Langgam.id - Sejumlah nama sudah mulai mencuat ke publik untuk ikut bertarung dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumatra Barat (Sumbar) 2020. Seperti Fakhrizal yang berpasangan dengan Genius Umar maju melalui jalur independen.
Lalu, nama-nama lain seperti Mahyeldi Ansharullah dan Audy Joinaldy, Nasrul Abit dan Indra Catri. Kedua pasangan itu juga sudah menyatakan secara terang-terangan akan ikut bertarung, namun keputusan partai belum final.
Melihat peluang para bakal calon pemimpin Sumbar, Pengamat Politik Universitas Andalas, Asrinaldi menyebutkan, bahwa tiga nama calon tersebut masih belum bisa dipastikan. Sebab, proses masih panjang. Mereka, kata Asrinaldi, sama-sama berpeluang.
"Semua punya peluang, tapi akan jelas ketika sudah ditetapkan Komisi Pemilhan Umum (KPU), sehingga pilihan masyarakat mengerucut ke beberapa pasangan," ujarnya kepada Langgam.id, Kamis (5/3/2020).
Menurutnya, dukungan untuk para bakal calon hingga saat ini masih terpolarisasi. Karena, nama-nama lain masih akan ada peluang untuk mengajukan diri. Seperti Ali Mukhni, Mulyadi, bahkan Andre Rosiade. Kejelasan dukungan masyarakat bisa dipastikan saat semua calon sudah ditetapkan.
Menakar peluang untuk menang, menurut Asrinaldi yang pertama itu akan ditentukan daerah asal bakal calon tersebut. Diakatakannya, pemilih di Sumbar cenderung memilih tokoh yang berasal dari daerahnya.
Dicontohkannya, Nasrul Abit, akan kuat di daerah Pesisir Selatan, karena itu kampung halamannya.
Begitu juga di Kabupaten Agam, hanya saja di Agam terdapat empat nama, yaitu Indra Catri, Mahyeldi, Mulyadi, dan Fakhrizal. Akibatnya akan terjadi berbagi suara di daerah tersebut.
"Kalau itu yang terjadi, mereka akan berbagi suara, kalau itu yang terjadi, mestinya mereka cari Sumbar Satu untuk melengkapi kekurangan di sana," jelas Asrinaldi.
Namun, menurut Asrinaldi, daerah paling utama yang berpengaruh adalah Kota Padang. Kota Padang memiliki penduduk dan pemilih yang banyak, heterogen, pusat perekonomian, paling banyak intelektual, banyak milenial dan paling banyak sumber informasi. Semua itu mempengaruhi perilaku pemilih.
"Tapi, jangan pikir Padang dikuasai Mahyeldi, karena dia wali kota, lalu dia akan menang, belum tentu," ucapnya.
Mahyeldi jika diukur dengan kemenangannya di Kota Padang, akan berbeda dengan pemilihan gubernur. Kota Padang juga banyak terdapat orang daerah lain dan punya organisasi-organisasi daerah, seperti dari Solok, Pesisir Selatan, Pariaman, dan daerah lainnya.
"Misalnya, di sini ada orang Pariaman, belum tentu mereka memilih Mahyeldi, program mana yang bisa meyakinkan masyarakat, tentu itu akan menjadi pertimbangan," ungkapnya.
Tokoh yang bisa menguasai Padang, kata Asrinaldi, yaitu yang bisa membangun jaringan paling banyak dalam upaya meyakinkan masyarakat.
"Persoalan sekarang ini, siapa calon yang bisa mendapatkan Padang sebagai basisnya itu akan menang, karena di Padang pemilihnya mencapai 600 ribu orang," katanya. (Rahmadi/ZE)