Napak Tilas, Anak Silek di Payakumbuh dan 50 Kota Tikam Jejak Budaya Zaman PDRI

Napak Tilas, Anak Silek di Payakumbuh dan 50 Kota Tikam Jejak Budaya Zaman PDRI

Rombongan Napak Tilas PDRI dalam rangkaian Festival PDRI 2022. [Foto: Dok. Panitia PDRI]

Langgam.id - Peringati 74 tahun Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), Festival PDRI 2022 resmi dibuka. Festival yang mengusung konsep “Menikam Jejak Budaya Zaman PDRI” itu dibuka oleh Ketua DPRD Sumbar Sapardi, Senin (12/12/2022) malam.

Diikuti anak silek dan sasaran silat se-Kota Payakumbuh dan Kabupaten 50 Kota, peserta akan melakukan napak tilas dari Agamjua Art & Culture, Padang Tangah, menuju Museum PDRI di Koto Tinggi 50 Kota.

Dalam sambutannya, Supardi menyampaikan, napak tilas dilakukan agar pemuda khususnya anak silek dapat mengilhami perjuangan para tokoh PDRI. Pemilihan sasaran dan anak silek sebagai peserta bagian terdekat dari perjuangan PDRI.

"Kenapa kami mengundang anak silek dan sasaran silek? Karena perjuangan oleh orang tua-orang tua kita dahulu berangkat dari surau/langgar," ucapnya.

Terkait PDRI, menurutnya, sudah jelas menyisakan kekaguman. “74 tahun silam, tepatnya tanggal 12 Desember 1948 terjadi sejarah yang sangat luar biasa. Yaitu bagaimana republik kita ini dipindahkan dari Yogyakarta ke Sumatra Barat,” ucap Supardi.

Agresi Militer II Belanda pada 19 Desember 1948 yang diikuti penangkapan Sukarno-Hatta dan sebagian besar anggota kabinet, jelas menyebabkan kekosongan pemerintahan. "Jika presiden dan wakil presiden ditahan, tentu Republik ini runtuh. Kita semua ndak akan pernah berdiri di Republik ini lagi," kata Supardi.

Kepala Bidang Seni Budaya dan Diplomasi Budaya Dinas Kebudayaan Sumbar, Husin juga menekankan pentingnya warisan PDRI.
"Payakumbuh dan Limapuluh Kota adalah tempat penting dalam menjaga kemerdekaan Republik Indonesia," tutur Husein.

Tanpa adanya perjuangan itu, ucap Husein, barangkali kemerdekaan tidak bisa dipertahankan.

Peserta Napak Tilas akan mengikuti rute rekam sejarah perjuangan PDRI dengan berjalan kaki. Tempat pertama yang dikunjungi adalah Tugu Adipura Kota Payakumbuh. Di sana, setelah melewati Pasar Payakumbuh, peserta terlebih dahulu naik mobil ke rumah perundingan PDRI di Padang Japang.

Pelepasan dilakukan Kepala Bidang Kesenian dan Diplomasi Budaya Dinas Kebudayaan Sumbar, Husin di Agamjua, Padang Tangah, Payakumbuh, Selasa (13/12/2020).

Siangnya, setelah beranjak dari rumah perundingan PDRI, peserta akan dibawa ke rumah sekaligus museum cagar budaya Tan Malaka. Lalu berlabuh di Surau Isyadul Ibad di Taram, Kabupaten 50 Kota.

Di sana, tutur Husin, mereka akan dijamu oleh wartawan senior yang juga pemerhati sejarah, Yanuar Abdullah. "Peserta akan diberikan pemahaman oleh Pak Yanuar, soal keterikatan surau dan perjuangan PDRI di masa lampau," ucapnya.

Napak Tilas berakhir di Monumen dan Tugu PDRI di Koto Tinggi.

Kegiatan yang bertujuan merunut kembali jejak-jejak perjuangan PDRI tersebut pada awalnya direncanakan finish di Museum PDRI Koto Tinggi. Namun akibat cuaca yang kurang bersahabat, panitia terpaksa menghentikannya di monumen perjuangan.
Husain menuturkan, setelah meninjau jalan menuju museum, medan yang rencananya akan dilalui peserta terpantau kurang kondusif.

"Kondisi tanah di jalan menuju museum sudah gempur, ini membuat jalan tergenang. Selain itu, sedang ada pengaspalan jalan juga menuju kesana," tutur Husain.

Untuk menjaga keamanan serta keselamatan peserta, ia memutuskan kegiatan napak tilas harus diakhiri di monumen nasional saja.
Festival PDRI 2022 ini resmi ditutup, Rabu (14/12/2022). Penutupan itu diiringi pengumuman lomba Napak Tilas PDRI.

Panitia Napak Tilas Buya Zuardi mengatakan, hampir seluruh sasaran semangat walau harus berjalan kaki dan ditimpa hujan lebat. Semangat dan disiplin inilah, katanya, yang menjadi salah satu kriteria pemenang lomba napak tilas.

Dia menyebutkan, sasaran silek pemenang pertama diraih oleh Sasaran Camar Putih 50 Kota. Lalu disusul pada peringkat kedua, Sasaran Elang Putih. Di urutan ketiga ada Sasaran Tangan Mas, dan keempat Sasaran Misai Al Fitrah.

Zuardi turut menuturkan, ketika para peserta mengunjungi Surau Syekh Buya Khatib Ilyas, anak silek terlihat semangat. “Salah satu peserta ketika ditanya kenapa semangat, ia (peserta) mengatakan, guru yang akan dikunjunginya adalah guru dari guru beliau,” katanya.

Baca Juga Festival PDRI 2022 Dibuka, Telusuri Kembali Jejak Budaya PDRI Masa Dulu

Baginya, nampak para anak silek siap untuk mewarisi jiwa kesatria dan kenegarawanan dari para tokoh-tokoh PDRI.
Selain itu juga diumumkan pemenang lomba Apresiasi Museum PDRI Koto Tinggi dan Esai Tokoh PDRI. (*)

Baca Juga

Asysyfa Maisarah, Anak Buruh Tani Asal Limapuluh Kota Merajut Mimpi di UGM
Asysyfa Maisarah, Anak Buruh Tani Asal Limapuluh Kota Merajut Mimpi di UGM
Ramly Syarif Dt. Gindak Simano, warga Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat (Sumbar) kecewa dan
Truk Dirampas Debt Collector Tanpa Prosedur, Warga Limapuluh Kota Lapor Polisi
Aku berjalan kaki sepanjang jalan Koto Gadang, Nagari Maek, suatu pagi ketika udara terasa sejuk di kulit dan wajah Bukik Posuak masih
Rumah Gadang Terakhir di Maek: Sepasang Tingkap Menanti Anak-anak Pulang
Bupati Limapuluh Kota Salurkan Bantuan Rp100 Juta untuk Korban Galodo Tanah Datar
Bupati Limapuluh Kota Salurkan Bantuan Rp100 Juta untuk Korban Galodo Tanah Datar
Pemilik Travel Agency Buatkan Rumah Untuk Nenek Nurbaina, Donasi yang Digalang Pemuda dan Nagari Tetap Disalurkan
Pemilik Travel Agency Buatkan Rumah Untuk Nenek Nurbaina, Donasi yang Digalang Pemuda dan Nagari Tetap Disalurkan
Percikan Kisah Nenek Berusia 83 Tahun di Situjuah yang Tinggal di Rumah Mirip Kandang Ternak, Bantuan Berdatangan
Percikan Kisah Nenek Berusia 83 Tahun di Situjuah yang Tinggal di Rumah Mirip Kandang Ternak, Bantuan Berdatangan