Langgam.id - Kabut asap kiriman dari provinsi tetangga seperti Riau dan Jambi hampir menyeluruh mengepung wilayah di Sumatra Barat (Sumbar). Bahkan, kondisi kualitas udara di beberapa daerah tergolong masuk dalam kategori tidak sehat.
Hal ini seperti yang terjadi di Kota Sawahlunto. Sejak Selasa (15/10/2019) dan Rabu (16/10-2019) kemarin, kualitas udara di kota yang dikenal dengan batu bara ini telah tercemar dan masuk level kategori tidak sehat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sawahlunto Andri Mahaputra mengatakan konversi Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Sawahlunto pada dua hari itu menyentuh angka 125 atau masuk dalam kategori kondisi tidak sehat.
"Untuk pengukuran hari ini, nanti jam 15.00 WIB dibuka alatnya, per 24 jam. Kami kan mengukur pertikulat (PM) 10. Kalau dari tanggal 15-16 Oktober konsentrasi terukur 200 mikrogram," ujar Andri dihubungi langgam.id di Padang, Kamis (17/10/2019).
Namun, Andri mengungkapkan, untuk pagi menjelang siang hari ini, secara pengamatan kondisi kabut asap di Sawahlunto mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan hujan yang melanda kawasan tersebut sejak tadi malam.
"Kalau dari pengamatan pagi menjelang siang ini kayaknya karena sudah kelembaban hujan tadi malam, ada penurunan. Tapi kalau kepastian nanti tunggu hasilnya keluar dari laboratorium," ucapnya.
Secara metode, DLH Sawahlunto hanya bisa melakukan pengukuran kualitas udara dengan manual aktif yang hasilnya keluar per 24 jam. Sebab, kalau pengukuran yang hasilnya keluar perjam hingga kini DLH Sawahlunto belum memiliki alat.
"Kalau kami metode manual aktif, kalau di kementerian DLH ada dua metode yaitu manual aktif sesuai PP 41 tahun 1999, pertikulat (PM) 10 diukur 24 jam. Kalau metode Air Quality Monitoring System (AQMS) itu rata-rata perjam, kami tidak ada alatnya," tuturnya. (Irwanda/HM)