Oleh; Suci Maisyarah Nasution, SST., MKM*
Banjir bandang lahar dingin Gunung Merapi yang melanda Agam dan Tanah Datar, sumatera barat, tepatnya yang terjadi pada 11 mei 2024, yang menewaskan 62 korban dan terjadi pengungsian 3.396 jiwa(Data BNPB, 30/5/2024). Korban dari bencana ini juga tidak hanya orang dewasa tapi juga berdampak pada anak.
Bencana alam membawa dampak negative pada seluruh kehidupan manusia terkhusus bagi kesehatan reproduksi pada aspek fisik, aspek psikologi sosial juga harus mendapatkan perhatian penting dalam penanggulangan bencana ini, gangguan psikologi sosial yang dapat terjadi diantaranya gangguan stress pasca trauma, kecemasan, depresi, beberapa penyebabnya karena kehilangan harta benda, merasa tidak aman secara personal, kehilangan keluarga dan sahabat, kehilangan tempat tinggal dan perpindahan tempat hidup.
Seperti halnya orang dewasa, anak-anak yang terdampak oleh bencana pun bisa mengalami dampak psikologis seperti stress; Anak yang kehilangan orangtuanya mengalami rasa tidak aman karena kehilangan figur yang melindungi; anak tidak bisa melanjutkan sekolah karena rusaknya bangunan sekolah; tidak terpenuhi haknya untuk mendapatkan akses pendidikan dan pengetahuan; berada pada situasi yang tidak menentu juga menimbulkan perasaaan tidak nyaman yang berdampak kurang baik pada perkembangan emosinya. Selain itu, anak yang terpisah dari keluarganya rentan untuk mendapatkan perlakuan eksploitatif dari orang dewasa.
Berdasarkan pendataan dalam penelitian Engelbertus, 2021 Permasalahan emosional yang sering terjadi diantaranya Masalah Emosi Reaksi ini timbul dalam bentuk emosi mudah berubah, rasa cemas, takut rasa bersalah, merasa bersalah karena selamat, senang karena selamat, kemarahan, kesedihan, rasa tak berdaya, merasa terbebani, menjaga jarak, tidak mau terlibat, merasa tidak nyata, disorientasi, mati rasa (baal), merasa tidak dapat memegang kendali diri, rentan, peka, dan gejala lainnya yang mungkin setiap individu satu dan lainnya memiliki gejala yang berbed-beda;
Serta Masalah Kognitif Reaksi ini timbul dalam bentuk; konsentrasi buruk, banyak pikiran, berputar-putar, berpikir lamban, masalah ingatan, kebingungan, gangguan dalam proses menyeleseikan masalah dan memperhitungkan sesuatu, sulit mengambil keputusan, kehilangan perspektif, ada bayang-bayang yang terus-menerus menganggu kesehariannya; Masalah Perilaku Reaksi ini timbul dalam bentuk; Mudah terkejut, gelisah, gangguan tidur, gangguan selera makan, sulit mengemukakan diri, terus-menerus membicarakan peristiwa, pertengkaran, menarik diri, rasa humor berlebihan, reaksi melambat pada stimulus yang hadir.
Melihat dari banyaknya kemungkinan permasalah psikologi yang akan dihadapi oleh anak yang berdampak bencana pada Banjir bandang lahar dingin Gunung Merapi di Sumatera Barat, perlu adanya perhatian khusus dari orang terdekat oleh orang tua dan keluarga dalam mendampingi anak menghadapi perkembangan hidupnya, sehingga dampak jangka panjang yang mungkin bisa dirasakan anak bisa diatasi sedini mungkin dengan peran serta bersama
Berdasarkan hasil penelitian Engelbertus, 2021 Pendampingan Psikososial merupakan langkah yang paling strategis dan efektif dalam membantu anak korban bencana siklon tropis. Hampir sebagian anak-anak yang korban bencana mengalami dampak terhadap perkembangan psikososial. Pendampingan psikososial yang tepat sesuai dengan sasaran memiliki dampak dalam penyembuhan trauma yang dialami anak. Ada berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan pendampingan psikososial anak korban bencana melalui metode bercerita, bermain dan bernyanyi.
Oleh karenanya metode pedampingan yang bisa dilakukan orang tua perlu didesign dengan maksimal, menarik, inovatif, kreatif, dan menyenangkan dengan adanya kegiatan bernyanyi dan bermain bersama anak pada lokasi pengungsian agar berkontribusi membantu anak dalam proses penyembuhan psikologis karena dampak peristiwa bencana
Dukungan psikososial pada anak dapat dilakukan melalui beberapa bentuk kegiatan. Ada kegiatan yang berbentuk rekreasional dan edukasi. Kegiatan rekreasional biasanya bersifat menyenangakn bagi anak. Aktivitas bernyanyi memiliki banyak nilai-nilai edukatif yang dapat distimulasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kegiatan bernyanyi bisa juga digunakan untuk menenangkan dan membawa hal-hal positif ke dalam pikiran Cahyono, Dkk. (2013).
Kegiatan Bermain ini juga bisa mencegah respon stres yang bisa mengakibatkan kerusakan di dalam tubuh, menjaga kreatifitas dan sikap optimis tetap tinggi, serta menawarkan berbagai keuntungan lainnya. kegiatan bernyanyi merupakan metode yang paling efetif untuk membangkitkan motivasi dan mengurangin stres. Dalam kegiatan bernyanyi anak mampu mengekspresikan rasa bahagia
Dalam hal ini perlu peran serta pemerintah untuk memfasilitasi dan mendampingi orang tua dalam memberi edukasi terkait permasalahan psikologi, agar mampu membimbing anaknya penuh dalam peroses pemulihan ini dengan pendekatan dan kasih sayang orang tua/keluarga, bermain, serta peran dari berbagai lintas sektor, masyarakat yang akan memberikan bantuan berupa buku cerita, mainan bagi anak, serta membuat kegiatan perkumpulan anak untuk belajar dan bermain.
*Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas