Langgam.id - Tepat pukul 09:00 WIB sirine berbunyi. Tiba-tiba ratusan murid Sekolah Dasar Al Azhar 32 Padang berlarian keluar kelas. Semuanya segera berkumpul di lapangan sekolah.
Sampai di lapangan para guru meminta semua murid duduk sambil berzikir.
Tidak lama kemudian, murid-murid dipandu berjalan lewat skyway yang ada di samping gedung sekolah. Mereka naik menuju shelter yang berada di atas lantai empat sekolah. Semua berjalan tertib sampai ke atas.
Rangkaian peristiwa tersebut merupakan pelaksanakan simulasi gempa dan tsunami di Sekolah Dasar Al Azhar 32 Jalan Khatib Sulaiman Padang Pada Sabtu (9/2/2019).
Menurut Kepala Sekolah SD Al Azhar 32, Rabial, simulasi hari ini merupakan program dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang.
"Hari ini memang program dari BPBD Padang, namun kita sendiri secara internal rutin mengadakan simulasi setiap tahun," katanya.
Rabial berharap adanya simulasi, murid-muridnya siap menghadapi jika bencana datang.
"Saat bencana datang kita ingin murid-murid langsung menuju keluar gedung, jangan bersembunyi di bawah meja karena melihat kondisi gedung kita sepertinya tidak akan aman," harapnya.
Sedangkan untuk evakuasi saat ada tsunami, murid-murid bisa langsung ke atas shelter jika kondisi gedung masih memungkinkan. Shelter tersebut dapat menampung sekitar seribu orang.
Kepala BPBD Padang Edi Hasymi mengatakan simulasi hari ini adalah program dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerjasama dengan BPBD Padang.
"Simulasi hari ini adalah program BNPB bersama BPBD, BNPB ingin membangun budaya cerdas bencana terutama pada anak-anak," kata Edi saat dihubungi di Padang.
Simulasi tersebut bertujuan agar anak-anak sekolah punya pengetahuan tentang kebencanaan, sehingga bisa menghadapi bencana tanpa perlu panik. Menurutnya anak sekolah adalah kelompok rentan yang bisa menjadi korban akibat bencana.
Refi, murid kelas empat yang ikut simulasi mengatakan bahwa dia sudah mengikuti simulasi dua kali di sekolahnya. Ia mengaku lebih siap kalau bencana datang, walaupun belum punya pengalaman saat ada bencana gempa.
"Simulasi ini bermanfaat, bisa membuat kita lebih siap kalau bencana datang," kata Refi.
Senada Syifa, murid kelas enam, mengaku lebih mengerti tahapan simulasi saat bencana datang. "Kalau ada gempa kita nanti keluar, kalau ada instruksi ke atas kita akan ke atas," katanya.
Meri Norita, salah seorang wali murid, mengatakan, simulasi sangat bermanfaat dilakukan. "Insya Allah dengan adanya simulasi kita dapat ambil pelajaran, sehingga kita tidak panik dan lebih siap," katanya.
Pengalaman sebelumnya Meri mangaku panik saat hadapi gempa. Ke depan ia mengaku bisa lebih siap dan berusaha tidak panik. Meri juga berharap pemerintah dapat menyediakan shelter-shelter yang sesuai standar agar ada tempat untuk menyelamatkan diri saat ada tsunami. (Rahmadi/HM)