Langgam.id - Puluhan hewan ternak milik warga di Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar mati dimangsa beruang madu. Kemunculan satwa liar ini telah terjadi sejak sejak Juli hingga Agustus 2019.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Tanah Datar Ansarul mengatakan, peristiwa ini terjadi di antaranya di Nagari Saruaso dan Nagari Koto Tangah. Sampai saat ini, beruang madu terpantau masih berkeliaran di lokasi tersebut.
"Beruang madu telah memangsa 12 ekor kambing, 50 ekor itik dan satu ekor beruk. Sampai saat ini, satwa (beruang madu) tetap berkeliaran. Kata warga, beruang satu ekor. Ada juga yang melihat dua dan tiga ekor," kata Ansarul Kamis (15/8/2019).
Ansarul mengatakan, beruang madu yang sampai hari ini terlihat oleh warga diperkirakan masih individu yang sama yang beberapa hari lalu memangsa dua ekor kambing kurban di Koto Tangah, Kecamatan Tanjung Emas. Diketahui peristiwa ini terjadi pada Sabtu (10/8) kemarin.
"Hutan di Tanjung Emas itu termasuk hutan produksi milik pemerintah yang dilindungi. Memang selama ini, BKSDA mengetahui hutan di sana berisi satwa liar, termasuk beruang madu yang dilindungi oleh negara," katanya.
BKSDA menduga, beruang madu turun sampai ke pemukiman warga hingga memakan ternak karena tiga penyebab. Pertama, karena adanya aktivitas perladangan di hutan yang tidak jauh dari habitat beruang madu. Sehingga beruang merasa terancam dan turun ke bawah.
"Kedua karena ketersediaan pangan buat beruang madu di dalam hutan semakin berkurang. Karena dalam beberapa bulan terakhir, cuaca di Tanah Datar memang panas," ujar.
"Ketiga karena faktor cuaca dan terganggu oleh manusia, beruang madu sedang mencoba berjalan mencari daerah baru. Sehingga ada individu atau kawanan yang nyasar sampai ke pemukiman warga," sambung Ansarul.
Pihaknya mengaku telah melakukan tindakan dengan memasang dua perangkap di dua lokasi. Selanjutnya, akan dilakukan penggiringan kembali satwa liar tersebut agar kembali masuk ke dalam hutan lindung.
"SOP-nya memang begitu, kami identifikasi, kemudian penggiringan kembali ke alam hutan lindung. Di dekat pemukiman warga juga sudah kita pasang perangkap," bebernya.
Ansarul mengimbau warga, terutama yang sehari-hari beraktivitas ke ladang untuk tidak bepergian sendirian. Kemudian warga yang biasanya ke ladang getah yang berada di dekat hutan lindung agar selalu menghidupkan api unggun supaya tidak didekati satwa liar.
"Warga yang pergi ke ladang juga membawa atau membuat alat untuk bunyi-bunyian untuk mengusir satwa liar dan memberi tahu masyarakat lain. Warga yang setiap hari ke ladang getah jangan beraktivitas sampai terlalu sore. Karena satwa liar ini biasanya beraktivitas malam, sore itu mereka sudah mulai berjalan," pungkasnya. (Irwanda/RC)