Langgam.id - Epidemolog Universitas Andalas (Unand) Defriman Jafri mengomentari rencana pemerintah untuk kembali membuka sekolah tatap muka. Menurutnya, kepala daerah harus mengukur dan mempertimbangkan sejumlah hal terkait sekolah tatap muka atau secara luring.
Menurutnya, kesiapan sekolah dalam melaksanakan protokol kesehatan dan pengawasan menjadi kunci di sekolah. Hal utama yang dikontrol adalah anak-anak bukan orang dewasa. Ini merupakan sesuatu yang perlu diingat betul dan dipertimbangkan.
"Pemahaman orang tua atau komite sekolah terhadap covid-19 ketika sekolah dibuka pada masa pandemi diperlukan. Kemudian perlu orientasi pada anak-anak selama sekolah pembelajaran tatap muka pada kondisi pandemi," katanya, Jumat (27/11/2020).
Dia menyebut, pemahaman ini harus dilakukan oleh semua pihak, mulai dari Pemda ke Dinas, dari dinas ke sekolah, dan dari sekolah ke komite atau orang tua, dari orang tua ke siswa, yaitu penjelasan pemahaman orang tua murid kepada peserta didik mengenai pembukaan sekolah dengan kondisi pandemi. Semua elemen itu diminta tidak beranggapan masa sekarang ini akan sama dengan sebelumnya dan menganggap pandemi berakhir.
Selain itu, kata dia penilaian perlu diperhatikan, dan potensi peningkatan kasus pada libur panjang, dimana orang banyak bergerak dan berinteraksi, termasuk anak-anak. Menurutnya, pada saat masuk sekolah awal tahun, lonjakan kasus bisa dipantau 2-3 minggu setelah libur panjang.
"Perhitungkan timing yang tepat dan penilaian yang komprehensif. Jika dipaksa masuk awal tahun, terjadi lonjakan pada minggu 2 atau 3, ini bisa saja efek dari libur panjang, bukan sekolah dibuka," katanya.
Dia menyebut, kondisi itu bisa diperburuk pada minggu berikutnya karena pasca liburan akan berkonstribusi penularan pada anak-anak di sekolah saat masuk di minggu pertama. Skenario terburuk yakni terjadi kasus luar biasa di sekolah perlu diantisipasi.
Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kebiasaan psikologis anak di sekolah. Hal itu perlu diperhatikan dalam SOP kedepan seperti kebiasaan bersalaman, saling bertukar pelaratan, masker atau faceshield, hingga istirahat atau jajan di sekolah.
Hal itu menurutnya butuh persetujan orang tua murid agar tidak terjadi miss informasi. Pihak sekolah juga harus benar-benar mempersiapkan sosialisasi dan komunikasi yang utuh sehingga kebahagian anak yang sudah tidak sabar bertemu teman dan guru berubah menjadi malapetaka .
"Informasi yang utuh dan kesiapan sekolah dalam pengawasan protokol kesehatan menjadi kepercayaaan dan jaminan bagi orang tua melepas anaknya, untuk menyongsong belajar tatap muka di masa pandemi," katanya. (Rahmadi/ABW)