Langgam.id - Zuiyen Rais, Wali Kota Padang periode 1993-2003 yang menggantikan posisi Syharul Udjut telah berpulang kerahmatullah, Kamis (10/11/2022) sekitar pukul 21.15 WIB.
Dikutip dari buku Profil 200 Tokoh Aktivis dan Pemuka Masyarakat Minang yang diterbitkan PT. Permo Promotion edisi I tahun 1996-1996 dijelaskan, bahwa Zuiyen Rais merupakan seorang dengan tipe pekerja serius dan tekun.
Selain itu, Ziyen juga dikenal selalu menggunakan banyak pertimbangan untuk mengambil sebuah keputusan.
"Saya ingin bekerja dengan konsep dan program, dan itu kebiasaan saya," ujar Zuiyen dikutip dari buku tersebut.
Selama memimpin Kota Padang, yang saat itu dikenal dengan nama Kota Madia Padang, Zuiyen juga kerap tidur larut malam. "Hampir tak pernah saya tidur sebelum pukul 20.00 WIB. Selalu saja setelah tengah malam," ucapnya di buku itu.
Diketahui, Zuiyen Rais lahir dari pasangan sumai istri, Raiz Pakiah Ibrahim dan Hj. Kasima. Ia lahir di Kapau, kampung para penggalas nasi di Kabupaten Agam, 13 Desember 1940.
Sejak masa kanak-kanak hingga SMP, Zuiyen menghabiskan waktunya di kampung halaman. Lalu, melanjutkan sekolah ke tingkat SMA di Birugo, Bukittinggi.
Setelah tamat SMA, Zuiyen melanjutkan pendidikan ke IKIP Padang, dan ia menjadi soerang wartawan usai menamatkan S1 sekaligus menjadi asisten dosen di almamaternya.
Bahkan, saat berprofesi sebagai wartawan Harian Aman Makmur di Padang, Zuiyen juga sempat menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Padang periode 1968-1970, saat itu ia masih berusia lebih kurang 28 tahun. Saat menjalani profesi itu, Zuiyen juga pernah mengikuti program jurnalistik dari PWI Pusat ke Belanda.
Program itu didapatkan Zuiyen setelah bertemu dan menyindir ketua PWI Pusat yang saat itu dipimpin Mahbub Djunaedi. Dalam pertemuan itu, Zuiyen menyampaikan, PWI daerah hanya jadi pendukung PWI pusat saja.
Atas sindiran itulah, secara resmi PWI Pusat meminta PWI Cabang Padang untuk mengutus anggota menempuh pendidikan selama lima bulan ke Belanda.
"Teman-teman menunjuk saya, dan ternyata saya juga lulus tes," kenang Zuiyen saat itu.
1969, Zuiyen bersama sembilan anggota PWI perwakilan seluruh Indonesia berangkat ke Belanda, dan ia juga sempat melakukan perjalanan jurnalistik ke Eropa dan Amerika Serikat. "Pengalaman tersebut saat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian dan wawasan saya dikemudian hari," ucapnya.
Kemudian, setelah pulang dari luar negari (1970) dan juga telah menyandang gelar sarjana, Zuiyen terpilih menjadi anggota Badan Pemerintahan Harian (BPH) Bidang Sosial Budaya Kota Madia Padang periode 1970-1974. Di sinilah ia memulai karirnya sebagai pegawai negeri bidang pemerintahan.
Sejak menjadi anggota BPH, karir Zuiyen terus melonjak. Ia juga terpilih menjadi Ketua Terpedda Kota Madia Padang (1974-1981).
Lalu, tahun 1981, Zuiyen diangkat menjadi Ketua Bappeda Tk. I Kota Madia Padang. Saat bersamaan, ia juga menyandang jabatan Pembantu Rektor II Universitas Bung Hatta, Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang didirikan Hasan Basri Durin dan kawan-kawan, termasuk Zuiyen Rais.
Jabatan pembantu rektor itu, kata Zuiyen, juga mendorongnya untuk kembali masuk dalam lembaga pendidikan. Lalu, ia melanjutkan pendidikan (S2) di IPB Bogor.
Sepulang dari Bogor dan menyandang gelar S2, ia diangkat menjadi Asisten II Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Kesra Kota Madia Padang.
Setelah itu, karirnya terus meningkat, dan ia diangkat menjadi Kepala Bidang Sosial Budaya Bapedda Tingkat I Sumbar, dalam periode yang sama, Zuiyen juga terpilih menjadi Pembantu Rektor I Bidang Akademis di UBH.
Baca juga: Mantan Wali Kota Padang Zuiyen Rais Wafat
Jabatan pembantu rektor itu terpksa ia lepas setelah terpilih menjadi Sekwilda Tingkat II Kota Madia Padang tahun 1992.
Setahun menjabat sebagai Sekwilda, Zuiyen akhirnya terpilih menjadi Wali Kota Madia Padang tahun 1993 menggantikan Syahrul Udjut.
—