Langgam.id - Jagat linimasa media sosial diramaikan ungkapan kue klepon tidak islami dari sebuah akun yang mengatasnamakan Abu Ikhwan Aziz dalam secarik foto klepon lengkap dengan pesannya seperti poster. Postingan ini kemudian menjadi trending topic Twitter.
"Kue klepon tidak islami. Yuk, tinggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami," begitu bunyi tulisan pelengkap gambar klepon yang mengatasnamakan Abu Ikhwan Aziz, dan kemudian viral di media sosial.
Terkait viralnya klepon atau onde-onde tidak islami dari postingan yang beredar di Twitter, kemudian memantik rasa penasaran beberapa orang siapa kira-kira Abu Ikhwan Aziz. Salah satunya dilakukan oleh akun Facebook Mayumi Fujimoto. Akun ini menyebut, dari pelacakan yang dilakukan di media sosial dan medium lainnya, tak ada nama Abu Ikhwan Aziz di setiap media sosial. Yang sekarang ada baru dibuat setelah postingan itu viral. Ia menduga, postingan itu dibuat dengan tujuan sarkas.
Meski begitu, postingan tersebut terlanjur viral. Berbagai tanggapan muncul di media sosial, dari yang emosi sampai menganggapnya lelucon. Bahkan jadi bahan pemberitaan hingga juga muncul tulisan tentang sejarahnya.
Terlepas dari kontroversi itu, dalam budaya kuliner orang Minang, klepon dikenal dengan onde-onde. Sama dengan banyak daerah lain, onde-onde menjadi kudapan yang populer dalam berbagai kesempatan, termasuk sebagai menu dalam berbuka puasa. Kuliner ini termasuk takjil alias pabukoan yang digemari. Selain enak, harga onde-onde juga sangat terjangkau.
Baca Juga: Onde-onde, Si Bulat Hijau Manis yang Selalu Menggoda
Di pasar pabukoan, biasanya onde-onde dijual seharga Rp10.000 dalam tempat yang telah dikemas. Isinya berkisar dari 15 sampai 20. Tergantung besar dan kecilnya ukuran onde-onde yang dijual.
Bentuk onde-onde menyerupai bola pingpong. Rata-rata yang dijual dipasaran onde-onde berwarna hijau. Namun, ada juga sebagian orang yang membuat onde-onde berwarna seperti pulut merah. Sekilas, onde-onde memang serupa dengan klepon (makanan khas Jawa). Namun, bila dirasakan betul, tektur onde-onde Minangkabau jauh lebih lembut dan aroma pandannya jauh lebih menggoda selera.
Onde-onde terbuat dari tepung ketan yang dicampuri pewarna hijau plus daun pandan. Lalu, adonan dimasak dengan garam dan air secukupnya. Setelah adonan ketan matang, mulailah dibulatkan kecil-kecil.
Lantas, adonan ketan dilubangkan dan di dalamnya dimasukkan gula merah. Setelah itu, adonan bulat kembali dimasak ke dalam dandang agar gula merah yang di dalam adonan tersebut menyatu dengan ketan.
Ketika telah matang, onde diletakkan dalam tempat yang telah disediakan. Dalam kondisi panas itulah ditaburi parutan kelapa yang seperti bunga putih di atas onde-onde berwarna hijau. Dan, onde-onde siap disantap. Hati-hati, kadang gula merahnya muncrat keluar kalau tidak hati-hati menggigit onde-onde.
Dilansir dari berbagai sumber, konon onde-onde sebenarnya makanan yang yang berasal dari Tiongkok yang sudah ada sejak zaman Dinasti Tang. Setelah itu berkembang dibawa pendatang hingga ka Asia Timur dan Tenggara.
Onde-onde pun berkembang ke berbagai daerah Indonesia dengan bentuk, rasa dan nama yang berbeda. Ada yang menamainya kue bola, klepon dan sebagainya.
Namun, yang jelas onde-onde asli Minangkabau juga memiliki cita rasa enak dan berbeda dengan daerah lainnya. Sehingga wajar onde-onde pun diklaim menjadi kuliner Minangkabau. (ICA/Osh)