Langgam.id - Seekor hiu paus (hiu tutul) terjerat pukat nelayan di perairan laut Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat (Sumbar). Sayangnya, satwa yang dilindungi ini mati saat dievakuasi kembali ke tengah lautan.
Masyarakat setempat keterbatasan alat saat mengevakuasi satwa pemakan plankton ini. Sebab, beratnya mencapai dua ton dengan panjang enam meter. Hiu paus ini mati di bibir pantai dan rencananya akan dikubur di sekitar lokasi.
Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang telah melakukan pengambilan sampel terhadap hiu paus untuk tes DNA. Adapun sampel yang diambil di antaranya gigi dan beberapa bagian daging.
"Kami ambil sampel gigi dan daging. Mencari tahu hiu paus ini kenapa di perairan itu (Pesisir Selatan)," ujar Analis Pesisir dan Pulau-pulau Kecil BPSPL Padang, Monica Ryan dihubungi langgam.id, Selasa (8/10/2019).
Monica tak menampik bahwa untuk populasi hiu paus memang banyak di perairan laut barat Sumatra. Satwa ini juga sangat sering mengikuti kapal nelayan yang sedang menangkap ikan di tengah laut. Biasanya, mamalia ini juga disebut sebagai "ibu hiu".
"Biasanya orang-orang di daerah pesisir bilang ibu hiu, dan biasanya hiu ini tidak menganggu. Setiap kapal nelayan memang selalu diikuti, jadi sebenarnya hiu sedang bermuara di perairan laut Pesisir Selatan engga juga, karena komunitasnya memang banyak," katanya.
Untuk kejadian kali ini, kata Monica, memang kebetulan tidak sengaja terjerat pukat nelayan. Sehingga, dibawa ke bibir pantai untuk dilakukan evakuasi pemotongan pukat yang menjerat tubuh hiu paus.
"Namanya pukat tentu harus digunting pukatnya, dibawa ke pinggir. Udah diusahakan untuk ditarik (ke tengah) tapi tidak bisa, lalu mati. Makanya, sebelum dikubur kami harus ambil sampel DNA cek forensik," ulasnya.
Monica mengakui pihaknya masih kurang sosialisasi memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait langkah cepat yang akan diambil apabila hiu paus berada di bibir pantai. Langkah satu-satunya, memang mengevakuasi hiu paus segera ke tengah laut.
Namun, ia menduga, hiu paus yang terjerat pukat nelayan di Pesisir Selatan telah mengalami gangguan di sensor berenangnya. Hal ini yang membuat satwa tersebut sulit untuk kembali ke tengah laut, meskipun telah berupaya dievakuasi.
"Hiu ini ketika dibawa ke tengah dia tetap ke samping dan berenang di peraian dangkal. Jadi memang hiu satu ini tidak seimbangan karena sudah ditangkap kurang pendengaran atau sensor hiu sudah tidak berfungsi sehingga berenang tidak stabil dan lebih ke daratan," bebernya.
"Faktor sakit tidak, karena cukup sehat. Sensor batas bisa berenang stabil, jadi mungkin dia sudah tidak sengaja tertangkap jadi kayak ada terluka atau bagaimana. Walaupun sudah dibuka jaring pasti ada ganguan terhadap sensor berenangnya," sambung Monica.
Tim BPSPL Padang masih berada di lokasi ditemukannya hiu paus. Alasan dikuburkan bangkai hiu agar tulang belulang satwa ini bisa digunakan sebagai edukasi ke depannya. Seperti diletakkan di museum atau kebun binatang.
Hiu paus memiliki nama latin Rhincodon typus sangat dilindungi di Indonesia, bahkan tidak boleh dimanfaatkan di dalam maupun diekspor ke luar negeri. Hiu paus tidak hidup secara berkelompok dan jumlahnya tidak begitu banyak.
Khusus di perairan laut barat Sumatra, hiu paus juga pernah terlihat di Kepulauan Mentawai dan Nias. Satwa ini biasa hidup ke tengah laut dalam. Selain plankton, hiu paus juga memakan ikan kecil.
"Karena ukuran besar dan hewa mamalia, hiu paus bisa bertahan hidup diprediksi 20-40 tahun, dengan ukuran jumbo seperti itu. Besarnya bisa 10 meter dan berat 3-4 ton. Ukuran sebesar itu dulunya juga pernah tidak sengaja tertangkap di perairan laut Indonesia," kata Monica.
Seperti diketahui, hiu tutul yang terjerat pukat nelayan di Kabupaten Pesisir Selatan terjadi pada Senin (7/10/2019) kemarin sekitar pukul 13.00 WIB. Menurut Endah (24) salah seorang warga yang kebetulan berada di lokasi mengatakan, masyarakat setempat telah berupaya melakukan evakuasi dengan mengunakan tali. Namun, karena keterbatasan alat, proses evakuasi mengalami kesulitan.
"Tidak ada pihak terkait membantu melakukan evakuasi. Kondisi hiu memang kelihatan mengalami kelelahan. Anak-anak banyak juga bermain dan menaiki hiu ini," katanya. (Irwanda/RC)