Gunung Marapi, salah satu gunung berapi paling aktif di Sumatera Barat, Indonesia, terus menimbulkan ancaman bagi penduduk sekitarnya. Pada Minggu malam, 19 Mei 2024, banjir bandang (galodo) akibat lahar dingin terjadi setelah hujan deras, menyebabkan air meluap ke jalan.
BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi Sumbar mencatat peristiwa ini terjadi di kawasan Simpang Bukik, Nagari Bukik Batabuah Kecamatan Canduang Kabupaten Agam, dan di kawasan Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.
Bencana ini tidak hanya merusak lahan pertanian, menyebabkan kematian hewan ternak, dan menghancurkan infrastruktur, tetapi juga membatasi akses terhadap pangan yang sehat dan bergizi. Dalam kondisi darurat seperti ini, penting untuk memastikan penyintas mendapatkan asupan gizi yang memadai untuk menjaga kesehatan dan kebugaran mereka.
Pangan merupakan faktor utama untuk mengoptimalkan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan. Namun, situasi pangan saat ini mengancam kesehatan manusia. Tantangan besar yang dihadapi penyintas galodo Gunung Marapi adalah mewujudkan pola makan sehat.
Pola makan yang tidak sehat meningkatkan risiko kesehatan bagi penyintas, terutama gizi buruk pada anak-anak. Dukungan terhadap pangan yang sehat sangat penting agar penyintas dapat bertahan dengan baik.
Ada beberapa tantangan pangan dalam situasi darurat:
- Keterbatasan Akses: Jalan yang rusak dan kondisi geografis yang sulit seringkali menghambat distribusi bantuan pangan ke daerah terdampak.
- Kebutuhan Gizi Tinggi: Kondisi stres dan aktivitas fisik yang meningkat membutuhkan asupan energi dan nutrisi yang lebih tinggi dari biasanya.
- Sanitasi dan Kebersihan: Lingkungan yang rusak dan kurangnya akses terhadap air bersih dapat menyebabkan masalah kesehatan tambahan jika makanan tidak disiapkan dengan benar.
Prinsip Pangan Sehat untuk Penyintas:
- Kecukupan Energi: Makanan yang diberikan harus cukup mengandung kalori untuk memenuhi kebutuhan energi harian penyintas. Karbohidrat kompleks seperti nasi, jagung, atau ubi jalar dapat menjadi sumber energi utama.
- Protein Berkualitas: Sumber protein seperti ikan kaleng, telur, kacang-kacangan, dan tahu/tempe penting untuk pemulihan dan perbaikan jaringan tubuh.
- Mikronutrien: Asupan vitamin dan mineral seperti vitamin A, C, dan zat besi harus diperhatikan untuk mendukung sistem kekebalan tubuh. Sayuran berdaun hijau, buah-buahan, dan suplemen jika diperlukan bisa menjadi solusi.
- Hidrasi: Air bersih adalah komponen yang sangat krusial. Jika air bersih sulit didapatkan, penggunaan air dalam kemasan atau sistem filtrasi portabel dapat membantu.
Strategi Penyediaan Pangan Sehat:
- Distribusi Bantuan Terkoordinasi: Kerja sama antara pemerintah, LSM, dan organisasi internasional perlu untuk memastikan distribusi yang cepat dan tepat sasaran.
- Dapur Umum: Menyiapkan dapur umum di titik-titik pengungsian untuk memastikan makanan disiapkan dengan standar kebersihan yang baik.
- Pemberdayaan Masyarakat Lokal: Melibatkan komunitas lokal dalam proses distribusi dan persiapan makanan dapat meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan bantuan.
- Edukasi Gizi: Memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan gizi seimbang dan cara mengolah makanan dengan aman dapat membantu penyintas memanfaatkan bantuan pangan dengan lebih efektif.
Contoh Menu Sehat bagi Penyintas:
- Sarapan: Bubur kacang hijau dengan susu, dilengkapi dengan potongan buah seperti pisang.
- Makan Siang: Nasi dengan lauk tahu/tempe goreng, sayur bening bayam, dan buah jeruk.
- Makan Malam: Sup ayam dengan sayuran, dilengkapi dengan kentang rebus.
- Camilan: Kacang rebus atau biskuit gandum.
Memberikan pangan sehat bagi penyintas bencana seperti galodo Gunung Marapi adalah tugas yang kompleks namun sangat penting. Dengan memastikan makanan yang didistribusikan tidak hanya mengenyangkan tetapi juga bergizi, kita dapat membantu penyintas untuk tetap sehat dan kuat dalam menghadapi masa pemulihan. Penting untuk memperhatikan bahwa makanan instan yang dikonsumsi terus-menerus dapat memiliki efek samping negatif. Perencanaan yang baik, koordinasi yang erat, dan edukasi yang berkelanjutan adalah kunci untuk mencapai tujuan ini.
Penulis: Wellyalina, S.TP., M.P.
Dosen Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas