Selembar Ijazah, Sejuta Drama

Selembar Ijazah, Sejuta Drama

Dr. Abdullah Khusairi, MA (Foto: Dok. Pribadi)

Selembar ijazah sarjana seseorang di negeri ini menjadi drama panjang yang endingnya masih tersesat entah di mana. Sementara itu, 9.981.013 mahasiswa Indonesia (bps.go.id, 2024) berjuang mendapatkan selembar ijazah sarjana. Mereka terdiri dari laki-laki 4.512.188 orang dan perempuan sebanyak 5.468.825 orang. Para mahasiswa ini, punya sejuta drama pula menuju wisuda lalu akan bersaing ketat di dunia kerja yang entah bagaimana pula endingnya.

Tulisan ini sekadar mengingatkan mahasiswa Indonesia yang kini berada di kampus, agar memahami arti selembar ijazah yang sedang diperjuangkan untuk diraih. Sungguhpun Rocky Gerung menyebutkan, ijazah hanyalah bukti seseorang pernah bersekolah bukan bukti seseorang berpikir. Tapi tunggu dulu, buktinya ijazah bisa mengantar seseorang menjadi presiden! Ijazah bisa membawa seseorang ke meja wawancara kerja.

Idealnya memang, ijazah bukti orang pernah sekolah dan bukti orang pernah diajarkan berpikir secara logos, pathos, dan ethos yang diungkapkan Aristoteles (384 SM – 322 SM) dalam karyanya Rhetorica. Seterusnya, seseorang itu dalam sehari-harinya menggunakan alur tertib berpikir, bersikap dan bertindak berdasarkan itu. Sungguhpun, akhirnya tak semua bisa menggunakannya seperti itu walaupun sudah sarjana. Banyak pengaruh yang lain, selain dari keilmuan. Salah satu buktinya, banyak yang lulus di prodi tertentu tetapi justru sebaliknya, sangat tidak menguasai bidang prodi namun menguasai bidang lain dan bekerja di bidang lain pula.

Kuliah dan jadi sarjana, merupakan cita-cita yang telah umum di Indonesia. Masyarakat Indonesia, paham secara teori, pendidikan sangatlah menentukan perubahan peradaban cara makro dan mikro dalam kehidupan. Mengubah nasib keluarga dan mengangka harkat martabat keluarga. Menurut data, dari total penduduk Indonesia, 281.603,800 jiwa (bps.go.id, 2024) dengan jumlah sarjana Sarjana (S1) sebanyak 12,4 juta (4,5%), sedangkan Magister (S2) sebanyak 882 ribu (0,3%), Doktor (S3) sebanyak 63,3 ribu (0,02%). Setiap awal kuliah, data ini dipaparkan dan dipertanyakan esensi kuliah dan datang ke kampus. Mereka dimotivasi agar jangan pernah, menjadi mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang, atau mahasiswa kura-kura, kuliah rapat-kuliah rapat, atau mahasiswa kunang-kunang alias kuliah nangkring-kuliah nangkring.

Agak lebih prospek, jika tidak mengganggu, menjadi mahasiswa kuda-kuda alias kuliah dagang-kuliah dagang. Seiring juga dengan mahasiswa kue-kue alias kuliah gawe-kuliah gawe. Semua itu pilihan di tengah tawaran ideal, jadi mahasiswa dengan mencapai target-target tertentu setiap semester hingga menjadi sarjana tidak sekadar sarjana biasa. Harus jadi sarjana luar biasa.

Hal di atas tentu mesti menjalankan dengan optimis, mencapai kesuksesan minimal empat hal. Sukses akademik, sukses soft skill, sukses wawasan, sukses jaringan. Keempatnya, mesti terisi minimal 75 persen masing-masingnya. Ada kasus, sukses akademik secara 100 persen, tetapi tiga berikutnya nihil, membuat seseorang lulus cumlaude tetapi setelah itu tak bisa bersaing ketat dengan yang punya softskill, wawasan luas, punya jaringan pula. Sebaliknya, ada yang sukses softskill tapi gagal pada akademik, tak pula punya wawasan, tak memiliki jaringan. Ini bisa jadi akan sia-sia pula sebab pintu masuk pertama ke dunia kerja, ijazah sarjana.

Kian hari, kesempatan kerja yang tidaklah besar, ia hanya milik mereka yang beruntung, punya orang dalam, kapasitas softskill. Ini membuat angka pengangguran dengan prediket sarjana hingga magister, terus meningkat. Orang menyebutnya, pengangguran terdidik. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah sarjana yang menganggur di Indonesia terus meningkat, dengan angka mencapai 842.378 orang pada Agustus 2024. Angka ini merupakan 11,28% dari total pengangguran di Indonesia pada periode yang sama.

Sudahlah mendapatkan ijazah penuh drama, tetapi hasilnya tidak pula memadai, itulah yang terjadi di negeri ini. Hanya mereka yang beruntung, seperti punya keluarga dan orang tua yang berpangkat tinggi, bisa mendapat kesempatan, bisa jadi Wapres, jadi menteri, jadi gubernur, wali kota, bupati dan segala macamnya. Sementara, tinggallah sarjana-sarjana dari kaum menengah ke bawah yang berjuang hidup mati di sector informal. Kecuali yang punya prestasi lebih dari kebanyakan.

Ribut-ribut drama ijazah seseorang di negeri ini, setara dengan ributnya netizen Indonesia dengan serial drama dari Malaysia, Bidaah (2025), dengan tokoh Walid sebagai karakter utama. Serial yang mengisahkan seorang perempuan muda bernama Baiduri (Riena Diana) yang dipaksa ibunya untuk masuk perkumpulan bernama Jihad Ummah pimpinan Walid Muhammad Mahdi Ilman (Faizal Hussein). Kata seorang kolega dari Universiti Sultan Zainal Abidin (Unisza) Terengganu Malaysia, Prof. Madya Dr. Wan Mohammad Yusof Wan Chik, justru di negeri jiran itu tak terlalu viral karena bukan reality yang umum di semenanjung itu. Soal drama ijazah palsu di Indonesia? Sayangnya, dia tak nak jawab.

Terakhir, buat mahasiswa-mahasiswa yang ada di kampus, selain sukseskan empat hal di atas, jangan pernah lelah menghadapi alur drama sebagai mahasiswa. Tahan dan hadapi proses, jangan pernah menganggap jalan pintas dianggap pantas. Drama ijazah palsu hari ini, jangan terjadi lagi di masa depan. Jagalah integritas, kembangkan jaringan pertemanan, kembangkan bakat-minat, raihlah selembar ijazah yang benar-benar asli walau dengan sejuta drama. Itu lebih terhormat dari pada penuh drama untuk membuktikan keasliannya. Hidup mahasiswa!

Dr. Abdullah Khusairi, MA, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Imam Bonjol Padang

Baca Juga

Student Literacy Camp 2025: Ikhtiar Sunyi Saat Efisiensi
Student Literacy Camp 2025: Ikhtiar Sunyi Saat Efisiensi
Racana Rohana Kudus Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol (IB) Padang gelar Pekan Kreasi dan Prestasi (PERSI) ke-6 dengan mengangkat
Racana Rohana Kudus UIN IB Padang Gelar Pekan Kreasi dan Prestasi, Diikuti 19 Sekolah se-Sumbar
Pelaksanaan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2024
Rektor UIN Imam Bonjol Padang Turut Pantau Pelaksanaan SKD CPNS Kemenag 2024
Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Martin Kustati membuka secara resmi 2nd Seiba International Festival pada Selasa (24/9/2024).
Rektor UIN Imam Bonjol Padang Buka Secara Resmi 2nd Seiba International Festival
Sebanyak 20 mahasiswa terpilih ajang Student of Imam Bonjol Academic Community – Smart Internship Program (SIBac-sip) 2024.
20 Mahasiswa UIN IB Padang Lolos SIBac-sip 2024, Bakal Berangkat ke Turki dan Australia
UIN Imam Bonjol Padang menggelar Workshop Peninjauan Standar Mutu yang bertajuk “Memperkuat Standar Mutu melalui Peninjauan Standar Mutu
Tingkatkan Standar Mutu Dosen, UIN IB Padang Gelar Workshop Peninjauan Standar Mutu