Langgam.id - Dua ekor sapi ternak milik warga diterkam harimau Sumatra. Sapi merupakan milik Ridwan (55) warga Jorong Tarantang Tunggang, Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari , Kabupaten Pasaman.
Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Kabupaten Pasaman, Ade Putra mengatakan berdasarkan laporan pemilik ternak, sapi terluka pada bagian kaki akibat diserang oleh satwa liar yang diduga harimau sumatera.
Pemilik sapi menemukan ternaknya terluka pada Minggu (24/11/2019) pagi, di sekitar kandangnya. Selanjutnya melaporkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatra Barat (BKSDA) melalui Resor Pasaman.
"Tim BKSDA yang mendatangi lokasi memastikan bahwa satwa liar penyerang ternak tersebut adalah jenis harimau sumatera," katanya saat dihubungi langgam, Selasa (26/11/2019).
Dari identifikasi tim BKSDA di lapangan menemukan tanda keberadaan diduga harimau dari jejak yang terdapat di dalam dan sekitar kandang sapi milik Ridwan. Kemudian berdasarkan luka yang terdapat pada bagian kaki belakang kedua ternak sapi tersebut.
Selanjutnya untuk, mengantisipasi terjadinya lagi kemunculan satwa, tim BKSDA melaksanakan penanganan berupa patroli disekitar lokasi pada sore sampai dengan malam hari. Kemudian untuk memantau pergerakan satwa BKSDA memasang 3 unit camera trap di sekitar lokasi yang tidak jauh dari pemukiman tersebut.
Sebelumnya tim BKSDA Resor Pasaman juga melaksanakan penanganan konflik antara manusia dan satwa liar yang menyerang ternak warga, minggu lalu yang terjadi di Jorong Kampung Padang, Nagari Aia Manggih Barat, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman.
Hingga kini, tercatat empat ekor ternak kambing warga dilaporkan diserang oleh satwa liar yang diduga jenis harimau Sumatra.
Tim BKSDA mengerahkan tujuh personil dari Resor Pasaman yang melakukan pemantauan dan patroli sejak hari Rabu (6/11/2019). Lalu memutuskan untuk memasang perangkap guna mengevakuasi satwa langka tersebut.
"Tindakan ini diambil mengingat kejadian yang telah berulang. Pengusiran tidak membuahkan hasil. Lokasi kejadian yang tidak berada jauh dari pemukiman warga," katanya
Sebelumnya pada bulan Juli, didekat lokasi yang sama juga terjadi konflik antara manusia dan satwa liar. Sebanyak 14 ekor ternak warga dimangsa oleh satwa liar yang diduga jenis harimau sumatera. Pada saat itu BKSDA melaksanakan pemasangan kamera penjebak (camera trap) sebanyak 4 unit untuk memantau keberadaan dan pergeralan satwa.
Selain itu pengusiran juga dilakukan dengan menggunakan bunyi-bunyian selama hampir satu minggu. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat itu, satwa diketahui telah kembali ke habitatnya di hutan lindung Tonang Talul.
"Salah satu penyebab terjadinya konflik antara manusia dan satwa liar adalah disebabkan memyempitnya habitat satwa akibat alih fungsi lahan," ujarnya. (Rahmadi/HM)