Langgam.id - Pasca kerusuhan yang terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, sebanyak 203 masyarakat Sumatra Barat sudah sampai di Ranah Minang, Jumat (4/10/2019).
Kedatangan mereka terbagi dalam tiga gelombang, pertama sebanyak 21 orang pulang menggunakan biaya pribadi. Lalu, sebanyak 50 orang dibiayai Ikatan Keluarga Minang (IKM) Papua, mereka sampai di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) sekira pukul 20.40 WIB, menggunakan pesawat Batik Air.
Setelah itu, 132 orang pulang dengan biaya ditanggung oleh Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumatra Barat. Mereka sampai di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Jumat (4/10/2019) pukul 01.50 WIB dini hari.
“Kepulangan saudara-saudara kita ini, kita sengaja mencater satu pesawat secara khusus, biaya kepulangan mereka kita yang tanggung,” ujar Imam Akbari, Dewan Pembina ACT Sumbar saat menyambut kedatangan perantau Minang di BIM.
Dikatakannya, peristiwa ini adalah keprihatinan kita semua. “Kita harap ini tidak terjadi lagi di manapun, tidak ada dendam, tidak ada efek preseden buruk setelah ini, karena kita satu Indonesia, kita satu bangsa,” jelasnya.
Menurut Imam, kepulangan perantau Minang tersebut bukanlah eksodus. “Ini merupakan musibah, saudara-saudara kita baru kehilangan harta benda, bertemu dengan keluarga besar adalah cara terbaik untuk mengobati itu semua,” ungkapnya.
ACT Sumbar, kata Imam, juga menyediakan enam bus untuk mengantarkan perantau Minang ke kampung halaman masing-masing dari BIM. “Sebagian besar, berasal dari Pesisir Selatan. Kita akan antar sampai ke kampung masing-masing,” ucapnya.
Sementara itu, salah seorang perantau Minang, Yusniar (38) mengaku cukup lega karena sudah sampai di Ranah Minang. “Sudah cukup lega, kemungkinan akan balik lagi ke sana (Wamena). Tapi, untuk sementara menenangkan diri dulu di kampung,” ujarnya.
Dikatakan Yusniar, selama berada di Wamena sejak 2007 lalu, keadaan baik-baik saja. “Selama ini tidak ada masalah apa-apa, kita tidak tahu juga apa persoalan sebenarnya, mengapa terjadi kerusuhan seperti itu. Kalau isu-isu kecil, itu sudah biasa,” jelasnya.
Menurut Yusniar, keinginan untuk kembali ke Wamena, karena merasa aman dan damai saja di sana. “Kalau di sana, perasaan saya aman dan damai, makanya ingin kembali. Tapi, belum tahu kapan akan ke sana lagi, yang jelas, kondisi ini reda dulu,” ucap warga asal Pesisir Selatan tersebut.
Sementara, terkait sekolah anak-anak, menurut Yusniar masih libur hingga tahun ajaran baru. “Jadi cukup amanlah, anak-anakpun juga masih libur hingga tahun ajaran baru. Aset-aset kita di Wamena juga masih ada yang tinggal,” katanya. (Zulfikar)