Langgam.id - Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono memberikan kuliah umum di Universitas Andalas (Unand), Jumat (14/2/2020) pagi, dalam rangkaian kunjungannya ke Sumartra Barat. Dalam sambutannya, Rektor Unand Prof. Yuliandri yang hadir di kuliah umum itu mengatakan, masalah dalam kontestasi demokrasi membuat sebagian orang menyalahkan demokrasi. Padahal, bukan sistem demokrasi yang salah.
"Sesuai dengan tema kuliah umum ini, Bapak Wakapolri nanti akan menyampaikan kuliah terkait pentingnya persatuan bangsa jika kita hendak menjadi negara maju. Tema ini sangat penting untuk dibicarakan di tengah berbagai tantangan yang dihadapi bangsa ini," katanya.
Soal persatuan bangsa, menurut Yuliandri, saat ini Bangsa Indonesia masih sedang dalam proses uji ketahanan persatuan dan kesatuan. "Banyak rintangan dan tantangan yang dihadapi bangsa ini untuk mempertahankan persatuannya. Mulai dari persoalan ekonomi, sosial, budaya, agama, hingga masalah politik. Semuanya memiliki ujian sendiri-sendiri terhadap keutuhan bangsa kita," katanya.
Dibidang ekonomi, menurutnya, sekalipun negara kita cukup mampu bertahan dalam ketatnya persaingan ekonomi global, namun lesunya perekonomian masih begitu terasa. Terutama oleh masyarakat menengah ke bawah.
"Masalah perekonomian tentunya juga akan dapat menjadi pemicu munculnya masalah persatuan. Lebih-lebih bila masalah perekonomian tersebut disertai pula dengan ketimbangan ekonomi yang mencolok."
Pada bidang sosial, budaya dan agama, menurut Yuliandri, Bangsa Indonesia juga dihadapkan pada berbagai persoalan. "Seperti menguatnya sentimen eknik, sentimen agama dan ras. Bahasa-bahasa yang bernada rasial akhir-akhir ini sering kita dengar."
Sekalipun bebeberapa masalah separatisme telah ditangani pemerintah, namun tantangan sintegarasi tetap masih bertahan. Salah satunya disponsori isu-isu yang bernuansa SARA.
Dibidang politik, menurut Yuliandri, kontestasi pemilu cenderung diwarnai dengan praktik politik yang tidak sehat dan menggunakan isu-isu yang sensitif bagi persatuan anak bangsa.
"Sesungguhnya, sistem demokrasi di mana pemilu merupakan sarana pelaksanaannya tidaklah salah. Namun sebagian manusia-manusia yang menempuh jalan perjuangan politik justru tidak mampu menjaga cita-cita mulia kehidupan politik. Sebagian mereka bahkan cenderung berpikir pragmatis ketika hendak memenangkan kontestasi."
Ia mengatakan, cara-cara yang tidak konstruktif bagi demokrasi justru ditempuh. Kontestasi yang tidak sehat dipelihara, sehingga kepercayaan pada sistem politik demokrasi makin menurun.
"Sayangnya, yang disalahkan adalah sistem demokrasinya. Sementara perbaikan prilaku dan budaya politik justru tidak mengalami perbaikan dan kemajuan. Masalah-masalah ini sesungguhnya juga telah menggerus perekat persatuan antar anak bangsa."
Guru besar ilmu perundang-undangan itu mengatakan, berbagai persoalan dalam berbagai dimensi kehidupan bernegara tersebut tentunya harus dijawab dan diselesaikan dengan baik. "Jika tidak, hal yang seharusnya mampu menjadi modal untuk kemajuan negeri ini justru akan merubah menjadi ancaman bagi masa depan bangsa yang sama-sama kita cinta ini."
Terkait hal tersebut, menurut rektor, semua yang hadir dalam kuliah umum berharap agar Wakapolri berbagi ilmu dan pengalaman. "Mengenai bagaimana seharusnya seluruh komponen bangsa, termasuk civitas akademika Unand untuk dapat saling bahu-membahu menghadapi tantangan yang ada. Bagaimana seluruh anak bangsa dapat membangun kesatuan bersama."
Persatuan, menurutnya, merupakan modal untuk mengantisipasi hal yang dapat mencelakai keutuhan negeri. "Dan dengan persatuan itu pula sesunggunya kemajuan dapat kita raih." (*/SS)