Malamang, Tradisi Sambut Ramadan Peninggalan Syekh Burhanuddin

tradisi ramadan, malamang ramadan

Tradisi "malamang" jelang Ramadan (foto:sumbar.travel)

Langgam.id - Minangkabau tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya, namun juga beragam tradisi. Salah satunya Malamang, yang biasanya dilakukan pada pada hari-hari besar seperti, masuk bulan suci Ramadan dan lebaran.

Tradisi malamang telah ada sejak ratusan tahun silam dan dilakukan secara turun temurun hingga saat ini. Menurut Tambo (kisah yang meriwayatkan tentang asal usul dan kejadian masa lalu yang terjadi di Minangkabau), tradisi ini ada karena peran Syekh Burhanuddin.

Dikutip dari wikipedia, saat itu Syekh Burhanuddin melakukan perjalanan ke daerah pesisir Minangkabau untuk mengajarkan agama Islam serta bersilaturrahmi ke rumah penduduk. Dari kunjungannya, masyarakat sering memberikan makanan yang masih diragukan kehalalannya.

Baca juga: Melihat Hilal dengan Mata Telanjang, Cara Jemaat Tarekat Syattariyah Menentukan Awal Ramadan

Dia pun menyarankan kepada masyarakat yang dikunjungi agar mencari bambu, kemudian mengalasnya dengan daun pisang muda. Setelah itu dimasukan beras ketan putih dan santan, kemudian dipanggang di atas tungku kayu bakar.

Syekh Burhanuddin pun menyarankan kepada setiap masyarakat agar menyajikan makanan lamang ini menjadi simbol makanan yang dihidangkan dalam silaturahim.

Hingga kini, tradisi ini menjadi kebiasaan masyarakat yang dilakukan secara bersama-sama. Tujuannya untuk sarana berkumpul dan mempererat tali silaturahmi menunggu datangnya bulan Ramadan.

Dalam tradisi Malamang menyambut bulan Ramadan, lemang dibuat dalam jumlah yang banyak. Untuk membuat Lamang, terdapat sejumlah bahan yang harus dipersiapkan seperti, bambu, santan kelapa, daun pisang, beras ketan dan garam.

Baca juga: Tradisi Balimau Inderapura, Warisan Budaya Ratusan Tahun Jelang Ramadan

Setelah meracik bumbu, bahan Lamang seperti santan dan beras ketan dimasukin ke dalam bambu yang sudah dipotong sepanjang setengah meter.

Bambu yang sudah diisi beras ketan dan santan dilanjutkan proses selanjutnya untuk dibakar.

Proses pembakaran menggunakan dengan cara unik, dimana Lamang diposisikan berdiri, sementara api nya tidak boleh besar, sehingga Lamang bisa masak merata pada bagian dalamnya.

Setelah proses pembakaran lamang selesai dengan durasi kurang lebih lima jam maka Lamang baru matang dan bisa dinikmati secara bersama.(*/Ela)

Baca Juga

Tradisi Marosok di Pasar Ternak Regional Palangki
Tradisi Marosok di Pasar Ternak Regional Palangki
Ranahisasi Kesenian Minang
Ranahisasi Kesenian Minang
Gempa Magnitudo 4,5 Dekat Bukittinggi Kagetkan Warga Jelang Sahur
Gempa Magnitudo 4,5 Dekat Bukittinggi Kagetkan Warga Jelang Sahur
Usaha Menjaga Silat Tradisi, Dompet Dhuafa Gelar Serambi Budaya
Usaha Menjaga Silat Tradisi, Dompet Dhuafa Gelar Serambi Budaya
Mengenal Baganang, Tradisi Melepas Ikan ke Sawah di Agam
Mengenal Baganang, Tradisi Melepas Ikan ke Sawah di Agam
Tradisi basapa
Pemkab Padang Pariaman Bolehkan Tradisi "Basapa" dengan Prokes Ketat, Ini Jadwalnya