Mentawai Kekeringan Sejak Juli 2019, Mayarakat Harapkan Pemerintah Turun Tangan

kemarau april

Ilustrasi Kekeringan (Foto: Pixabay)

Langgam.id - Kemarau panjang sejak Juli 2019 melanda Kabupaten Kepulauan Mentawai, akibatnya sejumlah daerah mengalami kekeringan, bahkan masyarakat setempat kesulitan mendapatkan air bersih yang akan digunakan untuk mandi dan mencuci.

Keterangan warga Kecamatan Sipora Utara, Raita (31) saat ini air di rumahnya sudah kosong, bahkan sumur miliknya benar-benar kering.

“Habis sehabis-habisnya, dua sumur kami sudah kosong, padahal sumur itu kedalamannya tiga dan empat meter,” ujar Raita melalui rilis yang diterima Langgam.id, Selasa (17/9/2019).

Menurut Raita, kekeringan di Kecamatan Sipora Utara, khusnya di Tuapeijat, ibu kota Kabupaten Kepulauan Mentawai sudah sejak satu bulan lebih.

Masyarakat, kata Raita, terkadang mencari air ke rumah family terdekat atau ke sungai-sungai yang ada di daerah setempat. “Pernah juga ke Goiso Oinan cari air, sekira 13 kilometer jauhnya, di sana ada air yang mengalir dari mata air. Tapi, sekarang juga sudah mulai berkurang,” jelasnya.

Sementara Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), katanya, sudah beberapa tahun terakhir tidak berfungsi. PDAM hanya mengalir ke beberapa rumah di daerah setempat.

“Sudah lama PDAM tidak jalan, dulu di rumah saya mengalir air PDAM, tapi sekarang tidak lagi, apalagi saat ini datambah kemarau,” ungkap Raita.

Raita berharap, adanya kekeringan, apalagi di pusat ibu kota kabupaten, Pemerintah Daerah segera mencarikan solusi untuk menanggulangi kekurangan air bersih.

“Sudah lama sekali hujan tidak turun, kita harapkan pemerintah turun tangan,” ucapnya.

Kalau air yang dibagikan Badan Penanggulangan Bencanan Daerah (BPBD), menurut Raita tidak maksimal. “Tidak tiap hari dibagikan, sedangkan kita butuh air setiap harinya,” kata Raita.

Lalu, air bersih yang dijual menggunakan mobil tangki, harganya terlalu mahal. “Banyak uang yang kita keluarkan untuk itu, ini kebutuhan setiap hari. Sekali isi sumur, harganya bisa mencapai Rp150 ribu sampai Rp200 ribu,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Mentawai, Amir Ahmari mengaku pendistribusian air bersih untuk masyarakat terdampak kekeringan sudah dilakukan.

“Kekeringan sudah berlangsung sejak Juli 2019 lalu. Hujan yang turun hanya sebentar, itu tidak mencukupi kebutuhan masyarakat akan air bersih,” ungkapnya.

Untuk itu, berdasarkan surat resmi dari pemeritah desa/dusun tentang permintaan masyarakat yang membutuhkan air bersih, BPBD langsung turun ke lapangan.

“Pendistribusian sudah dilaksanakan di Desa Tuapeijat dan Sipora Jaya. Karena sudah ada sekira dua tau tiga surat yang masuk terkait kebutuhan air bersih. Pelayan yang kita berikan tidak memungut biaya, alias gratis,” jelasnya.

Warga yang membutuhkan air bersih, kata Amir, hanya perlu menyediakan ember, drum atau sejenisnya untuk menampung air bersih yang didistribusikan.

“Satu hari, kita mendistribusikan 9 sampai 10 tangki, dengan kapasitas 5 ribu liter. Air itu diambil dari sungai di daerah Goiso Oinan yang mengalir dari perbukitan yang bersih,” katanya. (*/ZE)

Baca Juga

Kekeringan Terpa Padang, Air Bersih jadi Rumit
Kekeringan Terpa Padang, Air Bersih jadi Rumit
BPBD Kota Padang melakukan pendistribusian air bersih untuk warga. Hal itu menyikapi sejumlah wilayah yang mengalami
BPBD Distribusikan Air Bersih untuk Warga Terdampak Kekeringan di Padang
Dampak Banjir Bandang, Air Bersih dari Perumdam Tirta Serambi Padang Panjang Terganggu
Dampak Banjir Bandang, Air Bersih dari Perumdam Tirta Serambi Padang Panjang Terganggu
Vokalis Red Hot Chili Peppers 'Ritual Tembakau' Bersama 2 Sikerei Mentawai
Vokalis Red Hot Chili Peppers 'Ritual Tembakau' Bersama 2 Sikerei Mentawai
Inilah Nomor yang Bisa Dihubungi Warga Padang Bila Butuh Air Bersih
Inilah Nomor yang Bisa Dihubungi Warga Padang Bila Butuh Air Bersih
Atasi Kekeringan di Padang, Sungai Lubuk Laweh Dinormalisasi
Atasi Kekeringan di Padang, Sungai Lubuk Laweh Dinormalisasi