Langgam.id - Pemilihan gubernur (pilgub) Sumatera Barat (Sumbar) 2020 sudah di ambang pintu. Sejumlah nama-nama yang muncul ke masyarakat sebagai bakal calon pun kian ramai diperbincangkan.
Fenomena jelang Pilgub ini juga menjadi perhatian serius pengamat politik dari Universitas Andalas (Unand), Asrinaldi. Bahkan lewat akun media sosial (medsos) Facebook pribadinya, Asrinaldi mengaku akan terus menganalisis fenomena Pilgub Sumbar melalui akun Facebook-nya.
Dari hasil analisis lewat survei yang beredar di beberapa medsos, sebut Asrinaldi, dia melihat dukungan publik terhadap Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, selaku petahana masih cukup rendah.
"Tentu cukup mengherankan. Mestinya dengan jabatan sebagai Wakil Gubernur Sumbar memberi ruang yang banyak baginya untuk bersosialisasi. Bahkan dengan program dan kegiatan pembangunan yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sumbar selama 4 tahun mestinya membawa efek positif bagi NA. Tapi sepertinya ini tidak membaa efek yang berarti," kata Asrinaldi dalam tulisannya di akun Facebook, Sabtu (11/1/2020).
Dengan angka elektabilitas yang masih di bawah 20 persen, lanjut dosen politik Unand itu, menjadi sinyal buruk bagi Partai Gerindra sebagai partai pemenang Pemilu di Sumbar. Menariknya, angka elektabilitas calon lain juga masih di bawah ambang batas aman untuk bisa memenangkan Pilkada September 2020 mendatang.
"Kontestasi para calon gubernur akan berlangsung kompetitif dan memiliki peluang yang sama besar. Kondisi ini juga bermuara pada terjadinya pergantian kekuasaan dari kader partai yang sudah dua periode menguasai jabatan gubernur, ke kader partai lain yang siap menggantikan posisi ini," katanya.
Asrinaldi menilai, kemenangan seorang calon kepala daerah yang saat ini berada dalam kelompok 5 besar, memiliki elektabilitas tertinggi sangat ditentukan oleh seberapa besar wakilnya dapat membawa suara tambahan bagi pasangan ini.
Apalagi dalam perilaku memilih masyarakat Minangkabau, figur calon kepala daerah/wakil kepala daerah sering dihubungkan dengan representasi daerah tempat asal mereka berada.
"Isu kedaerahan ini walaupun tidak begitu kuat, mesti menjadi pertimbangan seorang calon kepala daerah untuk bisa mendapatkan dukungan maksimal dari masyarakat dalam Pilkada mendatang," katanya. (*/ICA)