Langgam.id - Bencana gempa yang terjadi di Turki merupakan bencana alam yang terbesar di awal tahun ini. Dari berbagai laporan diketahui jumlah korban dapat mencapai belasan ribu jiwa.
Sementara ratusan ribu atau bahkan mungkin mencapai jutaan jiwa mengalami kerugian kehilangan tempat tinggal atau cidera luka dan lain lain. Situasi itu diperburuk lagi oleh cuaca yang saat ini dalam kondisi musim dingin yang menambah penderitaan korban gempa
Peneliti logistik bencana Unand, Prof Rika Ampuh Hadiguna menyatakan berdasarkan pengalaman dan studi yang dilakukan, ketika bencana alam semacam gempa ini terjadi ada dua kunci sukses dalam upaya meminimumkan dampak bagi korban yakni koordinasi dan sistem logistik tanggap darurat bencana.
“Perlu diupayakan agar para korban tidak mengalami kondisi-kondisi ancaman kesehatan yang makin parah, misalnya awalnya dalam keadaan luka ringan akhirnya menjadi luka berat atau yang awalnya dalam keadaan sehat justru menjadi sakit, nah ini menjadi tantangan terbesar ketika kita menghadapi bencana alam gempa yang sebesar yang di alami turki dan juga Suriah baru-baru ini,” imbuhnya, Kamis (9/2/2023).
Berkaitan dengan koordinasi dan logistik tanggap darurat ini Rika menyatakan ini hanya dapat berhasil dengan adanya Leadership yang kuat. Dia memandang kepemimpinan di Turki saat ini relatif cukup kuat. Karena itu dua kunci sukses ini dipercaya sudah dimiliki oleh Turki. Disisi lain untuk bencana alam berskala besar ini secara khusus menjadi perhatian masyarakat dunia.
Berbagai lembaga Persatuan Bangsa Bangsa yang umumnya akan ditangani secara khusus oleh lembaga semacam World Food Programme (WFP) serta berbagai NGO internasional yang memiliki spesialisasi di dalam logistik penanganan bencana juga dilibatkan.
Senada dengan Prof. Rika Ampuh, peneliti logistik bencana Unand lainnya, Reinny Patrisina, Ph.D mengatakan bahwa 72 jam pertama ini merupakan waktu yang sangat krusial.
“Semua dalam keadaan shock dan gagap. Korban ada di mana-mana alat berat belum siap, SDM harus segera dikerahkan, jalan raya rusak dipenuhi tumpukan reruntuhan gedung karena itu koordinasi menjadi hal yang utama,” tukas Reinny Patrisina.
Lebih jauh, Rika Ampuh menjelaskan tentang perbedaan mendasar antara logistik bencana dibandingkan sebagaimana yang dipahami secara umum. Logistik menangani tiga tipe aliran barang, aliran informasi dan aliran uang. Namun khusus dalam penanganan logistik bencana tiga tipe ini menjadi dua aliran yaitu aliran barang bergabung dengan aliran uang, sementara aliran satu lagi adalah informasi. Pada logistik kemanusiaan/bencana ini tidak ada transaksi jual beli sehingga aliran uang jadi bagian yang tidak terpisahkan aliran barang.
Aliran barang adalah berbagai macam barang yang bantuan baik yang dimiliki stok atau barang barang yang dimiliki oleh pemerintah Turki untuk disalurkan kepada korban bencana dan juga barang-barang yang telah disiapkan oleh negara-negara tetangga serta oleh badan dunia yang memang akan dikirimkan dan akan distribusikan kepada para korban bencana gempa ini.
Aliran informasi menjadi sangat penting jadi perhatian karena letak geografis lokasi penampungan korban, lokasi pusat distribusi, barang apa saja yang dibutuhkan yang mendesak dan urgen seperti pakaian selimut dan ada obat-obatan.
Di sisi lain tentu juga ada kebutuhan mendesak makanan yang bersifat instan yang bisa langsung disantap. Semua itu dalam kerangka waktu karena tanggap darurat yang biasanya paling lama dia ditangani untuk periode 1 bulan tergantung besar skala dari bencana gempa itu.
“Jadi ini yang perlu diperhatikan ketika penanganan logistik bencana yaitu bagaimana kita harus tepat dalam mengelola aliran barang dan bagaimana kita harus bisa tepat dalam menyiapkan informasi,” jelas Rika Ampuh. (*/FS)