantin Wanita Minang yang Penuh Makna

suntiang

Pakaian pengantin wanita minang (foto:instagram genius_photography.id)

Langgam.id - Ranah Minang selain terkenal dengan kenikmatan makanannya, juga memiliki kebudayaan yang sangat unik. Kebudayaan yang tumbuh subur sejak masa silam tersebut tetap terjaga dengan baik hingga kini.

Salah satu pesona kebudayaan yang ada di Minang adalah pakaian pernikahan tradisionalnya. Pakaian pernikahan di adat Minang terkenal dengan suntiang yang dipakai mempelai perempuan. Berat suntiang digadang-gadang mencapai 8 kilogram.

Selain suntiang, pakaian pernikahan adat Minang juga identik dengan warga emas dan merah. Bukan tanpa sebab, penggunaan suntiang dan warna dominan tersebut memiliki makna tersendiri dalam kebudayaan Minang.

Pakaian pengantin wanita
Pakaian pengantin perempuan di Minang dibagi menjadi dua, yakni daerah pesisir dan pegunungan. Sosiolog dan budayawan Sativa Sutan Aswar mengatakan, untuk daerah pesisir seperti Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Pariaman, biasanya mempelai wanita menggunakan suntiang.

Baca juga: Mengenal Tingkuluak Balenggek, Penutup Kepala Bangsawan Lintau yang Dipakai Aurel

Sedangkan untuk daerah pegunungan, mempelai wanita menggunakan tingkuluak. "Daerah pegunungan itu menggunakan tingkuluak, hanya saja penamaannya di tiap daerah tentu berbeda. Tingkuluak itu hanya bisa digunakan oleh bangsawan atau orang yang ditinggikan di daerah tersebut," katanya dalam wawancara dengan Langgam.id, Selasa (23/3/2021).

Pada zaman dahulu, suntiang bisa terdiri sampai 13 tingkatan. Namun, pengantin modern kebanyakan memakai hanya sampai 9 atau 11 tingkatan yang beratnya ini bisa mencapai 1 sampai 5 kg.

Dilansir dari wikipedia, rangkaian mahkota ini terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan pertama adalah suntiang ketek sebanyak tujuh tingkat yang melambangkan budi pekerti dan sopan santun. Kemudian, untaian bunga melati dibubuhkan sebagai lambang kedamaian.

Setelah itu, satu tingkat lagi ditambahkan yang biasa disebut mansi-mansi. Bagian ini terdiri dari sarai sarumpun dan beberapa tingkat suntiang gadang yang berjumlah ganjil, serta melambangkan kedewasaan dan kebijaksanaan. Di bagian paling atas barulah disusun deretan kembang goyang.

Dua macam perhiasan juga menjadi hiasan kepala yang biasa disematkan. Yang pertama adalah hiasan yang menjuntai di kanan dan kiri yang disebut kote-kote, sedangkan penghias yang berbentuk seperti kalung diletakkan di dahi dan disebut laca.

Suntiang sendiri adalah kombinasi dari beberapa pengaruh budaya luar di tempo dulu. Misalnya, aplikasi sulaman pada busana maupun pelaminan adalah pengaruh budaya Cina, sedangkan busana mempelai pria yang menggunakan celana tujuh per delapan dan berkaos kaki panjang mengambil unsur kekhasan budaya Spanyol dan Portugis.

Pada kenyatannya, ada banyak jenis mahkota pengantin pesisir lainnya, seperti suntiang pisang saparak, suntiang tanduk, dan sebagainya. Namun, suntiang dari Padang pesisir dianggap paling menarik dan semakin popular di tahun 1960-an. Oleh karena itu, suntiang pesisir seperti dinasionalisasikan sebagai Minang.

Sedangkan, mahkota pengantin daerah pegunungan biasa menggunakan yang disebut tingkuluak. Seperti di daerah Koto Gadang, mempelai wanita menggunakan Tingkuluak Talakuang. Berbentuk kerudung, tingkuluak talakuang biasanya terbuat dari kain beludru bersulam emas. Kerudung ini aslinya adalah pengaruh dari Gujarat.

Selain dari Koto Gadang, pengantin dari Solok juga mengenakan tingkuluak yang disebut dengan tingkuluak tanduak. Bedanya, kain songket dibentuk menyerupai tanduk dan dijadikan mahkota pada kepala mempelai perempuan.

Atribut Lainnya
Baik daerah pesisir maupun pegunungan, pengantin perempuannya mengenakan baju kurung. Kostum ini merupakan hasil akulturasi agama Islam dan budaya Minangkabau.

Baca juga: Kenali Makna Pakaian Bundo Kanduang di Minangkabau

Berpotongan longgar dan panjang menutupi lekuk tubuh, baju kurung dimaksudkan sebagai simbol untuk menjaga harga diri dan martabat perempuan sebagai calon ibu yang niscaya juga akan menjaga nama baik keluarga.

Namun, banyak mempelai masa kini yang mengombinasikan suntiang dengan kebaya Melayu belah tengah. Pada praktik otentiknya, kebaya ini sebenarnya lebih identik dipakai oleh perempuan yang sudah menikah sebagai busana bepergian.

Berbagai perhiasan juga turut mempercantik calon perempuan, di antaranya gelang garobah yang berukuran besar, gelang pilin kepala bunting. Kemudian gelang kareh emas, serta cincin berlian, cincin bermata tuju, cincin bermata lima, cincin rotan, hingga cincin kankuang.(*/Ela)

Baca Juga

HUT RI ke-78, Wapres dan Istri Kenakan Baju Adat Minang
HUT RI ke-78, Wapres dan Istri Kenakan Baju Adat Minang
Langgam.id-Puan Maharani
Puan Pakai Tingkuluak Khas Lintau, Gubernur Sumbar: Bukti Cinta Minang
Langgam.id: Puan Maharani
Puan Maharani Pakai Tingkuluak Balenggek Saat HUT RI, PDIP: Ikatan Emosional
tingkuluak balenggek puan
Puan Kenakan Tingkuluak Balenggek, Bupati Tanah Datar Sampaikan Pesan Ini
puan teks proklamasi
Bacakan Teks Proklamasi, Puan Kenakan Tingkuluak Balenggek Khas Lintau
Pedusi Minang
Memahami Pedusi Minangkabau