Langgam.id - Sumatra Barat (Sumbar) memiliki ragam tradisi jelang memasuki bulan suci Ramadan. Selain balimau, kebiasaan manjalang mintuo (mengantarkan makanan tradisional ke rumah mertua) juga melekat di budaya Minangkabau. Terlebih bagi pasangan suami-istri yang baru saja menikah.
Selain kue, makanan khas yang harus selalu ada dalam tradisi manjalang adalah lamang (beras pulut yang dimasak di dalam bambu). Dulunya, lamang selalu dibuat dan dimasak di rumah orangtua istri.
Seiring perkembangan waktu, lamang pun menjadi sumber pendapatan bagi pengusaha kuliner. Terlebih jelang memasuki Ramadan dan hari Raya Idul Adha. Pasalnya, karena kesibukan rutinitas, masyarakat yang hendak manjalang mintuo lebih cenderung membeli lamang ketimbang memasaknya sendiri di rumah masing-masing.
Usaha Lamang One Asni di kawasan Seberang Padang turut kecipratan berkah jelang Ramadan. Peningkatan permintaan lamang bahkan meningkat lebih 200 persen dibandingkan hari biasa. Kondisi sudah berlangsung sejak tiga hari lalu.
Pemilih usaha lamang, Asni mengatakan, biasanya, ia hanya memproduksi sekitar 40 batang lamang. Namun, setiap jelang Ramadan, produksi lamangnya bisa mencapai 150 batang dalam sehari.
"Satu batang lamang dijual seharga Rp50 ribu sampai Rp60 ribu," kata Asni, Minggu (5/5/2019).
Usaha lamang milik Asni sudah aktif sejak 34 tahun silam. Lamang sendiri berbahan dasar pulut bercampur santan. Lalu, adonan tersebut dibungkus dengan daun pisang dan dimasukkan ke dalam bambu.
Ada lamang pisang, pulut putih, lamang itam atau pun lamang ubi. Sedikitnya, usahanya memproduksi tiga jenis lamang. "Menghasilkan lamang enak itu butuh pembakaran sekitar 4 jam," katanya. (CU/RC)