Seusai Festival

Seusai Festival

Didik Antarikso

“Kegiatan-kegiatan budaya seperti ini, terlebih yang dikemas apik dengan gelaran festival akbar, akan membuat multiplier effect bagi Kabupaten Dharmasraya”, ujar Setri Yasra, Pemimpin Redaksi Tempo.co, saat sesi diskusi Pembukaan Festival Pamalayu di Museum Nasional pada 22 Agustus 2018 yang lalu.

Multiplier efect (selanjutnya akan saya tulis; efek pengganda) yang dimaksud adalah efek lain yang muncul dari gelaran Festival Pamalayu.

Pada 22 Agustus 2019, Festival Pamalayu dibuka di Jakarta oleh Dirjen Kebudayaan RI Hilmar Farid. Beberapa media nasional dan daerah, cetak, online dan elektronik memuat “Dharmasraya” dari sisi pandang yang lain.

Begitu banyak sisi pandang yang diangkat; mulai dari cerita persatuan nusantara sejak zaman dahulu, festival dengan waktu pelaksanaan yang panjang, dan “keberanian” kabupaten muda yang jauh dari pusat ibukota dalam menelusuri narasi sejarah yang sudah terlanjur berkembang. Dharmasraya, sebagai sebuah kabupaten baru resmi berdiri sejak 7 Januari 2004.

Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan menggugat narasi sejarah yang sudah terlanjur berkembang dengan suara lantang. “Jadi, narasi peristiwa penaklukan ini kita luruskan jadi sebuah persahabatan. Nanti melalui festival kita semai benih baru," diucapkannya di Museum Nasional, tempat di mana bukti-bukti sejarah disimpan, di hadapan para ilmuwan, budayawan, sejarawan dan banyak orang.

“Ekspedisi Pamalayu bukanlah penaklukkan Jawa terhadap Malayu. Ekspedisi sebagai ekspansi berasal dari narasi kolonial”, historia.id, majalah sejarah online pertama di Indonesia, menulis di halamannya pada tanggal 23 Agustus 2019, sehari setelah pembukaan Festival Pamalayu. Media massa terkemuka Indonesia lain, seperti Tempo dan Kompas lebih menyorot tentang “Sejarah Dharmasraya” dalam kanal online-nya.

Barangkali, ini salah satu “efek pengganda” dari gelaran festival seperti kata Uda Setri di atas. Ketika Dharmasraya menjadi perbincangan nasional melalui berita di berbagai media, Dharmasraya “berani” me-rekonstruksi narasi sejarah Indonesia, yang sebelumnya selalu dikuasai “pusat”.

Dharmasraya dibincangkan dan dikupas oleh banyak ilmuwan (terutama sejarawan) di tingkat nasional. Dharmasraya menegaskan diri, tidak sekedar nama dan wilayah saja. Dharmasraya adalah bagian penting dari sejarah nusantara, dari sejarah Indonesia.

Gagasan tentang persatuan nusantara, sebelum sumpah palapa-nya Gajah Mada, sudah dimulai dari Dharmasraya. Ini jelas membanggakan, setidaknya bagi saya, sebagai warga Dharmasraya.

Rasa bangga, yang diekspresikan dengan cara-cara yang berbeda tentunya, menular ke hampir semua lapisan warga Dharmasraya. Festival Pamalayu dibincangkan di lepau-lepau, di sekolah, di beranda surau, di pelataran candi, di desain kaos yang digunakan. Di Dharmasraya, dengan rasa bangga.

Saya yang lahir, tumbuh dan besar di Dharmasraya, belum pernah rasanya menyaksikan sebuah kegiatan yang dirayakan oleh hampir seluruh orang dan di seluruh tempat di Dharmasraya, selain kegiatan Festival Pamalayu.

Wujud nyata kebanggaan warga adalah ketika anak-anak hingga orang dewasa memakai kaos dengan desain festival Pamalayu di dada mereka. Hampir tak ada sehari-pun, rentang waktu Agustus 2019 hingga januari 2020, tanpa menemui warga yang berlalu lalang dengan menggunakan kaos atau atribut lain dengan tema festival pamalayu.

Efek pengganda lain muncul, UMKM, BUMNag dan beberapa usaha kreatif mengembangkan bisnis kaos dan souvenir Festival Pamalayu. ketika itu, pada lini masa media sosial kita, terutama facebook dan Instagram, lalu lalang iklan UMKM tentang “Kaos viral” ini, dengan rupa-rupa desain, warna dan harga yang beragam.

Salah satunya Advertising “Anak Nagari”, sebuah badan usaha bidang periklanan, percetakan, konsep dan desain yang berada di bawah naungan BumNag Bukit Gadang Mandiri Nagari Sikabau. Di bawah kepemimpinan Wali Nagari Abdul Razak, badan usaha ini memproduksi berbagai souvenir terkait Festival Pamalayu. “Kaos dan topi yang paling banyak dicari’, ujar pak wali Razak saat mengawasi produksi di ruang pamer dan bengkel kerja Advertising Anak Nagari di sebelah Kantor Wali Nagari Sikabau.

Jika kembali ke masa itu dan kembali menghitung, dari jual-beli kaos pestival pamalayu, melihat banyaknya warga yang memakai kaos dengan tema itu? Berapa uang yang berputar di Dharmasraya, hanya dari satu sisi itu, sisi penjualan kaos saja, Berapa banyak usaha kreatif dan UMKM yang hidup?.

Pelaksanaan Festival dengan waktu yang panjang dan kegiatan yang beragam jelas memberikan banyak manfaat. Salah satu contoh adalah pelaksanaan Arung Pamalayu dalam rangkaian kegiatan Festival Pamalayu.

Mengutip langgam.id, media online ini memuat berita, “Dibiayai APBD Rp150 Juta, Arung Pamalayu Sumbang Perputaran Rp2,5 Miliar untuk Masyarakat”. Warga yang mendadak menjadi pedagang selama festival, tukang angkut air di wc umum kompleks candi Pulau Sawah, penyewaan perahu, tukang parkir dan banyak kalangan lain kecipratan manfaat ekonomi dari pelaksanaan Festival Pamalayu.

Efek kegiatan lain, seperti lomba foto, vlog dan menulis. Selain mendatangkan orang ke Dharmasraya, berbagai media –media massa atau sosial- memuat Dharmasraya. Menampilkan Dharmasraya dari berbagai sudut pandang, yang bahkan tidak diketahui masyarakat Dharmasraya itu sendiri.

Imbas lainnya hingga hari ini, berbagai kalangan dan komunitas anak muda terus memburu beberapa destinasi wisata di Dharmasraya, sampai ke pelosok negeri, kemudian memuatnya di halaman media sosial mereka dengan rasa bangga dan meneriakkan, “inilah Dharmasraya”.

Penutupan Festival, kebun karet di sekitar candi disulap menjadi taman dengan panggung besar di dalamnya. Pengunjung membludak. Panggung seni berbagai suku ditampilkan dan menampakkan wujud Dharmasraya saat ini yang bhineka. Saya bahkan ikut berjoget di panggung bersama komunitas sunda ketika pagelaran seni sunda digelar di kompleks candi Padang Roco.

Festival ditutup satu hari menjelang ulang tahun Dharmasraya ke-16, di Kompleks Candi Padang Roco. Wagub hadir, artis-artis ternama seperti Dewa Budjana, Trie Utami, Purwatjaraka dan tim juga hadir menampilkan “Pertunjukan Musik Kolosal Sound Of Borobudur” dengan megah. Siluluak Nagari Siguntur macet, sesuatu yang bahkan tidak pernah dibayangkan oleh siapapun sebelumnya.

Kampanye peduli lingkungan, terutama sungai selalu digaungkan selama pelaksanaan festival, dalam berbagai bentuk iven. Sebab, ditilik dari sejarah, Pamalayu tidak bisa dilepaskan dari budaya sungai.

Sesempurna itu? Tentu saja tidak. Pasti ada piring yang pecah, sendok yang hilang, ataupun gelas yang sumbing dalam pelaksanaan helat yang besar ini.

“Nanti melalui festival kita semai benih baru”, kembali mengutip Sutan Riska. Pun diakui oleh Bupati Dharmasraya, helat akbar ini adalah upaya menuai benih baru. Benih semangat, benih kebanggaan akan daerah.

Setelah satu tahun pelaksanaan Festival Pamalayu, opini terhadap pelaksanaan dan manfaat festival muncul beragam. Mancaliak di ateh tumbuah, mamandang di ateh rupo. Tumbuh serupa kini, tentu tergantung dari siapa yang melihat dan sudut pandang. Lagi pun, yang disemai dari gelaran festival ini hanyalah benih, yang diharapkan tumbuh, berkembang dan berbuah sembari menunggu waktu yang terus berjalan. Tidak instan. Tidak Sim Salabim. Tabik!!!


Didik Antarikso, warga Dharmasraya

Baca Juga

Dharmasraya Gelar FGD Pembinaan Statistik Sektoral 2024 Targetkan Peningkatan Nilai IPS
Dharmasraya Gelar FGD Pembinaan Statistik Sektoral 2024 Targetkan Peningkatan Nilai IPS
Pasar rakyat berkonsep modern akan segera hadir di Kabupaten Dharmasraya. Pelaksanaan groundbreaking proyek pembangunan Pasar Dharmasraya
Gandeng PT Adhi Perkasa Gedung, Pasar Rakyat Dharmasraya Dibangun di Lahan 5 Ha
Ibunda Bupati Dharmasraya Meninggal Dunia
Ibunda Bupati Dharmasraya Meninggal Dunia
Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan
Kinerja Pemerintah Kabupaten Dharmasraya Terbaik di Sumbar, Nomor 9 di Indonesia
Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Stok gula pasir di Bulog Sumbar kosong, sementara stok beras capai 7.000 ton.
Bulog Gelar Bazar 2 Hari Disela HUT Dharmasraya
Forkopimda Dharmasraya Tinjau Lokasi Banjir dan Longsor di Taratak Tinggi
Forkopimda Dharmasraya Tinjau Lokasi Banjir dan Longsor di Taratak Tinggi