Langgam.id - Di balik keindahan alamnya, Sumatera Barat menyimpan bahaya tersembunyi: Patahan Sumatra yang membentang sepanjang 1.900 km. Patahan raksasa ini bagaikan bom waktu yang siap meledak, mengancam jutaan penduduk yang tinggal di sekitarnya.
Sesar Sumatera, membentang sepanjang 1.900 km dari Banda Aceh hingga Teluk Semangko di Selatan Lampung, sejajar dengan zona subduksi sebagai akibat konvergensi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia.
Duo geolog, Danny Hilman dan Kerry Sieh, dalam buku "Neotectonic of The Sumatran Fault, Indonesia" (2000), membagi Patahan Sumatera ini menjadi tiga wilayah utama: Utara, Tengah, dan Selatan. Berdasarkan pengamatan peta topografi dan foto udara, patahan ini lebih lanjut dibagi menjadi 19 segmen.
Di antara 19 segmen tersebut, tujuh segmen berada di wilayah Provinsi Sumatra Barat dan secara langsung berdampak pada masyarakat yang tinggal di zona rentan. Segmen-segmen tersebut adalah segmen Siulak (2.25°S ~ 1.7°S), segmen Suliti (1.75°S ~ 1.0°S), segmen Sumani (1.0°S ~ 0.5°S), segmen Sianok (0.7°S ~ 0.1°N), segmen Sumpur (0.1°N ~ 0.3°N), Segmen Barumun (0.3°N ~ 1.2°N) dan Angkola .
Pertama, Segmen Angkola; ujung utaranya bermula di Batang Toru, menyusuri lembah Sungai Batang Angkola dan Batang Gadis, memanjang hingga 160 km. Gempa berkekuatan M 7,6 pernah mengguncang segmen ini di tahun 1892, meninggalkan luka mendalam di sepanjang lembahnya.
Kedua, Segmen Barumun, sesar ini berdiam di Sosopan Julu, Sumatera Utara, memanjang 125 km ke selatan hingga menembus wilayah Sumatera Barat. Potensi gempa M 7,6 mengintai segmen ini, meninggalkan bukti amblasan di Lembah Aliran Batang Asik dan Batang Sumpur.
Ketiga, Segmen Sumpur; sesar ini hanya sepanjang 35 km, namun jangan remehkan potensinya. Gempa M 6,9 pernah mengguncang segmen ini, membelah Lembah Batang Sumpur dan meninggalkan luka di Batu Sangkar dan Solok.
Keempat, Segmen Sianok; mengular sepanjang 90 km ini memanjang dari Danau Singkarak hingga Ngarai Sianok. Gempa M 7,3 pernah mengguncang segmen ini di tahun 1926, diikuti gempa dahsyat M 6,4 dan 6,3 di tahun 2007.
Gempa terbesar pernah tercatat pada segmen ini yaitu pada 28 Juni 1926 dengan pusat kehancuran Padang Panjang dan sekitarnya. Lalu pada 6 Maret 2007 (M 6,4 dan 6,3), bersama segmen Sumani, mengakibatkan banyak kerusakan di daerah Tanah Datar dan Solok.
Baca Juga: Mengenang Gempa Darat Sumbar 2007, Belajar dari Kearifan
Kelima, Segmen Sumani; membentang 90 km dari Danau Singkarak hingga Gunung Talang. Gempa M 7,4 pernah mengguncang segmen ini di tahun 1943. Dan kembali mengguncang di tahun 2007, meninggalkan kerusakan di Sumani hingga Selayo.
Baca Juga: Mengenal Segmen Sumani, Patahan Sumatra yang Menggejolakkan Gempa di Tanah Datar
Keenam, Segmen Suliti; memanjang 90 km dari Danau Singkarak hingga Gunung Kerinci. Gempa M 7,1 pernah mengguncang segmen ini di tahun 1943, meluluhlantakkan wilayah Solok hingga Muarolabuh.
Ketujuh, Segmen Siulak; membentang 70 km dari Jambi hingga Gunung Kerinci. Gempa M 7,7 pernah mengguncang segmen ini di tahun 1909, meninggalkan kerusakan parah di sepanjang segmen.
Menurut ahli geologi dari Patahan Sumatra Institute, Ade Edward, bukan hanya gempa bumi, Patahan Sumatra juga berpotensi memicu tanah longsor.
"Gempa-gempa di zona Patahan Sumatra biasanya berkekuatan sedang hingga kuat dengan kedalaman dangkal, kurang dari 20 km. Gempa semacam ini dapat menyebabkan kerusakan hebat dan tanah longsor. Beberapa gempa terbaru termasuk gempa 6,2 SR di Aceh pada 2 Juli 2013 yang menyebabkan 40 orang meninggal dunia dan gempa 6,4 dan 6,3 SR pada 6 Maret 2007 di Solok yang menyebabkan 52 orang meninggal dunia," jelas Ade, Sabtu (8/6/2024).
Kawasan Rentan di Sumatra Barat
Ade yang pernah menjadi Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Sumatra Barat (2006-2013), mengatakan Sumatra Barat memiliki 12 kabupaten/kota dengan 72 kecamatan dan 408 nagari yang berada di zona ancaman gempa tinggi. Wilayah-wilayah ini meliputi, Kabupaten Pasaman: Baharu, Kota Napan, Sitomba, Tapus; Kabupaten Agam: Palembayan, Kota Tinggi.
Lalu, Kota Bukit Tinggi: Ngarai Sianok; Kota Padang Panjang; Tanah Datar: Koto Baru, Malalo; Kabupaten Solok: Singkarak, Sumani; Kota Solok; Kabupaten Solok Selatan: Pasir Talang dan Muarolabuah.
"Dengan kondisi topografi terjal dan perbukitan, wilayah ini sangat rentan terhadap gempa darat dangkal dan bencana ikutan seperti tanah longsor. Upaya mitigasi dan kesiapsiagaan harus segera ditingkatkan untuk mengurangi risiko kerugian dan korban jiwa," beber Ade yang merupakan Direktur Eksekutif Patahan Sumatra Institute.
Upaya mitigasi atau pengurangan risiko bencana gempa (termasuk potensi Patahan Sumatra), Ade mengatakan, pernah dilahirkan Deklarasi Padang 2005. Salah satu poin terpentingnya, sambung Ade, mengingatkan kita bahwa Sesar Sumatera, patahan raksasa yang membentang di sepanjang Bukit Barisan, tak kalah berbahayanya dengan megathrust di dasar laut.
"Gempa bumi di daratan akibat Patahan Sumatera dapat memicu gerakan tanah dan longsor," ujarnya.
Sehingga pihaknya, mendorong pemerintah daerah mengubah paradigma dalam pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
"IMB bukan hanya sumber PAD, tapi instrumen untuk memastikan bangunan aman gempa dan kawasan pemukiman aman longsor," pungkasnya. (*/Yh)