Usia Produktif Berisiko Tinggi Alami Masalah Kesehatan Mental

Usia Produktif Berisiko Tinggi Alami Masalah Kesehatan Mental

Ilustrasi gangguan kesehatan mental. (Foto: pixabay)

Langgam.id- Kelompok usia produktif, yaitu pekerja muda, memiliki risiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental. Agar dapat mencegahnya, sangat penting bagi mereka untuk menetapkan batasan waktu dalam pekerjaan mereka dan tidak ragu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan ketika merasakan tanda-tanda masalah mental.

Dengan demikian, mereka dapat menjaga kesehatan mental mereka selama menghadapi tekanan dalam dunia kerja yang kompetitif.

Dilansir dari halodoc.com Kamis (2/11/2023) Masalah kesehatan mental seringkali menjadi tantangan bagi generasi muda yang harus menghadapi berbagai tantangan yang semakin rumit seiring berjalannya waktu.

Jika tidak ditangani dengan baik, permasalahan ini dapat menghambat produktivitas pekerjaan dan berdampak negatif pada kehidupan sosial. Di sisi yang positif, generasi muda saat ini memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap kesehatan mental, mereka lebih terbuka untuk berbicara tentang isu-isu ini dan aktif mencari informasi terkaitnya. Sayangnya, beberapa halangan seperti stigma sosial dan akses terbatas terhadap perawatan kesehatan mental dapat menghambat seseorang dalam mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.

Data dari studi internal Halodoc tahun 2022 menunjukkan bahwa sebagian besar individu yang menghadapi masalah kesehatan mental berada dalam rentang usia produktif, yaitu dari awal dua puluhan hingga tiga puluhan. Pada fase ini, mereka sedang berada dalam transisi dari masa remaja ke dewasa muda, menghadapi berbagai tuntutan baru seperti memulai karier, mengejar pendidikan tinggi, dan mengelola tanggung jawab keuangan yang lebih besar. Oleh karena itu, kelompok usia ini memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental.

Dari sumber yang sama, masalah kesehatan mental yang sering dihadapi oleh kelompok usia produktif mencakup gangguan kecemasan, episode depresi, dan gangguan tidur. Wanita, menurut data tersebut, lebih sering mengajukan klaim perawatan kesehatan dalam kaitannya dengan masalah kesehatan mental, dengan angka sekitar 60-70 persen. Namun, hal ini tidak mengindikasikan bahwa pria memiliki kesehatan mental yang lebih baik daripada wanita. Para ahli menduga bahwa pria cenderung enggan berbicara tentang kekhawatiran mereka dan mencari dukungan profesional, padahal keduanya, baik wanita maupun pria, sama-sama memerlukan perawatan ketika menghadapi masalah kesehatan mental.

Beberapa orang masih menganggap isu kesehatan mental sebagai hal yang dihindari, yang membuat mereka enggan mencari perawatan. Namun, jika tidak diatasi, masalah mental bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mengurangi kualitas hidup individu.

Masalah lainnya adalah bahwa mayoritas asuransi kesehatan perusahaan tidak mencakup seluruh jenis perawatan kesehatan mental. Biasanya, asuransi hanya melibatkan beberapa sesi konseling atau terapi. Akibatnya, mereka yang memerlukan perawatan lebih intensif harus mengeluarkan biaya tambahan atau mencari sumber daya lainnya.

Meskipun asuransi kesehatan tidak selalu memberikan dukungan penuh, perlu diingat bahwa kesehatan mental adalah komponen penting dalam kesejahteraan seseorang. Ingatlah bahwa kesehatan mental yang baik merupakan kunci untuk mencapai kesejahteraan dan produktivitas sehari-hari. Karena itu, setiap individu tetap perlu mencari perawatan, bahkan jika harus membayarnya sendiri. Mengingat bahwa investasi dalam kesehatan mental juga berarti investasi untuk meningkatkan kualitas hidup

Bagi pekerja muda, menjaga kesehatan mental merupakan suatu keharusan. Hal ini diperlukan agar mereka tetap produktif, bahagia, dan dapat menjalani kehidupan sosial yang berkualitas. Untuk mencapai hal ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil.

Pertama, sangat penting untuk menetapkan batasan waktu antara pekerjaan dan waktu pribadi. Banyak pekerja muda yang cenderung bekerja melebihi jam kerja mereka, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Mengatur jadwal, menetapkan prioritas, dan mengelola waktu dengan efisien akan membantu mencegah kelelahan dan stres.

Selanjutnya, menjaga hubungan sosial yang baik dengan teman, keluarga, dan rekan kerja juga menjadi faktor penting. Berbicara terbuka tentang perasaan atau masalah yang dihadapi dapat membantu meringankan beban hidup.

Setiap individu memiliki cara tersendiri untuk mengatasi stres, seperti olahraga, meditasi, atau mendengarkan musik. Aktivitas fisik teratur dan pola makan seimbang juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental. Tidak kalah pentingnya, tidur yang cukup dengan kualitas baik merupakan elemen utama.

Terakhir, pekerja muda harus sadar akan tanda-tanda masalah kesehatan mental dan siap mencari bantuan profesional jika diperlukan. Saat ini, alternatif seperti berbicara dengan psikolog melalui smartphone atau chat telah menjadi pilihan yang nyaman dan mudah diakses, yang membantu mengatasi stigma terkait kunjungan langsung ke praktisi kesehatan mental. (Indah/Fs)

Tag:

Baca Juga

Seorang bocah laki-laki hanyut terbawa arus sungai di Jalan Kampung Jambak RT 02 RW 09, Kelurahan Koto Lalang, Kecamatan Lubuk Kilangan,
Diduga Terjatuh ke Sungai Saat Bermain, Bocah 9 Tahun di Padang Hanyut
DPW LDII Sumbar menerima 8 ribu bibit ikan dari Polda Sumbar dalam program ketahanan pangan yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto
Dukung Asta Cita Presiden RI, LDII dan Polda Sumbar Tebar 8 Ribu Bibit Ikan di Padang
Semen Padang FC menggelar latihan jelang pertandingan menghadapi tamunya, Bali United, yang dijadwalkan pada 20 Januari 2024 mendatang
Semen Padang FC Gelar Latihan Jelang Menjamu Bali United
Rektor ITP Lantik WR dan Dekan Periode 2025-2029
Rektor ITP Lantik WR dan Dekan Periode 2025-2029
Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat resmi membuka program studi S1 Kedokteran Hewan pada Jumat (17/1/2024).
Awal 2025, UM Sumatera Barat Resmi Menerima Mahasiswa Baru Prodi Kedokteran Hewan
Pernahkah anda merasa tidak aman saat berjalan sendirian, baik siang maupun malam? Atau pernah menyaksikan tindakan pelecehan seksual?
Membongkar Stigma dan Kesenjangan Hukum dalam Kasus Pelecehan Seksual