Langgam.id - Besok seluruh umat Islam di Indonesia mulai menjalani ibadah puasa Ramadan 1442 H. Berbagai persiapan mulai dilakukan untuk menyambut datangnya bulan suci, salah satunya melakukan tradisi menjelang Ramadan.
Sumatra Barat punya beberapa tradisi menyambut Ramadan, salah satunya manjalang mintuo. Mintuo adalah sebutan untuk orang tua suami atau istri di Minangkabau.
Manjalang, jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti menjelang atau mendatangi. Tradisi ini maksudnya adalah istri manjalang (mengunjungi) rumah orang tua laki-laki. Datangnya bukan sekedar datang saja, akan tetapi membawa sejumlah hidangan tertentu.
Baca juga: Malamang, Tradisi Sambut Ramadan Peninggal Syekh Burhanuddin
Tujuan tradisi ini sebagai bentuk melestarikan dan menjaga hubungan baik antara sang istri dan orang tua suami. Tradisi ini bisanya dilakukan ketika hari besar seperti memasuki bulan suci Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha.
Tradisi manjalang mintuo merupakan tradisi turun temurun orang Minang dalam bersilaturahmi ke rumah mertua. Manjalang mintuo tidak hanya sebatas kunjungan antara menantu ke rumah mertua, namun ini juga menjadi simbol keakraban kedua belah pihak antara keluarga laki-laki dan perempuan.
Karena pada acara manjalang mintuo, sang menantu tidak datang sendirian namun ditemani oleh kedua orang tua kerabat dekat lainnya. Artinya selain mempererat hubungan antara menantu dengan mertua akan tetapi juga mempererat hubungan antara besan, serta semua keluarga terdekat sang menantu.
Baca juga: Tradisi Balimau Inderapura, Warisan Budaya Ratusan Tahun Jelang Ramadan
Manjalang mintuo, bagi perempuan yang baru menikah menjadi suatu hal yang tidak boleh ditinggalkan. Bahkan, akan dinilai lebih baik jika turut mengunjungi saudara orang tua.
Jika pasangan suami istri baru pertama kali melakukan manjalang mintuo, biasanya sang istri juga membawa beberapa keluarga dekatnya untuk manjalang ke orang tua suami. Selain untuk menjaga silahturahmi, juga sebagai salah satu bentuk bakti seorang menantu kepada mertuanya di ranah minang.
Meski tradisi tersebut sudah menjadi turun-temurun, namun tak jarang jika sebagian masyarakat tidak melaksanakan. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, seperti ekonomi dan lain-lain.(*/Ela)