Revolusi industri 4.0 membawa dunia kepada era digital dan perkembangan teknologi dalam arus komunikasi dan informasi, sehingga membuka ide, tren, dan perubahan besar pada industri fashion di Indonesia. Hal ini juga berpengaruh terhadap fashion melalui media, influencer, dan E-commerce yang juga merupakan pengembangan dari era digital. Bentuk digitalisasi akan berpengaruh sebagai transformasi masif industri fashion pada masa yang akan datang. Pertumbuhan pasar di era digital memberikan peluang bagi pebisnis fashion dan menjangkau khalayak ramai dengan mudah.
Industri fashion saat ini terdiri dari banyak pelaku, mulai dari orang yang membuat konsep, fashionpreneur atau orang yang membuat brand, eksekusi bisnis, hingga influencer. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa peranan digital berpengaruh dalam segala aspek. Munculnya industri ritel saat ini yang berkembang semakin masif, disebabkan oleh peranan digital dan beberapa diantaranya yaitu online store, marketplace, hingga e-commerce. Tren fashion saat ini juga menjadi kekuatan dan berpengaruh secara signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia meliputi media, ekonomi, dan hubungan masyarakat.
Peran digital semakin masif digunakan ketika pandemi covid-19 hadir dan membuat masyarakat harus menggunakan media online sebagai alat interaksi, hal ini juga berlaku dalam perkembangan suatu industri. Perubahan gaya hidup masyarakat dari offline ke online juga menjadi penyebab kuatnya situs belanja online serta aplikasi berbasis digital lainnya. Menurut catatan Bank Indonesia, jumlah transaksi e-commerce pada tahun 2022 mencapai Rp526 triliun dan menjadi peluang bagi para pebisnis untuk mengembangkan usahanya. Dalam era digital saat ini, media sosial menjadi wadah utama dalam mempromosikan tren sehingga fashion dapat berkembang sampai saat ini. Platform digital seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dapat menjangkau individu dengan mudah, serta dapat memungkinkan siapa saja untuk menjadi influencer dalam industri fashion. Hal ini juga dapat menciptakan hubungan antara produsen, desainer, influencer, hingga konsumen dalam mempercepat arus globalisasi fashion di seluruh dunia.
Pengaruh digitalisasi dalam industri fashion tidak hanya terlihat dari popularitas suatu brand, tetapi juga adanya lonjakan brand fashion terbaru, terutama dari brand - brand lokal. Munculnya brand lokal saat ini dapat meningkatkan citra dan reputasi produk Indonesia secara keseluruhan. Hal ini dapat memperluas pangsa pasar domestik dan internasional untuk produk - produk lokal. Salah satu brand fashion lokal yang muncul ke kancah internasional adalah Erigo dan pada tahun 2021 berhasil tampil pada acara New York Fashion Week. Erigo menggunakan e-commerce sebagai salah satu kanal penjualan dan tercatat sudah menjual produknya ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filiphina, dan Thailand.
Dari segi ekonomi, industri fashion memainkan peran yang sangat penting dalam arus globalisasi. Perdagangan pakaian dan produk fashion menciptakan rantai pasokan yang melibatkan berbagai negara, dari produksi bahan baku hingga distribusi produk jadi. Negara - negara berkembang seperti Bangladesh, Vietnam, dan Indonesia telah menjadi negara produksi utama untuk merek - merek fashion internasional, serta menghasilkan jutaan lapangan kerja dan menyumbangkan secara signifikan untuk pendapatan negara. Namun, dibalik meningkatnya tren fashion di era digital, terdapat isu- isu sosial yang dapat terjadi. Eksploitasi buruh, upah kerja yang rendah, hingga jam kerja yang panjang menjadi perhatian dan dapat memberikan persepsi buruk masyarakat dalam memandang suatu brand. Oleh karena itu, penting bagi sebuah brand termasuk industri fashion memiliki manajemen krisis serta meningkatkan brand awareness untuk memperluas jangkauan pasar yang besar serta menciptakan pandangan positif suatu brand kepada masyarakat.
Tren fashion saat ini tidak dapat dipisahkan dengan arus digitalisasi. Media memiliki sentral dalam membentuk tren sehingga berdampak kepada ekonomi, mempengaruhi dinamika pasar, dan menciptakan branding positif sehingga masyarakat mencintai produk - produk lokal.
*Penulis: Nasywa Azzahra (Mahasiswi Departenen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas)