Langgam.id - Beruk (Macaca Nemestrina) yang dikendalikan seseorang atau disebut tukang beruk, masih menjadi andalan bagi sebagian masyarakat Pariaman hingga Agam untuk memetik kelapa.
Menariknya, upah sang tukang beruk bisa dengan uang atau kelapa saja.
Seperti yang dilakukan Basir (58) warga Lubuk Basung, Kabupaten Agam ini misalnya. Dirinya sudah puluhan tahun menjadi tukang beruk atau orang yang berprofesi menawarkan jasa memetik kelapa menggunakan beruk.
Menurut Basir, profesi tukang beruk di Lubuk Basung masih terbilang sangat dibutuhkan. Pasalnya, dalam seminggu beruk miliknya bisa 3-4 kali dibawa memanen kelapa.
“Hanya orang-orang sekitar sini yang memanggil. Orang-orang yang tahu sama saya saja,” kata Basir, sebagaimana dicuplik dari AMCNews.co.id, Sabtu (24/10).
Diceritakan Basir, beruk yang dibawa memetik kelapa adalah beruk yang sudah terampil. Saat ini, dirinya mengaku memiliki 4 ekor beruk, yang kesemuanya dilatih sendiri.
“Dari kecil sama saya, jadi dia (beruk,red) sudah tahu siapa tuannya serta tahu kelapa mana yang harus diambil, dia paling takut jika saya marahi,” ujarnya.
Dalam sekali memetik kelapa, Basir biasanya mendapat bayaran kisaran Rp70-150 ribu. Jasa yang diterimanya tergantung pada jumlah batang kelapa yang akan dipetik.
Selain dibayar dengan uang, Basir juga menerima bayaran dalam bentuk buah kelapa. Disebutkannya, dalam 10 butir kelapa yang dipetik, dirinya mendapat jatah 3 butir sebagai upah yang diterima.
“Selama ini banyak yang bayar dengan kelapa, nanti kelapanya dijual, baru jadi duit,” ungkapnya.
Tugas tukang beruk, kata Basir, tidak hanya sekadar memetik kelapa saja. Akan tetapi, dirinya juga bertugas mengupas kelapa hingga membawanya ke rumah si pemilik.
“Kadang kalau tidak sempat sendiri, saya bawa tukang kupas, nanti penghasilnya dibagi,” sebut Basir.
Sementara itu, Liyusmarni (64) pemilik kebun kelapa di Lubuk Basung, mengaku sering menggunakan jasa tukang beruk. Dirinya mengaku terbantu dengan keberadaan tukang beruk.
“Paling tidak dalam empat bulan sekali pasti menggunakan jasa tukang beruk,” katanya.
Liyusmarni juga mengaku mempunyai tukang beruk langganan. Bahkan, katanya lagi, tanpa dicari pun mereka sudah tahu kapan jadwal kelapa miliknya dipanen.
“Kadang tidak tahu, terkadang sudah sampai di rumah saja. Namun, karena sudah langganan, saya percaya saja, berapa kelapa yang sampai di rumah yang segitu rezeki kita,” pungkasnya. (Osh)