Kebijakan Belajar Daring, Omzet Pedagang Seragam Turun Lebih 50 Persen

Memasuki Tahun Ajaran Baru 2024/2025 di Kabupaten Dharmasraya, muncul pemberitaan di kalangan masyarakat terkait akan adanya pergantian

Ilustrasi seragam sekolah (Foto: infobdg)

Langgam.id - Pendapatan pedagang pakaian seragam sekolah di Kota Padang turun sejak ditiadakannya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal ini juga merupakan efek pandemi virus corona atau covid-19 yang melanda Sumatra Barat.

Kebijakan daerah meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah sudah dimulai sejak Maret lalu. Hingga kini, hanya beberapa daerah saja yang dibolehkan melaksanakan kegiatan belajar tatap muka. Dampaknya tentu juga dirasakan pedagang seragam sekolah yang sepi orderan.

Seperti Anto, salah seorang pedagang seragam sekolah di Pasar Raya Padang mengaku penjualannya menurun hingga sekitar 50 persen pada tahun 2020 ini dibanding tahun sebelumnya. Penurunan terjadi baik untuk seragam SD, SMP, dan SMA.

"Sepi dibandingkan tahun kemaren, sekarang yang hanya yang baru masuk sekolah saja kelas 1 SD, 1 SMP, dan 1 SMA, yang naik kelas jarang," katanya, Jumat (10/7/2020).

Baca juga : 6 Daerah di Sumbar Sudah Boleh Buka Sekolah 13 Juli

Pembeli yang merupakan siswa naik kelas biasanya bagi orang tua yang memiliki uang berlebih. Tahun ini ia juga menaikkan harga sekitar 10 persen dibanding sebelumnya.

Bagi seragam SD ia menjual Rp80.000 per satu stel, jika ditambah topi dan dasi menjadi Rp95.000. Sedangkan seragam SMP ia jual seharga Rp110.000 per satu stel, dan seragam SMA Rp120.000 satu stel untuk berbagai bahan.

"Paling banyak permintaan SD, kemudian untuk yang baru-baru masuk sekolah," katanya.

Saat ini ia di Toko Mande Kanduang miliknya, hanya berhasil menjual sekitar 100 stel seragam setiap harinya. Padahal tahun sebelumnya ia bisa mencapai 300 stel setiap hari.

Sedangkan Hadi, pedagang lainnya juga merasakan penurunan seperti Anto. Toko miliknya mengalami penurunan hingga 65 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Awal tahun ajaran baru seperti sekarang tidak terlalu berpengaruh terhadap toko miliknya.

"Jauh sekali turunnya, ini akibat sekolah diundur terus, tambah pula sekolah sistem online, susah kita dibuatnya," katanya.

Ia mengaku kebijakan sekolah secara daring sangat berpengaruh terhadap penjualan dan omzet pedagang seragam sekolah. Penjualan, katanya, hanya laku untuk anak sekolah yang baru masuk, terutama untuk kelas 1 SD.

"Paling yang datang beli hanya untuk kelas 1 SD, kemudian 1 SMP, dan 1 SMA, untuk yang menambah-nambah belum ada," katanya.

Ia mengatakan harga seragam satu stel saat ini dinaikkan sekitar Rp10.000 dibandingkan tahun sebelumnya. Seragam untuk SD sekitar Rp80.000, SMP dan SMA sekitar Rp110.000.

"Harganya naik sekitar Rp10.000 dibandingkan tahun lalu, kalau pakai topi dan dasi harganya bertambah Rp15.000," katanya. (Rahmadi/HF)

Baca Juga

Alarm Integritas: Menyontek dan Plagiarisme Masih Membayangi Sekolah dan Kampus di Indonesia
Alarm Integritas: Menyontek dan Plagiarisme Masih Membayangi Sekolah dan Kampus di Indonesia
Satpol PP Padang menertibkan pedagang yang masih berjualan di trotoar dan badan jalan di Pasar Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah,
Satpol PP Padang Tertibkan Pedagang yang Jualan di Trotoar Pasar Lubuk Buaya
UBH Jalin Kerjasama dengan Universiti Malaya Malaysia
UBH Jalin Kerjasama dengan Universiti Malaya Malaysia
Gelar Muswil ke II, HIPKA Sumbar Bedah Prospek Ekonomi Daerah Pasca Pilkada Serentak 2024
Gelar Muswil ke II, HIPKA Sumbar Bedah Prospek Ekonomi Daerah Pasca Pilkada Serentak 2024
Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.
Efisiensi APBD dan Tantangan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat
Opini “Bersyukur Masih Nomor Dua” oleh Gamawan Fauzi (Gubernur Sumatera Barat Periode 2005-2009), mengangkat isu tentang capaian pendidikan
Refleksi Kritis Pendidikan di Minangkabau