Berita terbaru dan terkini hari ini: Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang lebih baik dari 1.000 bulan, banyak yang ingin mendapatkannya.
Langgam.id - Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang lebih baik dari 1.000 bulan, banyak umat Muslim yang ingin mendapatkannya.
Pada malam tersebut, ibadah seorang hamba akan dilipatgandakan berkali-kali lipat, dan sebaiknya malam Lailatul Qadar diisi dengan berbagai aman ibadah apapun yang kita bisa dan sanggupi.
Malam Lailatul Qadar hanya datang di salah satu malam di 10 hari terakhir Bulan Ramadan. Tidak ada satu pun manusia yang tau kapan malam Lailatul Qadar itu akan turun.
Oleh sebab itu, para kaum muslim berlomba-lomba beribadah di sepuluh hari terakhir Bulan Ramadham agar mendapatkan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu.
Biasanya, umat Islam akan mengisi malam itu dengan salat sunnah.
Salah satu rujukan yang kita bisa temukan terkait tuntunan khusus salat sunnah malam Lailatul Qadar pada Kitab Durratun Nashihin.
Pada kitab tersebut, salat sunnah dilakukan sebanyak dua rakaat sebagaimana pada umumnya. Adapun bacaan surat dan doanya adalah sebagai berikut:
- Membaca Surat Al-Fatihah pada rakaat pertama.
- Membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 7 kali setelah Surat Al-Fatihah pada rakaat pertama.
- Membaca Surat Al-Fatihah pada rakaat kedua.
- Membaca Surat Al-Ikhlas sebanyak 7 kali setelah Surat Al-Fatihah pada rakaat kedua.
- Setelah salam membaca istighfar sebanyak 70 kali.
Ini lafal istigfar setelah salam:
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Artinya: "Aku memohon ampunan Allah dan aku bertobat kepada-Nya."
Berdasarkan riwayat dalam kitab Durratun Nashihin, bagi orang yang mengamalkan salat sunnah dua rakaat malam Lailatul Qadar, maka Allah akan mengampuninya dan mengampuni kedua orang tuanya ketika ia bangun dari duduknya.
Allah, kata riwayat tersebut, juga mengutus malaikat ke surga untuk menanam pohonan, membangun istana, dan menggali sungai di surga bagi orang yang mengamalkan shalat sunnah lailatul qadar.
Baca juga: Kue Bongko, Jajanan Khas Bulan Ramadan di Kota Padang
Orang tersebut akan melihatnya sebelum meninggal dunia. (Lihat Syekh Utsman Al-Khaubawi, Durratun Nashihin fil Wa‘zhi wal Irsyad, [Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, halaman 285-286).
—