Langgam.id – Ketua Tim Kerja di Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag M Rifki resmi menyandang gelar doktor setelah berhasil mempertahankan disertasinya di UIN Imam Bonjol, Kamis (23/1/2025). Dalam disertasinya, dia mengungkap model pelatihan manasik haji menggunakan virtual reality.
Rifki dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dan berhak menyandang gelar Doktor Ilmu Pendidikan Islam setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pengembangan Model Pelatihan Manasik Haji dan Umrah Menggunakan Perangkat Virtual Reality.
Dalam disertasinya, M. Rifki mengangkat persoalan ketergantungan jemaah terhadap petugas haji, KBIHU, dan pembimbing ibadah. Ketergantungan ini sering kali membuat jemaah tidak mandiri dalam menjalankan proses ibadah.
“Dengan adanya pelatihan menggunakan teknologi VR, jemaah dapat memperoleh pengalaman manasik secara langsung. Mereka akan memahami suasana haji dan umrah sejak masa pelatihan, sehingga lebih siap ketika tiba di Tanah Suci,” kata Rifki.
Ia berharap teknologi VR ini dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi ketergantungan jemaah dan meningkatkan kesiapan mereka dalam menjalankan ibadah haji dan umrah.
Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sumbar Mahyudin mengatakan, Kemenag terus berupaya mendorong terciptanya jemaah haji yang mandiri dalam melaksanakan proses ibadah. Salah satu langkah strategis yang digalakkan adalah melalui kolaborasi dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU).
Mahyudin menyampaikan apresiasinya atas pencapaian M. Rifki yang berhasil menyelesaikan disertasinya dengan judul “Pengembangan Model Pelatihan Manasik Haji dan Umrah Menggunakan Perangkat Virtual Reality.” Menurutnya, inovasi ini menjadi langkah penting dalam meningkatkan pemahaman jemaah terhadap ibadah haji.
“Kita melihat bahwa judul disertasi ini sangat luar biasa. Pengembangan model pelatihan manasik haji menggunakan perangkat virtual reality adalah salah satu inovasi yang relevan untuk menjadikan jemaah lebih mandiri,” ujar Mahyudin.
Ia menambahkan, penerapan teknologi seperti virtual reality (VR) dapat memberikan pengalaman simulasi yang realistis kepada jemaah, sehingga mereka lebih siap secara mental dan teknis sebelum berangkat ke Tanah Suci.
Mahyudin menegaskan pentingnya kolaborasi dengan KBIHU dalam menciptakan jemaah yang mandiri. Ia juga menyebutkan bahwa inovasi pelatihan menggunakan VR akan menjalani tahap uji coba dan pembandingan dengan metode pelatihan manasik tradisional.
“Uji coba ini penting untuk memastikan efektivitasnya. Jika terbukti lebih bermanfaat, inovasi ini dapat menjadi bagian integral dari pelatihan manasik haji di masa mendatang. Namun, untuk sementara, Kemenag akan tetap menggunakan metode pelatihan manasik yang sudah ada,” jelasnya.
Mahyudin menutup dengan harapan bahwa inovasi ini dapat memperkuat pelaksanaan manasik haji. “Kita berharap inovasi ini dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan manasik, sehingga jemaah benar-benar merasakan manfaatnya. Teknologi ini adalah langkah maju untuk mendukung cita-cita menjadikan jemaah haji yang mandiri,” pungkasnya. (*/Yh)