Menilik Kepatutan Geopark Sawahlunto Diakui UNESCO

Menilik Kepatutan Geopark Sawahlunto Diakui UNESCO

Lubang tambang Mbah Soero. Foto: Yose Hendra

Langgam.id - Menapaki labirin lubang tambang Mbah Soero begitu menegangkan. Aroma sejarahnya yang pahit dan 'bedebah' untuk kebijakan pemerintah kolonial, menguar dari dinding-dinding yang menyisakan luka-luka cabikan beliung orang-orang rantai.

Sudarsono sang pramuwisata, membawa saya mengitari lubang tambang dalam sepanjang 185 meter itu. Sepanjang perjalanan, Sudarsono berhenti sejenak, dan menunjuk beberapa dinding tambang pernah terdengar semacam rintihan di awal pembukaan kembali lubang tambang tahun 2007 untuk kepentingan wisata.

Memang dalam pembangunan lubang tambang hingga aktivitas mengeruk batu bara, pekerja yang dirantai jika ajal sudah datang, dikubur didinding lubang tambang saja.

Mengerikan memang.

Diambil dari nama seorang mandor yakni Mbah Soero, situs lubang tambang Mbah Soero dieksploitasi oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1898 hingga 1932.

Situs lubang tambang ini terletak di Kelurahan Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto. Untuk kepentingan pariwisata, lubang tambang ini telah dipugar dan masih terus
direvitalisasi hingga saat ini.

Pada dinding , bekas cakaran beliung masih terpatri dengan tegas. Lubang tambang Mbah Soero, kini
adalah artefak kejayaan batu bara Sawahlunto, dan menjadi salah satu pajangan terpenting dalam etalase geologi Sawahlunto.

Di samping itu, lubang tambang Mbah Soero juga menjadi geoparknya Sawahlunto.

Sawahlunto adalah kota yang teronggok di pedalaman Minangkabau, diceruk pegunungan Bukit Barisan, dengan luas 273,45 km2. Sekitar 26,5 persen bentang alamnya merupakan kawasan perbukitan yang ditutup hutan lindung.

Wilayah Sawahlunto memiliki keragaman geologi yang telah disusun oleh P.H Silitonga dan Kastowo tahun 1995, dengan sebutan peta Geologi Lembar Solok.

Formasi batuannya dikelompokkan menjadi dua bagian utama yakni Kelompok Batuan Pra Tersier yakni Formasi Kuantan, Formasi Silungkang, Formasi Tuhur.

Sementara Kelompok Batuan Terisier yakni Formasi Ombilin, Formasi Sawahlunto, bekas lubang tambang seperti Lubang Tambang Mbah Suro, dan Fomasi Brani.

"Keragaman struktur geologi yang berkembang di wilayah Sawahlunto umumnya berbentuk sinklinal menujam lemah ke arah tenggara, terdiri dari lipatan-lipatan kecil, antiklin dan sinklin subsider dalam berbagai ukuran dan kerapatan," seperti yang ditulis Oki Oktariadi dalam 'Warisan Geologi Ranah Minang, Panduan Menuju Geopark Global'.

Sawahlunto dikenal sebagai penghasil batu bara dengan kualitas terbaik. Kandungan batu bara ini tersebar pada blok-blok sesar yang mengiris-iris wilayah Sawahlunto. Ini sebetulnya keunikan geologi Sawahlunto untuk menatap geopark dunia.

Pada tahun 2018, Sawahlunto menjadi 1 dari 3 kawasan di Sumatra Barat yang mendapat predikat geopark nasional. Dua lainnya adalah Silokek di Kabupaten Sijunjung dan Ngarai Sianok di Bukittinggi – Agam. Ada 50 situs di Sawahlunto yang menjadi paket penetapan geopark nasional ini.

Seorang penggiat geopark Sumatra Barat Novizar Swantry alias Om Bodal menjelaskan, Sawahlunto secara geologi: punya cekungan Ombilin yang berumur sekitar 65 juta tahun lalu. Di situ diendapkan batu dengan ketebalan sekitar 700 meter.

"Dari sini kita dapat mineral. Dan batuan yang diendapkan di cekungan tadi, membentang beragam Formasi Sangkarewang," katanya.

Disebutkan Om Bodal, salah satu yang istimewa di Formasi Sangkarewang adalah ditemukannya fosil ikan. "Ikan gurame (air tawar). Ini menandakan Sangkarewang endapan danau," ujarnya.

Dia mengakui terlibat sejak awal untuk memajukan geopark Sumatra Barat, termasuk Sawahlunto. Dia pun turut membangun geopark Sawahlunto supaya sesuai standar UNESCO.

"Untuk pengakuan UNESCO Global Geoparks (UGG), harus digabung dengan geopark sebelahnya seperti Silokek dan Solok," tukasnya.

Wali Kota Sawahlunto Deri Asta menjelaskan, Sawahlunto ditetapkan menjadi geopark nasional di akhir 2018. Setelah itu, pihaknya langsung berbenah, di antaranya membuat kajian untuk menuju legitimasi
internasional.

"Masih belum penuh syarat, masih harus banyak disempurnakan. Perencanaan berkelanjutan. Dia bicara titik. Untuk kajian kita sementara, pengakuan nasional cukup untuk dibawa k UGG. Kajian sedang proses," kata Wali Kota Sawahlunto Deri Asta.

UGG digelar tiap tahun, sehingga peluang itu selalu ada untuk Sawahlunto.

Namun permasalahannya, Sawahlunto tidak leluasa menganggarkan kekurangan sana-sini untuk menambal persyaratan yang diminta UGG. Disebutkan Deri, APBD Sawahlunto Rp.650 miliar, separuhnya habis untuk biaya operasional.

"Tambang tidak terlalu banyak. Batu bara menuju habis. Kita masih dapat royalti 1 tahun, bagi hasil 30 persen, dengan angka Rp.10-20 miliar. Pajak Rp.4 miliar. PAD sekitar Rp.45 miliar. Sisanya pusat," tandas Deri.

Kondisi demikian, Deri optimis, jika geopark Sawahlunto dikelola dengan baik, bukan saja bisa diakui UNESCO Global Geopark (UGG), tapi juga bisa mendukung upaya-upaya SDGs.

Siasatnya, menurut Deri, adalah membuat regulasi, misal bagaimana membuka kembali Sawahlunto di masa pandemi, dengan menerapkan protokol kesehatan.

"Saat ini kita sudah buat edaran. Kita tetap melakukan promosi, berupa online, seperti virtual. Dengan berakhirnya pandemi, kita pun harus siap," ujarnya.

Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kota Sawahlunto Nova Erizon menyebutkan, setelah OCMHS, pihaknya pun mengejar status Unesco Global Geopark (UGG).

Dikatakannya, untuk pengajuan UGG, ada beberapa persyaratan yang harus dilengkapi yaitu masterplan geopark dan warisan geologi.

"Saat ini kedua dokumen tersebut sedang dalam penyusunan. Khusus warisan geologi sedang dilakukan penelitian lebih lanjut oleh tim ahli geopark," katanya.

Dia menyebutkan, geopark nasional Sawahlunto terdiri dari 50 geosites. Rinciannya, geosites geologi dan 20 geosites non geologi.

Beberapa di antaranya memang masuk dalam zona inti warisan dunia UNESCO (OCMHS), seperti lubang tambang Mbah Soero, Puncak Poland dan Puncak Cemara.

Nova menjelaskan, warisan dunia yang telah direngkuh Sawahlunto berbeda dengan geopark. Kalau geopark adalah kekayaan di bidang geologi. Sementara warisan dunia adalah warisan di bidang kebudayaan.

"Intinya sama-sama melakukan konservasi terhadap kekayaan tersebut. Dan diharapkan dengan adanya pengakuan dari UNESCO akan membuat nama Sawahlunto lebih dikenal secara international, dan tentu saja akan berdampak terhadap kunjungan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara,"
bebernya.

Tag:

Baca Juga

Landmark Tebing Harau Kelamkan Jalan Geopark Ranah Minang Menuju Unesco Global Geopark
Landmark Tebing Harau Kelamkan Jalan Geopark Ranah Minang Menuju Unesco Global Geopark
Menteri PPN Dukung Ngarai Sianok Maninjau Diusulkan Jadi Unesco Global Geopark
Menteri PPN Dukung Ngarai Sianok Maninjau Diusulkan Jadi Unesco Global Geopark
silokek unesco
Geopark Silokek Menuju UNESCO, Progres Terus Dikebut
Geopark Sawahlunto Dukung Pembangunan Berkelanjutan
Geopark Sawahlunto Dukung Pembangunan Berkelanjutan
Kawasan Geopark Silokek Sijunjung,
Pesona Geopark Silokek, Wisata Alam Menantang di Sijunjung
Danau Singkarak Dipersiapkan Menuju Geopark Nasional 2020
Danau Singkarak Dipersiapkan Menuju Geopark Nasional 2020