InfoLanggam - Festival Budaya Maek resmi dibuka pada Rabu malam, (17/7/2024) di lapangan bola kaki Maek. Kegiatan diawali dengan penampilan tari tentang menhir yang dibawakan oleh Anak Nagari Maek, beserta koreografer dari Indonesia, Jerman dan Australia.
Tari itu menggambarkan tentang situs asal muasal situs menhir yang menjadi sejarah peradaban dunia yang kini masih menjadi misteri.
Puncak Festival Maek ini digelar di Nagari Maek, Kabupaten Limapuluh Kota, 17 sampai dengan 20 Juli 2024. Berbagai diskusi dan atraksi seni berbagai provinsi ditampilkan selama 4 hari tersebut.
Dalam pembukaan Festival Maek ini, dihadiri oleh ribuan masyarakat Limapuluh Kota dan Payakumbuh. Masyarakat antusias untuk mengikuti seluruh rangkaian acara.
Wali Nagari Maek, Efrizal mengatakan, dengan adanya Festival Maek ini, Maek siap menjadi destinasi wisata arkeolog global.
"Dan Insya Allah masyarakat Maek siap menyambut para arkeolog dunia, terima kasih kepada Bapak Supardi yang sudah mengangkat acara ini, dan terimakasih juga kepada seluruh pihak yang menjadikan Maek mendunia," ujarnya.
Efrizal mengungkapkan, jika ada hal-hal yang kurang berkenan mohon dimaafkan, karena tidak semua aspirasi yang dapat diakomodir.
"Semoga kegiatan festival budaya Maek ini akan terus bergilir setiap tahunnya dalam rangka meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Nagari Maek," ucapnya.
Festival Maek ini merupakan salah satu strategi dalam mengangkat potensi besar Nagari Maek bernama Menhir. Direktur Festival Doni Eros berharap Maek bisa membuka tabir tentang peradaban ini.
"Menhir bukan hanya batu saja, tetapi ada misteri peradaban yang ternyata mengundang dunia untuk melihat Maek. Ada dari Jerman, Mesir, Singapura dan sejumlah arkeolog yang hadir pada malam ini," kata Direktur Festival Doni Eros.
Bupati Limapuluh Kota, Safaruddin sangat mengapresiasi kegiatan Festival Maek ini. Pemkab Limapuluh Kota komit untuk terus mengembangkan Menhir sebagai potensi besar yang harus dikenal dunia.
"Insya Allah Festival Maek akan menjadi agenda tahunan Limapuluh Kota, sehingga Maek mendunia," kata Safaruddin.
Sementara itu, Gubernur Sumatra Barat, yang diwakili oleh Kadis Kebudayaan, Jefrinal Arifin mengungkapkan Festival Maek sebagai pintu masuk menggali asal usul nenek moyang manusia. Peradaban di Maek diperkirakan sudah ada sejak 4000 tahun SM.
"Maek bukan hanya sekedar festival namun menjadi ajang untuk memperkenalkan Maek di pentas peradaban dunia, terima kasih pak Supardi atas prakarsanya mengangkat acara ini," kata Kadis Kebudayaan yang mewakili Gubernur Sumbar. (*)